22. Trauma Neisha

2.1K 232 8
                                    

Dengan linglung Neisha turun dari ranjang, badannya terasa berat dan tidak nyaman. Di beberapa bagian tubuhnya terutama punggungnya terasa sakit, Neisha memaksakan diri berjalan keluar dari kamarnya. Namun belum satu langkah dia berjalan, ada sesuatu yang mengalir di hidungnya.

Neisha menyeka cairan yang keluar dari hidungnya dengan jari telunjuknya, tubuhnya seketika gemetar melihat darah kental di jarinya.

Dia mimisan.

"Kyaaa.... Kakek.... Tante Niken...." Teriak Neisha dengan histeris.

Dia sangat takut dengan darah, untuk beberapa alasan dia dan Neisha yang asli punya trauma dengan darah.

Tonny yang sedang bersantai di taman spontan bangkit dari duduknya saat mendengar suara teriakan Neisha lalu bergegas menuju kamar cucu perempuannya.

Dia dalam kamar, Neisha sudah menangis. Tubuhnya gemetar dan lemas, Neisha terduduk tak berdaya di lantai sambil menangis dan berteriak memanggil kakek dan tantenya.

Anggota keluarga Marrces yang lain bergegas berlari menuju kamar Neisha dengan panik saat mendengar teriakan gadis itu, Niken yang lebih dulu sampai di kamar Neisha langsung membuka pintu kamar keponakannya itu lalu langsung berlari kecil menghampiri Neisha. Ia memeluk dan menenangkan Neisha yang ketakutan.

"Gak papa sayang, tenang ya. Tante di sini, kamu tenang ya" Bisik Niken di telinga Neisha dengan lembut dan penuh kasih sayang.

Tangis Neisha sedikit mereda, namun air matanya masih mengalir dan tubuhnya masih gemetar ketakutan.

"Darah tante, darah" Gumam Neisha dengan suara gemetar.

Niken menepuk-nepuk lembut punggung Neisha, terus menenangkan gadis itu.

"Iya, kamu tenang ya. Tante bersihin darahnya ya. Jangan takut, tante di sini" Bujuk Niken.

Neisha tidak mengatakan apa-apa, wajahnya pucat. Beberapa ingatan mengerikan antara miliknya dan Neisha yang asli menjadi bercampur jadi satu, Neisha mencengkam erat lengan tantenya dengan kuat. Niken sedikit meringis kesakitan karena kuku Neisha menancap di kulitnya.

Niken menepuk-nepuk lembut punggung tangan Neisha lalu mengenggam punggung tangan gadis itu dengan lembut, sambil menahan sakit beliau terus berusaha untuk menenangkan Neisha.

Niken melirik ke arah pintu, di depan pintu masuk ada beberapa pelayan yang berjaga.

"Tolong ambil tisu" Perintah Niken pada salah satu pelayan.

"Baik nyonya" Jawab pelayan itu lalu mengambil kotak tisu yang ada di atas meja kerja Neisha.

"Ini nyonya" Ujar pelayan itu sambil menyerahkan kotak tisu yang ada di tangannya pada Niken.

Niken tidak mengatakan apa-apa, dia mengambil beberapa lembar tisu lalu membersihkan darah di jari Neisha dan hidung gadis itu.

"Darahnya udah hilang sayang, kamu gak usah takut lagi. Darahnya udah tante bersihin" Ujar Niken dengan lembut.

Neisha tidak mengatakan apa-apa tangisnya sedikit mereda namun ia masih ketakutan, tatapan matanya kosong. Dengan wajah yang masih pucat, Neisha memeluk Niken dan mengubur dirinya dalam pelukan Niken. Sesekali matanya melirik ke berbagai arah dengan gelisah, seolah-olah memeriksa sesuatu.

"Shasa takut tante, Shasa takut. Mereka jahat, mereka membunuh Anne. Anne mati karena Shasa, semua salah Shasa" Bisik Neisha dengan suara gemetar dan sedikit kekanak-kanakan.

Neisha kembali menangis, namun tangisnya tidak sehisteris sebelumnya. Tapi lirih dan pilu, Niken diam dan tidak mengatakan apa-apa. Mata Niken memerah dan berair membuat penglihatannya kabur, Niken mengecup kepala Nisha dan mempererat pelukannya.

Kakak Ipar? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang