BAB 9

90 7 57
                                    

Seorang gadis mengernyitkan alisnya dengam mata yang masih terpejam, suara dering pada ponselnya itu mengusik tidur nyenyaknya. Satu tangannya meraba - raba ke arah meja kecil di samping tempat tidurnya untuk menggapai benda kecil yang berdering itu.

Dengan mata yang masih menyipit Evellyn membaca nama orang yang mengusiknya melalui telepon pagi ini

'Farren'

Evellyn langsung mengangkat dengan malas telfon masuk itu dengan mata yang masih terpejam, ia dapat merasakan tangan kekar memeluk tubuhnya

"hallo" Sapa parau Evellyn menyapa

"Hallo kak Ellin, kok lama banget ngangkat telfonnya?? Farren telfon dari tadi padahal" Ucap seorang anak laki - laki dari seberang sana

"Hmm??? Iyaa knapa Farren sayang? Pagi pagi udah nelfon?" Tanya Evellyn sedikit serak

"kita udah di Jakarta, mau ke tempat kakak, tapi papa sama mama masih belanja di pasar deket rumah kakak, Farren sama Derry nunggu di mobil. Kakak mau di beliin oleh - oleh apa?" tanya Farren

"hmm apa ya?? Gada sih" jawab gadis itu sambil menguap, namun tiba - tiba matanya membulat

"APAAAA????? DI PASAR DEKET RUMAH KAKAK???!!!!!!

"iya kak, paling bentar lagi papa mama selesai belanja"

Evellyn memejamkan matanya, Mampus!!

"ohh yayaya"

TUTTT!!!

Evellyn langsung mematikan telfonnya sebelah pihak, ia pun mencoba untuk membangunkan laki - laki bertelanjang dada yang sedang memeluk pinggangnya, tidak hanya tangan bahkan kaki laki - laki itu tampak membelit tubuhnya.

"Channn!!! Bangunn!!" Evellyn menggoyangkan tubuh laki - laki itu untuk membangunkannya

Ya laki - laki itu adalah Chandra, laki - laki yang semalam datang kerumahnya melalui jendela kamarnya, menghabiskan malam bersamanya di tengah hujan deras dan dinginnya cuaca malam kemarin, menumpahkan segala kerinduan setelah dua minggu tidak bertemu.

Evellyn menyadari, memang hatinya bergejolak semalam, secara sadar ia mengingat kejadian malam kemarin. Mereka berpelukan, berciuman, bagaimana mereka bercumbu, lalu tertidur pulas. Evellyn tentu mengingat semuanya, namun hanya itu. Mereka tidak sampai berbuat lebih walau pun sebenarnya mereka sudah pernah melakukannya. Mereka masih memiliki kesadaran bahwa yang mereka lakukan di dasarkan oleh Hasrat rindu yang menggebu dimana mereka memang sebenarnya saling merindukan satu dengan yang lainnya, tumbuh rasa untuk saling melindungi, bukan karena Hasrat seksual.

"hmmm.. gue masih ngantuk linn" Chandra bergumam sambil mengeratkan pelukannya

"mama sama papa gue mau kesini, lo harus buru - buru cabut!!!" Evellyn masih berusaha melepaskan diri dari laki - laki yang membelitnya itu

"CHANDRAAA!!!!" merasa tidak di dengarkan ia lalu membentak laki - laki itu

"apa sihhh? Ya biarin aja mereka dateng" Chandra nampak masih memejamkan matanya "ayo tidur lagi, ngantuk banget gue serius"

"biarin aja - biarin aja, congor lo biarin aja!!!"

"Jam berapa sih ini???" tanya Chandra

Evellyn melirik jam dindingnya "jam 6"

"tuh masih jam 6, gue kalo liburan biasa bangun jam 10. Ini kepagian lin" Chandra kembali memeluk gadis itu untuk dijadikan guling, namun dengan cepat Evellyn menjewer telinganya

"ahhhhhhh - ahhhh sakittt begooooo, lepas - lepass!!!" kepala Chandra bergerak mengikuti tarikan di telinganya

"bangun gak lo!!!!, Cabut sekarang atau nih telinga lepas dari tempatnya"

ELEVEN (FIVE AND SIX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang