54 S2

1.4K 226 5
                                    

"Walau pun mulut ku pernah bersumpa
Tak sudi lagi jatuh cinta
Wanita seperti diri ku pun ternyata
Mudah menyerah

Walau pun kau bukan titisan dewa
Ku tak kan kecewa
Karena kau jadi kan ku
Sang dewi dalam teman surgawi"

Zee membuka pintu kamarnya secara pelahan. Di ambang pintu, dirinya melihat chika yang sedang bernyanyi sambil mengelus sebuah buku.

Buku yang tak pernah di lihat oleh zee. Buku apa itu?

Zee berjalan mendekati chika, dari ke jauhan ia melihat chika mengelus sebuah foto yang berada di situ. Tapi dirinya tidak tau itu foto siapa.

Satu memakai helm full dan yang satu memakai masker dan memakai kaca mata hitam.

"Eh"kaget chika. Buru buru dirinya memasukkan buku itu kedalam laci.

"Kamu kapan pulang?"tanya chika.

"Baru aja, itu apa?"tanya zee.

"Bukan apa apa. Cuman buku biasa"

Zee menganggukan kepalanya."ya udah kalau gitu, aku mandi dulu"

Chika menganggukan kepalanya."aku siapin baju kamu ya"

***

Hari ini adalah hari minggu, baran baru saja menyelesaikan mandinya, setelahnya dirinya membaringkan tubuhnya di kasurnya kembali.

Baran meraih remot tv yang berada di atas nakas dekat tempat tidurnya.

Hari ini baran ingin bersantai, mengistirahatkan tubuhnya sebelum kembali berkativitas besok.

Tok! Tok!

Kamar baran diketuk.

"Masuk aja ga di kunci"

Perlahan pintu kamar baran terbuka menampilkan bundanya yang berdiri di ambang pintu.

"Kenapa bunda?"

"Kenapa ga pakai baju gitu?"tanya bunda lalu berjaln masuk mendekati putranya.

"Ga papa, baran hari ini libur. Jadi mau santai santai aja di kamar"sahut baran.

Bunda mendudukan dirinya di ujung kasur baran.

"Tadi, shani nelpon bunda. Katanya dia mau pergi syuting ke tangerang. Kamu tolong antar ke sana yah?"Jelas bundanya.

Baran langsung menengkurapkan tubuhnya."bunda baran capek... suruh pergi sendiri lah...."rengek baran.

Bunda mengelus punggung polos milik baran."nak... shani itu calon istri kamu loh... anterin ya... sebentar aja habis itu pulang"

Baran tidak menyauti ucapan bundanya, ia malah menutup kupingnya dengan bantal.

Bunda yang melihat itu menghela nafasnya.

"Sayang ayo... bunda mohon. Anterin shani ya..."ucap bundanya lirih.

Baran bedecak kesal. Ia mendudukan dirinya menatap kesal ke arah bundanya.

"Iya iya"sahutnya.

"Ihklas gak?"

"Ihklas"sahut baran.

"Ya udah, bunda keluar ya. Kamu siap siap"ucap bundanya sambil menyeka rambut baran ke belakang.

"Hm"dehem baran.

***

Baran berjalan menuruni anak tangga. Dirinya sekarang memakai baju yang sangat simpel.

Memakai kaus hitam lengan pendek, di balut oleh jaket dan memakai celana selutut.

"Abang mau kemana?"tanya freya yang berada dir uang tv.

"Ketemu temen"sahut baran.

"Calon istri"ralat bundanya yang berjalan menghampiri freya.

"Abang uada punya calon istri? Woh! Keren.... siapa calonnya? Kak chika ya?"tanya freya semangat.

Bunda terbatuk mendengar ucapan anak bungsunya.

"Bukan, kau masih inget sama ci shani? Itu calon istri abang kamu"jelas bundanya.

"Owh, ya udah deh ga papa. Ci shani oke juga"gumam freya.

Sedangkan bran yang mendengar itu hanya berdecak kesal."baran pergi dulu"

"Hati hati ya sayang"teriak bundanya.

***

Baran berdiri di depan mobilnya melipat kedua tanganya sambil menunggu shani keluar dari rumahnya.

"Den baran kenapa ga masuk?"tanya satpam.

"Nunggu di sini aja saya pak"sahut baran ramah.

"Owh, ya udah kalau gitu saya lanjut jaga lagi, misi den"

"Iya pak"

Tak berapa lama, shani keluar dari rumahnya dengan satu koper. Baran berjalan mendekati shani debgan muka datarnya.

Ia mengambil ahli koper yang di bawa oleh shani.

"Ayo"ucap baran.

Shani tersenyu lalu menganggukan kepalanya.

Cuaca hari ini sangat terik. Baran mengankat satu tangannya untuk menutupi sinar matahari dari wajah shani.

Shani yang sadar akan hal itu mendadak dirinya menjadi salting berutal.

Baran membukakan pintu mobilnya untuk shani masuk. Setelahnya baran menutup kembali. Lalu ia barejalan menuju bagasi mobil untuk menaru koper milik shani.

Baran masuk kedalam mobilnya, mobil baran perlahan berjalan meninggalkan pekarangan rumah shani.

"Kenapa pakai bawa koper segala?"tanya baran.

Shani menoleh ke arah baran."aku bakalan syuting selama 4 hati di sana"

Baran menganggukan kepalanya mengerti.

"Maaf ya ngerepotin kamu"ucap shani.

"Ga masalah.  Anti telfon saya kalau kamu sudah selesai syuting di sana"ucap baran.

Membuat shani mengembangkan senyumnya."iya..."

"Ahk! Mami baran mulai perhatian sama shani!"batin shani.

Baran menyetir mobilnya dengan tangan kanan. Sedangkan tabgan kirinya ia letakan di pahanya.

Shani yang melihat itu, dirinya tidak kngin menyia nyiakan tangan baran yang menganggur itu.

Dengan cepat, shani memeluk lengan kiri baran, menyenderkan kepalanya di bahu baran.

Baran tersentak, ia menatap ke arah shani yang bergeleyut manja.

"Shani apa yang kamu lakukan?"tanya baran.

"Kenapa?, emang ga boleh kalau aku peluk tangan calon suami aku, hm?"tanya shani.

Baran menghela nafasnya."terserah"













Tbc

Sang DewiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang