08 || Sakit

163 54 66
                                    

Mohon maaf ya kalau makin ke sini alurnya ngebosenin dan gitu-gitu aja 🙏🏻

Lya terima krisar kok, jadi kalau mau ngasih kritik dan saran untuk bagian-bagian yang salah, dipersilahkan 😊

Makasih udah nyempetin buat baca 💟

Selamat membaca 🤗

"Sampai sekarang belum juga ada kabar dari orang tuanya Keya, ya mas?" tanya Dini yang barusan duduk di sofa yang berbeda dengan Vanno

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sampai sekarang belum juga ada kabar dari orang tuanya Keya, ya mas?" tanya Dini yang barusan duduk di sofa yang berbeda dengan Vanno.

Mereka sedang berada di ruang keluarga. Karna Vanno ingin bermain sebentar dengan Qeyra sebelum berangkat ke kantor.

"Belum mbok ... Saya curiga kalo-"

Dini menautkan kedua alisnya. "Curiga apa mas?" tanyanya penasaran.

Vanno sengaja menghentikan ucapannya, karna ia merasa tidak enak jika saja Qeyra mendengar kalimat yang akan dikatakannya, walaupun bocah itu belum tentu mengerti apa yang ia katakan.

"Euh ... Enggak, mbok." Vanno kemudian melirik jam yang melingkar di tangannya. "Saya berangkat dulu ya, mbok." pamitnya. Ia kemudian mencium sekilas puncak kepala Qeyra lalu berdiri. "Daddy pamit ya gadis kecil," ucapnya seraya mengelus halus kepala bocah itu.

Qeyra mendongakkan kepalanya melihat Vanno. "Iya Daddy," ucap anak itu dengan suara menggemaskannya. Kali ini Qeyra tidak merasa sedih ditinggalkan Vanno. Mungkin saja perasaan bocah itu sedang baik hari ini.

Vanno mengulas senyum teduh melihat gadis kecilnya. "Bye Keya," ucapnya sambil melambai dan melangkah ke luar dari rumah.

Qeyra pun membalas lambaian Vanno. "Bye Daddy," ucapnya seraya menatap kepergian Vanno.

$$$

Tok Tok Tok!

"Masuk!"

Klek

"Permisi pak Vanno. Saya membawa berkas yang tadi bapak minta. Ini ada beberapa cv dari orang-orang yang melamar kerja di Perusahaan ini pak." Nada menyerahkan beberapa amplop coklat berisikan surat lamaran, kepada Vanno.

"Letakkan saja di atas meja, Nad." perintah Vanno.

"Baik, pak." Nada menaruh amplop-amplop coklat itu di atas meja, di hadapan Vanno. "Apa bapak masih membutuhkan sesuatu?" tanyanya setelahnya.

"Tidak ada. Silahkan kalau kamu mau keluar,"

"Baik, pak. Saya permisi." Vanno menyetujui dengan menganggukkan kepala, setelah itu Nada pun melenggang pergi ke luar dari ruangan Vanno.

"Hm .." deham Vanno seraya mulai membuka satu amplop coklat teratas.

Laki-laki itu mulai mengeluarkan cv dari dalam amplop itu. "Andrea Maharani," setelah menyebut nama itu ia pun lanjut mengamati seluruh data dari pelamar itu.

Born to be Daddy | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang