"Masalah ini lagi? Karena aku, kita berselisih lagi.." Ucap Suga, kalimatnya mengalir begitu saja.
Shimizu hanya bergeming, tak mengatakan apa pun. Membantah maupun mengakui tidak dilakukannya. Ia tidak siap dengan situasi ini.
Selembaran kertas yang mengatakan bahwa ada yang mendengar percakapan dirinya dan Suga malam itu tidak pernah terlintas sedikit pun di kepalanya sehingga dia tidak pernah memikirkan solusinya. Sialnya percakapan yang dituliskan pada kertas print out itu sangat tepat sehingga ia terlalu terkejut untuk bersikap.
Shimizu tidak tau siapa yang membuat lembaran kertas itu, tidak ada nama atau keterangan apa pun, tapi yang Shimizu tau, ada sedikit keraguan dari tatapan beberapa temannya kepada dirinya, terlebih saat Tsukisima membuka mulut dan mengatakan bahwa itu keterangan di kertas itu bisa saja benar adanya, Shimizu merasa Tsukisima sedikit menggiring opini untuk mempercayai lembaran itu.
Di saat seperti ini, Shimizu hanya mengira kemungkinan Suga yang membuat lembaran kertas ini atau sebelumnya Suga yang membicarakan hal ini pada Tsukisima.
Shimizu tidak tau apa yang akan terjadi nantinya, sebelum semuanya lebih menyudutkannya, ia memilih pergi dari gym.
Suga segera mengikuti Shimizu dari belakang sebelum kehilangan jejaknya, tak peduli walau ia mendengar Daichi terus memanggil nama Shimizu dan dirinya.
Ternyata atap sekolah menjadi tujuan Shimizu. Cukup jauh untuk melarikan diri dari gym. Tidak terlalu memerlukan banyak waktu untuk sampai ke atap, Suga memaklumi itu mengingat Shimizu dulunya adalah seorang pelari. Suga yang memiliki stamina yang biasa-biasa saja, harus mengatur napasnya yang memburu agar kembali normal sebelum akhirnya berhasil memperpendek jarak berdiri antara Shimizu dengannya.
Sore itu, angin terasa bertiup lebih kencang dari biasanya, rambut hitam Shimizu yang digerai tampak indah saat diterpa angin. Shimizu hanya berdiri dan sedikit menengadah memandang langit sore, tanpa berniat membalikkan badannya menghadap Suga.
Dibanding Suga yang masih harus mengatur napasnya setelah berlari cukup jauh, Shimizu sudah terlihat lebih cukup tenang.
"Selain sok baik, ternyata kau juga pembohong ya Suga? Malam itu, samar aku mendengar kau takkan bisa bilang ke mereka, tapi ternyata kebalikannya."
Dua kalimat itu cukup menohok hati Suga. Suga khawatir Shimizu akan menangis atau risau karena tatapan keraguan dari beberapa temannnya, ternyata dia cukup kuat, bahkan untuk mengucapkan kalimat yang sedikit menyakitkan bagi Suga.
Suga mengkhawatirkan Shimizu, padahal satu-satunya orang yang harus dikhawatirkan saat ini adalah dirinya.
"Lembaran print out tanpa tulisan tangan ya? Huh, kau pikir aku tidak tau itu kau?"
Shimizu masih berada pada posisinya. Demikian pula degan Suga.
"Apa maksudnya? Aku tidak mengerti."
"Tidak usah berpura-pura lagi. Suga, malam itu kau mengatakan hal itu padaku. Sekarang aku yang memintamu. Tidak usah berpura-pura, Suga. Aku tau kau yang melakukannya. Kau balas dendam?"
Kini Shimizu membalikkan badannya. Atensinya sudah berada pada Suga seutuhnya agar dapat melihat respon lelaki berambut abu di hadapannya.
"Lembaran apa? Balas dendam apa?!"
Ekspresi Suga yang tertangkap oleh penglihatan Shimizu membuatnya muak. Wajah polos kebingungan itu membuatnya jengah. Shimizu mengakui pada dirinya sendiri bahwa Suga lebih ahli berpura-pura dari pada dirinya."Padahal kau tidak perlu susah payah berpura-pura kalau hanya kita berdua"
"Kenapa kau terus bilang aku berpura-pura?!"
"Ini salahmu Suga. Kalau malam itu kau tidak menutup-nutupinya, semuanya nggak akan begini. Kau sok baik. Kenapa? Kenapa kau begitu? Supaya aku melihatmu sebagai malaikat penyelamatku? Lalu sekarang kau ceritakan pada semua orang di klub voli tentang ini. Setelah semuanya tau, kau dipandang sebagai malaikat penyelamatku. Begitu? Ini tujuanmu Suga? Iya?" Shimizu terus mengerluarkan apa yang dipikirkannya tanpa menjawab pertanyaan Suga sebelumnya.
Shimizu menunjukkan senyum remehnya tipis pada Suga sebelum berniat meninggalkan atap sebelum Suga mengatakan apapun.
Tepat saat Shimizu melewati Suga, dengan cepat Suga menahan pergelangan tangan kiri Shimizu yang membuat Shimizu terhenti.
"Lepas" Pintanya dengan suara pelan.
"Jelaskan" Perintah Suga tak kalah pelan. Suga benar-benar tidak mengerti apa alasan Shimizu terlihat marah dan mengatakan itu semua.
Hanya mereka yang mampu mendengar suara masing-masing dengan jarak yang bisa dibilang dekat.
Shimizu melirik tangan kiri Suga yang sedang menggenggam pergelangan tangannya, ini mengingatkannya pada malam itu, "kau sangat suka menggenggam tanganku ya?" tanyanya. Suga tidak ingin menanggapi lelucon apapun saat ini, tentu saja Shimizu sadar dan tidak menunggu jawaban dari Suga akan hal itu."Aku tak berkewajiban menjelaskan semuanya padamu" Katanya menanggapi perintah Suga sebelumnya. Shimizu menghempaskan tangannya kuat-kuat, kali ini Suga tidak berniat menahan tangan Shimizu lebih lama seperti malam itu. "Aku muak. Ini semua karena voli." Shimizu menatap Suga sepersekian detik sebelum akhirnya berlalu meninggalkannya sendirian di atas. Suga tidak terlalu yakin, tapi Suga sepertinya melihat Shimizu meneteskan air matanya.
Setelah Shimizu berlalu, Suga mengusap wajahnya dengan kasar. Rumit. Semua semakin rumit. Shimizu terlihat seperti orang lain saat ini, atau malah ini adalah dirinya yang sebenarnya. Suga tidak tau. Suga pikir ia telah mengenal semua temannya dengan baik, tapi ternyata ia salah. Bahkan saat ini dia menjadi tidak mengenal dirinya sendiri.
Sok baik? Pembohong? Bernarkan ia seperti itu? Dan semua ini terjadi karenanya. Suga memikirkan hal itu.
Suga mendekatkan dirinya ke parapet atap, membiarkan angin yang semakin dingin membuatnya sedikit mengigil. Matahari sudah terbenam beberapa saat lalu, langit semakin gelap, tapi Suga masih belum berniat beranjak untuk menuju rumah.Suga berpikir akar dari masalah ini adalah ketidakpercayan dan kefrutasian dirinya terhadap posisi setter. Orang pertama yang mengusulkan berlibur saat itu memang Shimizu, tapi kalau saja saat itu Suga sedang tidak frustasi akan posisi dirinya sebagai setter mungkin saja ia tidak akan menerima ajakan Shimizu dan memilih untuk fokus berlatih. Walau mungkin Shimizu akan mengajak yang lain, mungkin saja Suga, Daichi atau Kageyama akan meyakinkan semuanya kalau berlatih lebih prioritas mereka saat ini.Ya, mungkin saja.
Berarti perkataan Shimizu ada benarnya. Ini adalah salahnya. Begitu yang terus ada dipikirannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bercela [END] ✔
FanfictionMemberi toss terbaik adalah hal yang harus ia lakukan. Berdiri di lapangan dengan waktu terlama yang ia bisa adalah hal yang harus ia pertahankan. Di tahun ketiga ini, ia akan mengukir kenangan indah di lapangan voli sebagai tim dari Klub Voli Karas...