25. Dua iblis bertemu

2.5K 253 9
                                    

Neisha membuka perlahan matanya, setelah cukup istirahat dan minum obat. Dia merasa lebih baik, tubuhnya lebih ringan dan tidak begitu panas tapi sangat lengket karena keringat. Neisha menatap langit-langit kamarnya dengan linglung, dia belum sepenuhnya pulih dan nyawanya baru setengah.

Dengan sekali gerakan dia menyingkirkan selimut dari tubuhnya lalu bangkit dan duduk di tepi ranjang. Dia terdiam dan tidak bergerak selama lima menit, setelah lima menit dia mengangkat matanya dan menatap lurus ke jendela.

Di luar sangat cerah, matahari bersinar dengan sangat semangat. Di langit tidak ada awan, langit sangat bersih dan mempesona dengan warna biru yang indah.

Ada perasaan dejavu mengelilingi jiwanya, memeluknya dan menenggelamkannya. Neisha tersesat dalam jiwanya sendiri, dia melamun lagi tapi dia tidak tau apa yang dia lamunkan.

Pikirannya berkelana tanpa arah, Neisha baru tersadar dari lamunannya saat mendengar perutnya keroncongan, dia lapar. Neisha bangkit dari duduknya dengan malas lalu berjalan menuju pintu kamarnya, dengan malas dia membuka pintu kamarnya.

Saat hendak keluar dari kamar dia di kejutkan oleh kehadiran Daniela yang berdiri di depan pintu kamarnya, Wanita itu juga terkejut karena Neisha tiba-tiba membuka pintu. Dia tidak tau jika Neisha akan keluar dari kamarnya, begitu juga Neisha yang tidak mengetahui jika ada Daniela di depan pintu kamarnya.

"Kamu udah bangun?" Tanya Daniela dengan canggung sambil memperbaiki ekspresi di wajahnya.

Neisha mengangguk pelan tanpa menjawab pertanyaan Daniela, dia  menutup pintu kamarnya, dengan acuh tak acuh dia berjalan menuju tangga.

Daniela menghela nafas lalu mengikuti Neisha, dengan hati-hati Neisha melangkah menuruni tangga. Tubuhnya masih belum sepenuhnya membaik, jika dia menuruni tangga dengan sembrono takutnya dia hilang keseimbangan dan jatuh dari tangga.

Sesampainya di lantai satu, dia berjalan menuju dapur. Mencari sesuatu yang bisa dia makan, tapi dia sedang tidak ingin makan makanan yang berat dan berminyak.

Di dapur tidak ada siapa-siapa, kosong. Para koki sedang istirahat, tidak ingin menganggu waktu istirahat orang lain. Neisha memutuskan untuk masak sendiri, tapi dia bingung mau masak apa.

"Makan soto ayam enak kali ya?" Pikirnya sambil membayangkan rasa soto ayam.

Mengingat betapa lezatnya soto ayam yang dia makan beberapa hari lalu, dia menelan liurnya sendiri.

"Tapi agar ribet sih bikinnya, apa aku beli aja ya? Oke beli aja deh. Aku agak males juga masaknya, soto di depan minimarkt samping bioskop tuh enak banget" Pikirnya lagi.

Setelah menimbang-nimbang, Neisha tidak jadi masak. Dia memutuskan untuk membeli makanan di luar, dia sedikit malas untuk masak. Neisha terperanjat saat sesosok tangan menyentuh pinggangnya, refleks ia menepis tangan itu dan melihat siapa pemilik tangan itu.

Melihat siapa yang menyentuhnya, ekspresi di wajah Neisha menjadi datar dan sedikit tidak enak untuk di pandang.

"Ngapain kamu di sini?" Tanya Neisha dengan ketus.

Dia tidak suka ada yang menyentuhnya, apalagi di pinggang. Daniela tersenyum tipis, mata coklatnya menatap Neisha dengan tidak senang. Bibir merahnya sedikit terbuka, seakan-akan ingin mengatakan sesuatu namun setelah beberapa detik menunggu, Daniela tidak mengatakan apa-apa.

Yang terdengar cuma suara nafas Daniela yang sedikit kasar, Neisha bukan cenayang dan dia tidak bisa membaca isi kepala orang lain jadi dia tidak tau apa yang ingin Daniela katakan padanya.

Neisha menghela nafas.

"Lupain, gak usah di jawab" Ujarnya sedikit kesal lalu keluar dari dapur dengan cemberut.

Kakak Ipar? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang