Beberapa hari telah berlalu sejak insiden lembaran kertas yang tersebar di klub voli. Sejak saat itu Shimizu dan Suga tidak menunjukkan keberadaannya di gym, tak sekali pun mereka hadir walau sudah diperingatkan oleh Daichi. Pelatih Ukai juga terus mendesak Daichi.
“Silakan” Ucap seorang pelayan setelah menghidangkan makanan kepada mereka. Suga, Daichi, dan Asahi kini berada di sebuah restoran. Asahi lah yang mengusulkannya, ayolah, udah jarang nih kita makan bersama, begitulah bujuknya.
Maka di sinilah mereka setelah berjalan sekitar lima belas menit, duduk di sebuah restoran keluarga yang terletak tidak terlalu jauh dari sekolah.
Asap mengepul dari makanan yang tersaji di hadapan mereka, Suga yang tampak bersemangat melihat spicy mapo tofu segera mengambil sendok dan mulai menikmatinya. Wajahnya langsung tampak berseri setelah menerima suapan pertama. Daichi dan Asahi hanya bisa menggeleng melihat Suga yang kelihatan sangat senang hanya karena sesuap spicy mapo tofu. Mereka juga turut mengambil suapan pertama dari omurice mereka.
“Suga, kau harus mengurangi makan makanan sepedas itu” Asahi menenggak air minumnya setelah mencicipi sedikit spicy mapo tofu yang Suga pesan, “dan lagi, kalau pedasya begini, ini sih namanya super spicy mapo tofu” lanjut Asahi setelah lidahnya dirasa cukup netral kembali.
Suga tergelak melihat Asahi, ia menyodorkan mapo tofu itu lagi pada Asahi yang dibalas dengan gelengan cepat oleh Asahi.
“Kau harus belajar makan makanan pedas dari Suga” timpal Daichi yang memang mengerti kalau Suga sangat menyukai makanan yang satu itu.
“Kenapa kau malah ikut ikutan? Kalau gitu kau juga makan makanan Suga”
Daichi menatap hidangan di hadapan Suga, melihat tahu tahu yang berbalut bumbu berwarna merah itu sudah cukup membuat Daichi menggeleng, apalagi tadi Suga sempat meminta pelayan untuk membuat mapo tofu-nya sedikit lebih pedas lagi.
“Aku sih tak keberatan berbagi ini, tapi kalau kalian menolaknya juga aku lebih senang lagi” kata Suga sambil menikmati makanannya. Ah, spicy mapo tofu memang hebat, ia bisa membangkitkan mood Suga menjadi lebih baik lagi. Terlebih lagi restoran ini adalah restoran yang menyajikan makanan yang sesuai di lidah Suga, setidaknya sejauh ini Suga belum menemukan spicy mapo tofu terbaik selain di sini. Oh tapi tentu saja buatan ibunya pengeculian, spicy mapo tofu buatan ibunya tidak akan ada yang bisa menandinginya.
“Jadi kapan kau kembali ke klub voli?”
Tangan Suga yang sudah terarah ke mulutnya mendadak terhenti mendengar pertanyaan Daichi. Ia kembalikan lagi sendok yang digenggamnya ke dalam mangkuk, megurungkan niat menyuap tahu tahu yang ntah kenapa mendadak tidak menggiurkan seperti saat ia mencicipi suapan pertama tadi.
“Oi Daichi, kenapa harus sekarang?” Tanya Asahi pelan. Makanan tersisa seperempatnya di masing-masing piring mereka. Asahi pikir Daichi tidak akan membicarakan ini selagi mereka menyantap makanan mereka, setidaknya mereka harus makan dengan tenang dahulu, tapi sayang Daichi tidak sabar untuk menanyakan hal ini pada Suga.
Suga menarik napasnya pelan, mengambil suapan yang sempat diurungkannya, mulai menikmati lagi spicy mapo tofu yang hanya tinggal beberapa sendok lagi.
“Aku pasti akan datang, tapi nanti” jawab Suga santai. Riuh suasana restoran saat ini tidak mempengaruhi mereka sedikit pun, suara mereka yang berbicara dengan tenang dan pelan masih dapat terdengar dengan jelas.
Hari di luar mulai gelap. Matahari sudah terbenam beberapa saat yang lalu. Mereka terus menikmati hidangan mereka sampai habis di sela-sela pembicaraan mereka.
“Kau harus segera kembali, kau dan Daichi itu sepaket, satu dan dua, kapten dan wakil kapten. Apa jadinya kalau kau terus-terusan bolos latihan? Dan lagi, aku masih ingin melihatmu mengompori Tanaka dan Nishinoya melakukan hal-hal yang secara tidak langsung menghibur kita”
Suga tertawa mendengar bujukan Asahi, sepaket katanya? Mungkin seharusnya dia memilih kosakata lain, dan lagi, emangnya selama ini Suga hanya menjadi kompor kegaduhan mereka?
“Aku serius. Daichi merasa tertekan karena terus didesak pelatih untuk membujukmu kembali.” Lanjutnya.
“Asahi!” panggil Daichi untuk mencegahnya bicara lebih banyak lagi.
“Kau dan Shimizu, kalian berdua terlihat saling menghindari. Apa itu alasanmu tidak datang latihan?”
“Dia juga tidak datang ke gym?”
Daichi mengernyit mendengar Suga menjawab pertanyaannya dengan pertanyaan lain.
“Ya. Yachi terlihat mulai terbiasa, tapi kita semua masih membutuhkan Shimizu. Semua tau itu”
Asahi menjawab pertanyaan Suga dengan sabar. Sedangkan Daichi ingin segera membuat Suga mengiyakannya untuk kembali latihan lagi.
Seorang pelayan mengambil piring kotor mereka sebelum Daichi membuka mulut yang membuat perkataan Daichi tertahan.
Suga bertanya-tanya apa Shimizu baik-baik saja. Suga memang sempat kesal dengan sikap Shimizu saat di atap kemarin, namun rasa suka yang masih tertinggal itu berhasil memendam kekesalannya, terlebih Suga sempat melihat air mata Shimizu sekilas sebelum Shimizu pergi meninggalkannya di atap. Setelah mendengar penjelasan dari Asahi dan Daichi tentang lembaran yang mereka temukan di gym membuat Suga paham kenapa Shimizu menyebut Suga sok baik dan sedang berpura-pura.
“Aku tidak tau siapa yang menyebarkan lembaran itu, aku juga mengkhawatirkannya, aku juga sudah membujuknya berkali-kali untuk kembali, tapi dia selalu menolak.”
Daichi menggerakkan memutar gelasnya yang masih terisi air setengah sambil mengambil jeda di sana sebelum melanjutkan, “kau tau, semalam kami membicarakan hal ini, kami sepakat untuk tidak menyinggung hal itu lagi. Kami memaafkan dan akan melupakannya kalau memang kalian tidak mau menjelaskannya.”“Pandangan mereka terhadapku tidak akan berubah”
Daichi dan Asahi menatap Suga, mecoba mencari arti kalimatnya di sana.
“Kenyataan bahwa aku dicurigai tidak akan berubah, pandangan mereka terhadapku yang mungkin adalah pelakunya tidak akan berubah. Sebagian dari mereka tidak akan menerima mentah-mentah informasi dari lembaran kertas itu. Sebagian dari mereka pasti masih berpikir salah satu senior mereka mencelakai mereka hanya karena posisinya direbut pemain jenius” jelas Suga.
Daichi jengah. Sejak kapan pemikiran negatif terus terusan mengusai Suga melebihi Asahi. Bahkan kini Suga meragukan kepercayaan teman-temannya.
“Kalau gitu jelaskan. Malam itu kau bicara pada Shimizu kan? Kau pasti tau kenapa Shimizu melakukan itu. Jelaskan pada kami semua di gym. Dengan begitu pandangan mereka yang melihatmu sebagai pelakunya akan berubah”
“Menjelaskan dan membiarkan Shimizu menanggung semuanya?” Suga tertawa hambar.
Suga tidak akan mau melakukan itu. Dan di samping itu, sebenarnya Suga juga tidak tau alasan Shimizu melakukan hal gila semacam ini. Mencelakai orang dengan sengaja? Itu tidak pernah terpikir oleh Suga bawa Shimizu akan melakukannya.“Aku pasti kembali, ntah sebelum pertandingan, sesudahnya, atau malah saat pesta perpisahan anggota klub voli dengan kelas tiga. Aku tidak bisa memastikannya.”
Daichi mendelik mendengar ucapan Suga, bagaimana bisa dia berpikir kemungkinan kembali hanya untuk menghadiri upcara perpisahan anggota klub, Daichi tidak bisa membiarkan hal itu.
Suga masih ingin membiarkan ego menguasai dirinya, untuk saat ini dia tidak ingin kembali, membiakan semua anggota klub berpikir apa pun tentang dirinya.
Memaafkan dan akan melupakan kejadi malam itu, lalu kembali seperti sebelumnya. Tentu saja sebenarnya tidak semudah itu. klub voli Karasuno sedikit demi sedikit kehilangan kepercayaannya terhadap sesama anggotanya. Hal tersebut membuat ikatan dalam klub itu berantakan. Saat ini, Daichi dan Asahilah yang mati matian berusaha mengeratkan ikatan itu kembali.
“Terima kasih atas makanannya!” Suga berdiri, tak peduli peringatan Daichi untuk tetap tinggal dan tidak melarikan diri. Ia berjalan santai meninggalkan restoran kesukaanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bercela [END] ✔
Hayran KurguMemberi toss terbaik adalah hal yang harus ia lakukan. Berdiri di lapangan dengan waktu terlama yang ia bisa adalah hal yang harus ia pertahankan. Di tahun ketiga ini, ia akan mengukir kenangan indah di lapangan voli sebagai tim dari Klub Voli Karas...