PROLOG

2.2K 118 27
                                    

Tatapan Yvanna benar-benar tertuju pada Naya yang saat itu berada di meja khusus untuk anggota keluarga. Ben masih mendekap tubuhnya dengan erat, namun Yvanna tidak menyadari hal itu sejak tadi.

"Ada apa, Yvanna?" tanya Ben.

"Amankan Naya! Amankan Naya, Kak! Sekarang!" titah Yvanna tanpa menjawab pertanyaan Ben.

Ben pun menganggukkan kepalanya, lalu segera berlari menuju ke arah meja lebih dulu daripada Yvanna. Di sana, Reza juga tampaknya sudah memberi tahu yang lain untuk segera mengamankan Naya setelah firasat buruk itu datang. Yvanna berusaha mencari-cari di mana sumber perasaan tidak enak yang ia rasakan. Naya segera dibawa ke menara oleh Tika, Lili, dan Nania. Manda memilih mendekat pada Yvanna, untuk membantunya mencari keberadaan sumber yang tengah wanita itu cari.

"Naya sudah diamankan ke menara oleh Kak Tika, Kak Nia, dan Lili. Reza juga mendapat firasat buruk. Tadi Kak Ben mengatakan kalau Kakak memintanya untuk mengamankan Naya," ujar Manda.

"Katakan pada Reza, awasi seluruh penjuru menara. Firasatku mengatakan bahwa ada yang tengah mengincar Naya dan bayi dalam kandungannya saat ini. Jangan biarkan Naya menerima apa pun dari siapa pun hari ini, katakan itu pada Kak Tika, Lili, dan Kak Nia," ujar Yvanna.

"Baik, Kak. Akan segera kusampaikan," tanggap Manda.

Setelah Manda pergi, Ben segera mendekat kembali pada Yvanna. Pria itu mengikuti ke mana pun Yvanna berjalan ketika sedang mencari di mana sumber negatif yang dirasakan oleh wanita itu. Yvanna tak mengacuhkannya dan hanya fokus pada apa yang tengah dicarinya.

"Apakah firasatmu benar-benar mengarah di sekitaran sini? Di dalam area menara ini?" tanya Ben.

"Ya," jawab Yvanna, singkat.

"Bagaimana bisa? Bukankah kamu dan Reza selalu memberikan perlindungan untuk menara ini?"

"Perlindungan yang kuberikan untuk menara ini bisa ditembus jika ada perantara orang dalam. Maka dari itu sekarang aku sedang mencari siapa yang sudah dengan sengaja membiarkan perlindungan yang kubuat ditembus oleh pihak luar," jelas Yvanna.

"Maksudmu, ada salah satu dari kita yang tidak sadar kalau dirinya sudah dijadikan alat untuk mencelakai Naya serta calon bayinya?"

"Ya, semacam itu."

Yvanna pun segera berjalan mendekat ke arah Ayahnya yang sedang mengobrol bersama Bagus. Ia tak mengatakan apa pun, namun langsung memeriksa kedua tangan Narendra serta Bagus hingga membuat kedua pria paruh baya itu agak sedikit terkejut.

"Ada apa, Nak? Kenapa tiba-tiba datang dan memeriksa tangan kami?" tanya Narendra.

"Segeralah ke menara, Yah. Bantu Kak Tika serta yang lainnya melindungi Naya," pinta Yvanna tanpa menjawab pertanyaan Narendra saat itu.

Ben hanya memberikan tanda pada Narendra dan Bagus untuk menuruti apa yang Yvanna katakan. Hal itu membuat Narendra maupun Bagus bergegas beranjak menuju menara. Yvanna naik ke pelaminan dan memeriksa semua hadiah yang terkumpul di samping kursi pengantin. Tio dan Silvia menatapnya bingung, lalu berharap akan ada penjelasan atas apa yang sedang Yvanna lakukan. Ben menatap mereka berdua dengan wajah cemas.

"Yvanna dan Reza mendapat firasat buruk. Ada yang berniat mencelakai Naya dan calon bayinya. Orang itu sudah berhasil menembus perlindungan yang dibuat oleh Yvanna dan Reza melalui perantara. Saat ini Naya sudah diamankan di menara," jelas Ben yang tahu kalau sikap Yvanna akan menjadi sumber pertanyaan banyak orang.

Yvanna tampak sangat kesal.

"Tidak ada di sini! Aku akan cari ke tempat lain," ujarnya.

"Yv! Tunggu dulu! Tenangkan dulu dirimu!" cegah Silvia.

Apa yang Silvia katakan jelas sama sekali tidak berhasil menghalangi langkah Yvanna. Ben kembali mengikuti wanita itu yang kini tampaknya mengarah ke tempat penerimaan tamu. Larasati dan Arini juga melihat berapa anehnya sikap Yvanna saat itu. Mereka naik ke pelaminan untuk menghampiri Tio serta Silvia yang kini juga tampak sangat cemas.

"Ada apa? Kenapa Yvanna bersikap aneh begitu dan sekarang kalian juga terlihat cemas?" tanya Larasati.

"Yvanna dan Reza mendapatkan firasat buruk, Bu. Ben mengatakan kalau mereka mendapatkan firasat akan ada yang mencelakai Naya serta calon bayinya. Maka dari itu Yvanna dan Reza kini tengah mencari ke seluruh penjuru menara, Bu," jawab Silvia.

"Naya sendiri sekarang sudah diamankan di menara dan dijaga oleh yang lainnya," tambah Tio.

Wajah Larasati dan Arini pun tampak berubah sangat cemas usai mendengar hal tersebut.

"Kalau begitu Ibu dan Bibi Arini akan pergi ke menara untuk melihat kondisi Naya," ujar Larasati.

"Iya, Bu. Sebaiknya memang demikian," dukung Tio.

Larasati dan Arini pun segera beranjak dari pelaminan menuju ke arah menara. Saat itu Silvia juga mendadak merasakan perasaan yang tidak enak, namun perasaan itu sangat sulit dijelaskan.

"Ada apa, Sayang?" tanya Tio.

"Kapan tamu-tamu akan pulang? Perasaanku jadi ikut tidak enak dan aku merasa ingin ikut berada di menara, Kak," jawab Silvia.

"Sebentar lagi akan selesai. Sabar saja, ya. Nanti kita ke menara sama-sama," ujar Tio, berusaha menenangkan istrinya.

Tio tahu persis kalau Silvia memang sangat peka jika sudah menyangkut dengan urusan Yvanna. Perasaan tidak enak Silvia saat itu pasti bukan merujuk pada Naya, melainkan merujuk terhadap Yvanna. Di tempat penerimaan tamu, Yvanna kini terlihat sedang membuka-buka daftar tamu yang datang hari itu. Ben masih menemaninya dan tidak beranjak satu menit pun dari sisinya. Yvanna tampak sangat serius disertai kekalutan yang tergambar dengan nyata di wajahnya. Hal yang belum pernah dilihat oleh Ben sebelumnya.

"Yvanna," tegur Ben.

"Sabar Kak Ben, aku masih mencari-cari kemungkinan," balas Yvanna, benar-benar tak ingin diganggu.

"Mm ... carilah. Aku harap kamu tetap bisa mendengar apa yang kukatakan meski sedang mencari," ujar Ben.

"Ya, katakanlah," balas Yvanna tanpa mengalihkan tatapannya dari buku daftar tamu.

"Kamu menamaiku heaven, karena kamu tahu bahwa aku adalah surga yang kamu tuju untuk menjalani kehidupan di masa depan. Benar, 'kan?"

Kedua mata Yvanna pun terbelalak saat menatap satu nama yang tertera pada buku daftar tamu saat itu. Hal itu membuat Ben ikut menatap pada nama tersebut.

"Sasmita Rusdiharjo! Wanita ular itu ternyata datang ke sini hari ini!" geram Yvanna.

"Siapa dia? Kamu kenal?" tanya Ben.

"Dia teman lama Ibuku, tapi Ibuku tidak tahu kalau dia adalah pemuja Iblis. Aku juga tak pernah mengatakannya pada Ibu karena takut dia marah dan menganggapku tidak sopan terhadap temannya. Ayo, kita harus cari Ibuku. Sasmita pasti sudah menjadikan Ibuku sebagai perantara untuk mencelakai Naya serta calon bayinya," ajak Yvanna.

Tio dan Silvia baru saja turun dari pelaminan ketika melihat Yvanna dan Ben berlari-lari sambil mencari seseorang.

"Hei! Kalian cari siapa?" tanya Silvia, selalu peka jika terhadap Yvanna.

"Ibu! Aku cari Ibu, Sil! Ibu adalah perantara hal buruk yang akan menimpa Naya!" jawab Yvanna.

Tio dan Silvia pun terbelalak seketika.

"Tapi Ibu baru saja pergi ke menara, Yv! Ibu mau menemui Naya bersama Bibi Arini!" seru Silvia yang kini ikut panik.

* * *

TUMBAL JANINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang