Yachi mendekat perlahan ke arah pintu, sedikit ragu untuk masuk ke dalamnya, hari mulai sore, bisa saja suara gebrakan meja barusan bukan dari suara manusia. Yachi bergidik ngeri membayangkannya, tapi rasa penasaran lebih menguasainya.
Dari celah pintu yang terbuka seperempatnya, Yachi bisa melihat seseorang yang sedang berdiri dengan kedua tangan yang tertumpu pada meja. Yachi yakin, dialah orang yang membuat suara gebrakan meja tadi. Orang itu tidak menggunakan seragam sekolah Karasuno. Saat Yachi melihat lamat lamat, Yachi yakin orang itu menggunkan almamater berwarna cokelat.
“Mereka semua tampak baik! Kau bilang sudah sesuai rencana!” Dari nada bicara orang itu, Yachi bisa mendengar bahwa ia tampak agak kesal. Rambut pirangnya bergoyang mengikuti bahasa tubuhnya.
“Gimana bisa yang begitu kau bilang baik?!” lawan bicaranya tampak tak mau kalah.
Yachi terfokus pada suara lawan bicaranya. Suara tegas itu, suara yang biasanya selalu berbicara lembut. Yachi kenal suara itu.
Untuk memastikannya, Yachi berusaha menggeser pintu sedikit demi sedikit dengan suara seminimal mungkin. Hanya beberapa senti Yachi menggeser pintu hingga Yachi bisa melihat seorang gadis berambut hitam sedang berhadapan dengan orang tadi.
Shimizu senpai!!
Yachi berusaha semampunya untuk menahan diri agar tidak menimbulkan suara apa pun.
Berkaca dari peristiwa malam itu di vila, Yachi mengeluarkan ponsel, tangannya dengan gesit membuka kamera pada ponselnya dan mulai merekam.
Yachi mulai menerka-nerka apakah orang yang berada di hadapan senpainya adalah lelaki yang bernama Miya yang disebut sebut oleh Suga.
“Tak ada yang terluka sedikitpun! Rencana awal kita harus ada satu atau dua pemain inti yang terluka!” lelaki itu berbicara sambil menunjuk asal ke arah pintu tanpa menoleh. Yachi sempat panik dirinya akan ketahuan, tapi untungnya Shimizu juga tidak memperhatikan. Shimizu terus menatap lelaki yang berada di hadapannya.
“Kau hanya melihat sekilas. Kau tidak tau kan kekompakan dan kepercayaan tim kami sedang hancur. Aku mendengarnya sendiri dari juniorku!” Balas Shimizu dengan yakin.
Yachi tau, juniornya yang dimaksud sudah pasti dirinya. Karena Shimizu sering menanyakan kabar anggota tim walau sudah beberapa hari dia tidak bergabung ke tim.
Selama ini Yachi pikir Shimizu bertanya karena sangat peduli, tapi kini ia tau Shimizu menanyakannya untuk dilaporkan pada Miya Atsumu. Yachi jadi penasaran apa hubungan antara Shimizu dan Atsumu sehinggan Shimizu tega melakukan ini semua.
“Aku mau mereka hancur secara fisik dan mental! Bukan berarti aku yakin tim kami akan kalah melawan kalian mangkanya aku berbuat seperti ini. Bukan! Ini tahun terakhir kapten kami mengikuti pertandingan. Aku menghormatinya. Aku akan melakukan apa pun agar tim kami menang hingga menjadi juara, termasuk menyingkirkan serangga-serangga menyebalkan.” lelaki itu meletakkan tangan kanannya pada bahu kiri Shimizu lalu ia menyentuhnya dengan lembut, “kau bisa melakuknnya kan? Iya kan?”
Shimizu menepis tangan orang itu, meski samar, Yachi dapat melihat ekspresi Shimizu yang terlihat geram.
“Kapten? Tahun ketiga? Apa kau lupa kapten kami juga berada di tahun ketiga, aku pun begitu. Dan sebagai manajer, aku malah berusaha mengantarkan mereka pada kegagalan.” Suara Shimizu meninggi, kalau Atsumu mengingat tahun terakhir kakak kelas kesayangannya itu, kenapa ia tidak bisa memahami bahwa Shimizu juga berada di tahun ketiga. Kenapa juga dia membiarkan Shimizu membawakan timnya pada sebuah kegagalan?
“Oh, jadi kau menolak untuk meneruskan rencana ini?” lelaki bermarga Miya itu kembali menarik tangannya dari bahu Shimizu, “Seingatku aku sudah bilang kalau aku punya bukti suap yang dilakukan orangtuamu” lanjutnya santai.
Yachi hampir tidak bisa mencerna apa yang didengarnya.
“Berhenti memerasku dengan kalimat itu!”
Suara Shimizu meninggi, ia muak terus terusan harus menerima ancaman yang sama.
Shimizu tidak mengelak, dengan begitu Yachi bisa menyimpulkan omongan pria di hadapan Shimizu ini benar adanya. Tangan kanan Yachi yang memegang ponsel tidak bisa dikendalikan, rekaman video yang saat ini sedang diambilnya terlihat tidak fokus karena tangannya bergetar. Keseimbangan tubuh Yachi mendadak hilang. Ia merutuki dirinya yang sangat ceroboh hingga lengan kiriinya menyenggol pintu dan membuatnya semakin terbuka. Tentu saja hal itu membuat Shimizu dan Atsumu menghentikan pembahasan mereka dan secara spontan melihat ke arah Yachi.
Tanpa ragu, Yachi segera berlari ke samping gudang, mencoba bersembunyi dibalik pohon yang tidak terlalu besar. Tangannya dengan cepat mengirim video itu ke Tsukisima. Yachi segera menelepon Tsukisima namun dalam sekali panggil ia tidak mendapat jawaban atas panggilannya.
Saat mengingat bahwa Tsukisima masih berlatih voli di gym, Yachi lantas mengirim pesan kepada salah satu anggota voli yang sedang tidak berlatih, Suga. Yachi meminta Suga untuk segera datang ke samping gudang segera, pikirannya mengatakan bahwa ia harus meminta tolong pada seseorang untuk datang. Ntah ada angin apa Yachi berani mengirim pesan seperti itu pada Suga, mungkin rasa panik yang membuatnya berani meminta Suga datang.
Melihat tidak ada tanda-tanda Suga membaca pesannya, Yachi segera menekan tombol panggil untuk menanyakan apakah Suga masih berada di sekolah.
Belum sempat Yachi mendapat jawaban atas panggilan itu, pergelangan tangannya ditarik paksa ke atas oleh seseorang. Ponsel yang baru saja digenggamnya telah berpindah tangan dan Yachi segera tau panggilan telepon itu telah diakhirnya.
“Ke-kembalikan ponselku!” cicit Yachi saat tau bahwa orang yang mengambil ponselnya adalah Miya Atsumu. Shimizu terlihat sedang berada di belakang Atsumu. Hanya berdiam diri, tak berniat membantu.
Tangan kanan Atsumu sibuk mengotak ngatik ponsel yang saat ini sedang digengamnya. Bebera detik kemudian Yachi bisa mendengar suara Atsumu dan Shimizu melalui ponselnya. Yachi langsung menebak bahwa Atsumu telah membuka galerinya.Tanpa sepatah kata pun, Atsumu menarik pergelangan tangan Yachi dan berjalan dengan cepat dalam gudang.
Yachi didorong begitu saja ke dalam tumpukan meja di gudang. Tidak terlalu kuat, namun Yachi masih bisa merasakan sakit di punggungnya yang terkena hantaman meja. Ponsel yang sedari tadi masih dipegang Atsumu, kini dilemparkan asal ke arah Yachi. Secara spontan Yachi menangkap benda kesayangannya itu.
Atsumu segera berlalu. Saat berada di depan pintu, Yachi dapat melihat lelaki itu sedang membisikkan sesuatu ke arah Shimizu.
“Dia yang telah menguping. Aku liat sekilas videonya. Kau yang urus sisanya”
Atsumu berlalu meninggalkan Shimizu yang masih hanya berdiam diri.
Saat yakin Atsumu sudah benar-benar menghilang dari pandangannya, Shimizu menutup pintu gudang, tidak rapat, ia meninggalkan sedikit celah untuk membiarkan cahaya masuk walau samar.
“Shimizu senpai. Apa maksud ini semua?”
Yachi mengambil posisinya, berdiri tepat di hadapan Shimizu, menunggu Shimizu mengucapkan sesuatu.
Menurut pandangan Yachi, Shimizu tampak ragu sejenak, sebelum akhirnya dia mengambil ponsel Yachi. Terlalu mendadak, Yachi tak sempat mempertahankan ponselnya sendiri di genggamannya.Sesaat setelah ponsel Yachi berpindah tangan, Shimizu langsung melemparkan ponsel Yachi ke lantai sekuat tenaganya. Bunyinya nyaring, Yachi yakin layar ponselnya pecah atau setidaknya retak.
Yachi spontan berlari ke arah ponselnya, berniat memeriksa apa yang terjadi pada ponselnya, namun kedua tangan Shimizu telah lebih dulu menahan bahu Yachi dan mendorongnya ke dinding yang tepat berada di belakanganya. Yachi meringis, punggungnya masih terasa sakit karena benturan meja tadi, dan sekarag ia merasakan sakit di bagian yang sama karena dinding.
Yachi ingin mengatakan sesuatu, ingin menanyakan sesuatu, ingin memaksa Shimizu menjelaskan sesuatu, tapi lidahnya terasa kelu.
Shimizu yang saat ini berada di hadapannya terasa bukan seperti Shimizu yang dikenalnya.
“Hitoka-chan, kau tau kan Suga adalah kambing hitamnya? Kalau Suga yang termasuk orang terdekatku saja bisa menjadi kembing hitam karena aku, menurutmu apa yang akan kulakukan padamu yang udah banyak tau tentang aku dan kejadian di vila itu?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Bercela [END] ✔
FanfictionMemberi toss terbaik adalah hal yang harus ia lakukan. Berdiri di lapangan dengan waktu terlama yang ia bisa adalah hal yang harus ia pertahankan. Di tahun ketiga ini, ia akan mengukir kenangan indah di lapangan voli sebagai tim dari Klub Voli Karas...