09 - Kepercayaan

2 1 0
                                    

Belum lama mereka sibuk dengan pikiran masing-masing, tiba-tiba mereka samar mendengar sesuatu yang berasal dari dapur. Mereka melihat sekeliling mereka, Ennoshita tidak ada di tempat. Narita berdiri untuk melihat apa yang terjadi. Sesaat setelah Narita masuk ke dalam, di saat itu juga mereka mendengar Narita memanggil nama Ennoshita yang membuat mereka semua panik dan ikut melihat keadaan Ennoshita.

Ennoshita tampak terduduk di lantai, di sebelah kirinya berserakan piring pecah. Dari piring inilah mereka mendengar samar mendengar sesuatu.

"Maaf, aku mengejutkan kalian? Aku hanya terkejut melihat Ennoshita yang tampak kesakitan dan terduduk di lantai" Ucap Narita yang tampak bingung saat mereka semua sudah masuk ke dalam.

Kinoshita tanggap ikut Narita membantu Ennoshita berdiri. Daichi berdiri tepat di hadapan mereka, mencolek lantai dan menggesekkan ibu jari dan jari telunjuknya secara bersamaan.

"Ini minyak?" Tanya Daichi.

"Sepertinya begitu. Aku kurang hati-hati saat akan mengambil kecap asin, aku tidak melihat ada tumpahan minyak di lantai, maaf membuat kalian repot" Jelas Ennoshita.

"AKU TAU, INI PERBUATANMU KAN, SUGA-SAN?!" Tangan yang awalnya tergenggam menahan amarah kini telah menunjuk Suga tepat di depannya.

Kinoshita dan Narita yang hendak membawa Ennoshita duduk di sofa mendadak menghentikan langkah mereka. Sedangkan yang lain terperanjat mendengar tuduhan Tanaka pada Suga.

"Apa yang kau katakan, Tanaka?!"

"Diam sebentar, Nishinoya. Tadi sewaktu menyiapkan barbeque cuma kau yang masuk ke dalam kan, Suga-san?"

"A-aku cuma mengambil ponsel. Bu-bukan aku yang melakukannya" Jawab Suga terbata, bukan karena gugup, hanya saja dia terkejut dengan sikap Tanaka yang seperti ini. Baru kali ini Suga mendapat perlakuan seperti ini dari Tanaka.

"Maaf Suga-san. Aku memang menghormatimu, tapi aku nggak suka dengan cara mainmu. Apa bisa kau buktikan kalau kau memang hanya mengambil ponsel?"

"Bagaimana aku membuktikannya? Apa seperti ini?!" Suga mengeluarkan ponselnya dan menunjukkannya tepat di hadapan Tanaka. "Lagi pula untuk apa aku melakukan hal semacam itu?!!!" Suga memasukkan ponselnya lagi ke dalam sakunya. Suaranya mulai meninggi, ada sedikit amarah yang muncul karena sikap Tanaka.

"Tanaka. Kau kenapa begini?! Kau juga nggak punya bukti bahwa Suga yang menyebabkan ini" Asahi mencoba menenangkan Tanaka yang mulai tersulut emosi.

"Asahi-san, bahumu yang sulit digerakkan ini, pasti juga karena Suga-san. Tadi sore setelah insiden itu, aku lihat Suga-san berlalu dari balkon. Aku yakin, di sini yang punya rambut abu-abu cuma Suga-san. Aku nggak mungkin salah mengenali."

"Bukan aku! Aku memang berada di lantai dua, tapi ak-"

"Apa? Mau cari alasan apa lagi? Jangan-jangan kau juga yang meracuni Hinata dan Nishinoya!"

"Tanaka! Cukup! Kau keterlaluan!" Sentak Daichi.

"Kau membelanya Daichi-san?"
Daichi diam sejenak. Suga tidak mungkin melakukan itu. Daichi memutar otaknya agar masalah ini tidak membuat keutuhan timnya pecah.

"Aku tidak membela siapa-siapa. Hanya saja kita tidak punya bukti. Kau harus menenangkan dirimu Tanaka"

"Iya, tidak mungkin Suga melakukannya, aku sebenarnya nggak mau mengatakan ini, tapi Suga itu seperti malaikat di tim kita. Lagi pula dia juga terluka. Itu berarti jika memang ada orang yang sengaja mencelakai kita, bukan Suga orangnya."

"Kau berarti sudah tertipu olehnya. Bisa aja dia sengaja mencelakai dirinya pertama kali supaya dia nggak dicurigai."

"BUKAN AKU PELAKUNYA!!" Kali ini Suga benar-benar meninggikan suaranya. Suga tau Tanaka memang keras kepala, tapi dia tidak menyangka Tanaka benar-benar tidak mendengarkan ucapannya sama sekali.

Bercela [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang