08 - Pikiran Masing-masing

1 1 0
                                    

"Berhenti menatapku dengan tatapan kasihan seperti itu!"

Suga sedang menonton TV, tapi ekor matanya bisa melihat Daichi melihatnya dengan tatapan yang iba. Suga tidak menoleh sedikitpun saat mengatakannya, hal itu membuat Daichi sedikit tersentak.

Daichi membenarkan posisi duduknya, kini pandangannya sudah sepenuhnya mengarah ke TV.

"Aku nggak mengasihanimu. Hanya saja aku pikir kau pasti kecewa. Kau yang memberi ide liburan ini, tapi kau tidak menikmatinya."

"Siapa bilang aku tidak menikmatinya? Walau cuma di dalam vila, aku tetap bersenang-senang. Bahkan aku merasakan sensasi belajar di vila yang asri begini." Balas Suga lantang karena merasa ia terlihat menyedihkan. Kebiasaannya yang selalu belajar rutin di jam-jam malam tidak bisa ditinggalkannya. Daichi yang sekamar dengannya di vila ini sudah tidak heran dengan kebiasaannya.

"Tapi kau jadi lebih banyak menghabiskan waktu berdiam diri daripada menggerakkan badan, aku takut kau jadi terpikirkan hal yang kemarin."

Ekspresi ceria di wajah Suga sedikit memudar. Ia malah teringat karena Daichi mengungkitnya.

"Aku baik-baik saja sekarang, Sudah benar-benar lapang dada!" Ucap Suga sambil tersenyum lebar dan mengacungkan ibu jarinya, seperti Guy sensei di serial Naruto.

Daichi menghela napas. Ia menganggap Suga benar-benar sudah melupakan hal itu. bagaimana pun Suga tetaplah setter Karasuno. Daichi berharap, setelah liburan ini, Suga tidak perlu merasa terintimidasi lagi oleh Kageyama.

Hari telah sore, libuan kali ini seakan berlalu begitu saja. Sebenarnya Suga sudah menyiapkan kegiatan apa saja yang akan mereka lakukan. Suga menghabiskan waktu sekitar satu jam untuk membuat rencana ini, ia tidur sedikit larut di malam sebelum keberangkatan ke vila ini karena antusias dengan liburan ini. Di balik selimut tebalnya, ia mencoret coret rencananya dengan semangat di selembar kertas.

Namun sayang rencananya gagal total karen ada sedikit kendala. Kecerobohannya yang tidak dapat menjaga keseimbangan badan dan membuatnya terluka adalah awal gagalnya rencananya. Di siang hari, ia ingin menyampaikan rencananya pada teman-temannya, tidak masalah dia tidak ikut di dalam kegiatan yang dirancangnya, yang penting liburan kali ini harus berkesan, setidaknya di dalam benak teman-temannya. Tapi, lagi-lagi ia mengurungkan niatnya untuk menunjukkan rencana itu pada teman-temannya karena Hinata dan Nishinoya yang sakit mendadak dan bersamaan. Tidak mungkin dia memaksa yang lain mengikuti semua kegiatan yang telah dirancangnya dan bersenang-senang sedangkan Hinata dan Nishinoya terbaring begitu saja. Ah, sekarang dia paham maksud perkataan Tsukisima sebelumnya.

Matahari hendak tenggelam, sebelum benar-benar hilang, Suga memutuskan melihat matahari tenggelam dari vila ini. Ia segera menuju ke balkon yang berada di lantai dua. Sebelum sampai balkon, Suga melihat seseorang berjalan sedikit terburu-buru, namun ia berusaha menghirukannya. Toh selama di sini semua kegiatan bebas. Mungkin aja seseorang sedang mengejar tayangan TV live sore ini.

Angin bertiup pelan begitu Suga sampai di balkon. Pepohonan seperti melambai-lambai saat Suga mentapnya. Walau sedikit terhalang karena banyaknya pohon, Suga masih bisa melihat matahari bergerak turun perlahan. Menakjubkan. Ia berpikir sebaiknya ia mengajak Daichi dan Asahi ke sini sebelum menyiapkan barbeque untuk nanti malam.
Sebelum hendak turun untuk memanggil kedua teman sejawatnya itu, sayup-sayup Suga mendengar suara yang Suga yakini berasal dari halaman depan. Suga menyembulkan kepalanya dari balkon. Ia melihat dua pot yang terbuat dari tanah liat hancur berantakan. Pecahan pot itu berserakan di mana mana. Terlihat juga Asahi yang memegangi bahu kirinya.

Suga tampak panik, begitu melihat Asahi, ia lekas menuju lantai satu, tanpa sadar ada yang melihatnya dari bawah.

Nyeri akibat jatuh tadi pagi tidak dihiraukannya, ia mengambil langkah besar dengan harapan segera melihat keadaan Asahi.

Begitu sampai di lantai satu, yang lainnya terlihat sedang menyiapkan barbeque seperti tidak ada kejadian apa pun sedangkan Asahi baru saja keluar dari kamarnya. Ia terlihat memakai kaos yang berbeda.

"Asahi, kau nggak papa?"

"Nggak. Gini doang" Jawab Asahi sambil mengayunkan lengan kirinya pelan. Suga bisa melihat Asahi sedikit memaksakan pergerakannya. Kalau saja yang terkena bahu kanannya, ini akan menjadi masalah serius mengingat Asahi adalah ace-nya Karasuno.

"Persiapannya udah hampir selesai nih! Ayo kumpul!" Teriak Yamaguchi dari halaman depan.

Udara malam di sini terasa sangat dingin. Suga dengan segera menarik risleting jaketnya sampai leher.

Penerangan yang sangat minim dan banyaknya pohon yang mengelilingi vila ini membuat suasanya terasa mencekam jika saja mereka tidak berkumpul. Kalau seandainya harus sendiri berada di luar begini, Suga pasti menolak. Lebih baik ia berdiam diri di dalam.

Suga membantu menusuk daging, sosis dan bahan lain bersama Yamaguchi, Narita dan Kinoshita sementara Daichi, Tanaka, dan Asahi yang menyipkan bara dan griller. Tsukima, Kageyama, dan Ennoshita menyiapkan minuman, Yachi dan Shimizu menyiapkan saus, nasi, dan buah-buahan. Nishinoya dan Hinata memaksa untuk membantu, tapi Daichi lebih memaksa mereka untuk menunggu sambil duduk saja.

"Ah, ngomong-ngomong, kalian merasa aneh nggak sih karena kita ditimpa musibah terus-terusan?"

Tsukisima membuka mulut ketika Suga baru saja menerima minuman dari Tsukisima yang memang bertugas menyiapkan minuman. Beberapa daging masih dipanggang di griller, sedangkan mereka sudah duduk di halaman depan beralaskan tikar sambil menikmati makanan yang telah matang.

"Maksudmu apa Tsukki?"

"Masa kau tak merasa heran sih, Yamaguchi?"

Semua tertegun mendengar perkataan Tsukisima. Dan kalau dipikir-pikir, ini semua memang terlalu sederhana jika disebut kecelakaan. Ini seperti disengaja.

"Haaaa!!!! Benar juga. Pertama Suga-san. Tadi Asahi-san. Aku rasa para kelas tiga harus berhati-hati. Apa hantu vila mengincar para kelas tiga?" Sambung Hinata, wajahnya terlihat ketakutan secara alami. Keadaannya mulai membaik walau belum sebaik biasanya.

"Dasar bodoh! Sudahlah, percuma"

Hinata menatap Tsukisima heran karena sembarangan mengatakannya bodoh. Ia mengerutkan keningnya dan terus meminta penjelasan dari tatapannya. Kageyama juga menunggu maksud dari ucapan Tsukisima, Kageyama juga penasaran apa yang salah dari ucapan Hinata, dan sebenarnya dia juga berpikir seperti apa yang Hinata katakan.

Sayangnya Tsukisima terlihat tidak berniat menjelaskan, karena ia juga hanya ingin memancing teman-temannya, ia akan melihat reaksi mereka tanpa beniat membicarakan hal ini terlalu panjang.

Tsukisima merasa bukan hanya dirinya yang berpikir seperti itu, terlebih ia mengingat ekspresi Daichi tadi siang. Tsukisima yakin ia tidak salah saat menyimpulkan bahwa Daichi mulai curiga dengan kecelakaan yang terjadi beberapa kali ini.

Kalau memang pelakunya adalah salah satu dari mereka, setidaknya ekspresi si pelaku akan sedikit berbeda karena ucapan Tsukisima yang jelas sedang mencurigai sang pelaku -siapa pun bisa mengerti akan kalimat itu, yaa kecuali Hinata dan Kageyama- dan itu juga kalau Tsukisima bisa melihat ekspresi teman-temannya dengan teliti satu per satu.

Beberapa diantara mereka terlihat tertegun memahami kalimat Tsukisima, Daichi adalah salah satunya. Dari awal Daichi sudah mulai curiga kecelakaan yang menimpa teman-temannya adalah kesengajaan. Daichi juga sempat melihat lubang yang dimaksud Suga dan Yachi. Saat Hinata dan Nishinoya mendadak sakit perut juga ia semakin curiga, tapi Daichi tidak mau mengatakannya pada yang lain bahkan Shimizu, Asahi dan Suga yang menjadi sahabat dekatnya. Daichi memilih mengubur dalam-dalam kecurigaan itu. Menurut Yachi, di sini ada penginapan lain, tapi tidak terlalu banyak dan jaraknya tidak terlalu berdekatan, sedikit sulit dipercaya jika ada orang lain yang tinggal jauh dari vila ini dan datang tiga kali di waktu yang berbeda untuk megerjai mereka. Tidak mungkin pelakunya adalah teman-temannya. Ah, lebih tepatnya Daichi takut mencurigai teman-teman dan membuat rasa kepercayaannya berkurang.

Belum lama mereka sibuk dengan pikiran masing-masing, tiba-tiba mereka samar mendengar sesuatu yang berasal dari dapur. Mereka melihat sekeliling mereka, Ennoshita tidak ada di tempat. Narita berdiri untuk melihat apa yang terjadi. Sesaat setelah Narita masuk ke dalam, di saat itu juga mereka mendengar Narita memanggil nama Ennoshita yang membuat mereka semua panik dan ikut melihat keadaan Ennoshita.

"AKU TAU, INI PERBUATAN KAU KAN, SUGA-SAN?!"

Bercela [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang