11

895 111 3
                                    

"Kamu tuh ya! Mama udah bilang kan? Jangan cari masalah haruto!! Kamu udah kelas 12!! Jangan mentang-mentang sekolah punya kakek kamu, kamu jadi seenaknya gini!!"

Haruto memutar bola matanya malas. Menghiraukan mamanya yang mengamuk.

"Begini nyonya, karena banyaknya permintaan agar haruto pergi dari sini. Saya sarankan agar haruto ikut pertukaran pelajar."

Nyonya Watanabe memejamkan matanya. Tingkah anak tunggalnya sudah sangat membuatnya muak.

Memikirkan saran dari kepala sekolah, itu tidak buruk.

"Apakah tidak apa-apa? Haruto sudah kelas 12."

Kepala sekolah sedikit gugup, namun kemudian tersenyum hangat. Jujur saja rose yang sudah menjabat menjadi kepala sekolah selama 5 tahun itu, belum pernah menemukan murid seajaib haruto.

"Saya rasa itu pilihan terbaik. Sebenarnya pertukaran ini untuk kelas 11. Namun sepertinya, ini hal yang cocok bagi haruto. Karena ia akan kembali sebelum 3 bulan kelulusannya nanti. Dan saya pikir, semua yang ada di sini akan mereda."

Jennie mengangguk paham. "Baiklah. Saya terima saran anda."

"Hamada Asahi."

Jennie dan rose menatap haruto kebingungan. "Maksud kamu apa?"

"Saya ingin pertukaran pelajar itu, saya dengan Asahi." Ucap haruto datar

"Bukankah 2 murid? Lagi pula yang saya tau, Asahi mengajukan permohonan keluar dari sekolah ini bukan? Saya rasa apabila dia ikut pertukaran pelajar bersama saya. Dia tidak akan keluar dari sekolah ini." Lanjut haruto

Rose tampak menimang apa yang di ucapkan haruto. Memang benar siswa atas nama Hamada Asahi sekitar seminggu lalu mengajukan surat untuk keluar dari sekolah ini. Dengan alasan yang tak jelas, membuat rose menunda persetujuan untuk surat itu.

"Baik, saya akan berbicara dengan Asahi. "

Haruto tersenyum miring, rasanya akan menarik saat mengingat pria aneh bernama Hamada Asahi itu akan ikut dengannya.

Haruto berjalan malas ke arah kantin. Tak ayal bahwa banyak yang membicarakan hal buruk tentang haruto. Apalagi, sejak kejadian kemarin.

"Loh, masih punya muka dia di sini?"

"Bener tuh, untung aja ketos kita selamat."

"Ngapain lagi dia kesini, bikin nafsu makan gue ilang aja!"

Haruto berjalan ke arah meja paling pojok. Dimana hanya ada satu orang yang duduk di sana. Dengan wajah datar dan hawa dingin di sekitarnya.

Haruto menarik kursi di depan orang itu dan duduk dengan tenang. Sementara pemuda yang asik makan itu mendongak menatap haruto dengan padangan tak suka.

"Ikut gue."

Asahi menyudahi kunyahannya dan meminum air mineralnya. Berniat pergi serta menghiraukan haruto.

"Gue tau lu nggak tuli "

Asahi menghela nafas kasar, dan menatap haruto datar.

Dengan enggan Asahi menatap manik tajam haruto.

"Kemana?"

"Pertukaran pelajar."

Asahi mengerutkan dahinya, Sembari bersedekap tangan di dada. "Maksud Lu?"

"Lu pengen pergi dari sini kan? Kalo gitu. Ikut gue."

Asahi tampak menimang, lalu sebuah senyuman tipis tampak jelas diwajahnya. Wajah keduanya yang tadi begitu dingin berubah melunak.

"Okay."

Haruto menyunggingkan senyumnya. "Dengan satu syarat..." Asahi diam dengan wajah datar, memilih menunggu apa yang akan di ucapkan haruto selanjutnya."kenal gue sebagai goodboy."

Asahi kembali tersenyum, kali ini lebih lebar. "Okay."

Sebenarnya sejak tadi banyak yang membicarakan keduanya. Satunya si pembuat ulah dan satunya lagi si manusia es.

Apalagi keduanya sama-sama tersenyum. Ini cukup aneh bukan?

🐣🐣🐣

Junkyu tersenyum tipis kala melihat haruto yang memakan makanannya dengan lahap.

Penghuni kantin tentunya syok. Walau dulu haruto dan junkyu pernah makan di kantin namun itukan ada Noa. Jadi beda!

Kenapa haruto tidak duduk di pangkuan junkyu dan menyuapi junkyu seperti mainan junkyu yang lain? Kenapa kedua pemuda itu hanya duduk berhadapan dan makan makanan mereka dengan tenang?

"Eh Kyu!!"

Junkyu menatap Yohan malas. Pasalnya junkyulah yang diam-diam mengajukan Yohan agar pindah ke kelas Noa. Karena junkyu muak dengan sifat kepo dan berani Yohan.

"Tumben lu nggak melakukan ritual sama mainan lu?"

"Maksud lu?" Bukan junkyu yang bertanya, tapi jihoon.

Karena jihoon tadi ingin makan di kantin, jadi dia memilih ikut dengan junkyu. Kan enak juga di traktir junkyu

"Ya biasanya kan mainan junkyu dipangku terus nyuapin junkyu. Lah ini? Makan sendiri-sendiri."

Jihoon menatap haruto dan junkyu bergantian. Kemudian mengangguk paham, maniknya menatap junkyu penuh tanya.

"Dia bukan mainan gue." Jawab junkyu sekenanya. Malas menjelaskan.

"Maksudnya??"

Junkyu menghela nafas kasar, sepertinya ia harus meluruskan semuanya. Pasalnya, ia tak ingin semua orang memandang haruto rendah.

"Dia bukan mainan gue. Kurang jelas?"

"Terus mainan lu siapa?? Dan kenapa lu makan sama dia?" Tanya Yohan sembari menunjuk haruto

"Anggap aja dia sahabat gue. Paham kan?"

Yohan tersenyum aneh. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun Yohan pergi meninggalkan mereka.

"Sahabat?"

Jihoon sedikit merasa tak suka dengan kata yang di ucapkan junkyu. Hatinya merasa sakit mendengar itu.

Junkyu mengangguk malas. "Lu sama dia sahabatan?"

"Iya."

Jihoon terkekeh. "Lu anggap anak crazy boy temen lu. Bahkan gue yang udah temenan sama lu lebih dari 10 tahun. Tapi dia!" Jihoon menunjuk haruto dengan jari telunjuknya. "dia yang bahkan belum ada sebulan sama lu! Udah lu anggap sahabat?"

Junkyu tau, jihoon sensitif dengan kata-kata yang baru saja di lontarkannya.

"Lu juga sahabat gue Ji." Jelas junkyu.

Jihoon tertawa sarkas. "Ck, lu nyebelin tau nggak? Sekarang lu bilang itu karena gue tanya. Dulu lu kemana aja?"

"Udah! nggak usah sensi bisa nggak sih? Cuma masalah sepele doang!"

Jihoon menatap tajam junkyu, dan segera bangkit pergi meninggalkan junkyu yang bahkan terlihat tak peduli dengannya.

Haruto memilih diam. Bahkan nasi goreng spesial di hadapannya tak bisa mengembalikan nafsu makannya. Itu yang terlihat.

"Maafin aku ya."

Junkyu menatap haruto intens. Membuat haruto salah tingkah sendiri. "Bukan salah kamu. Nggak usah di pikirin."

Haruto mengangguk kemudian tersenyum tipis yang di balas deheman singkat junkyu.

Untungnya perkelahian junkyu dan jihoon tadi tak mengundang perhatian sekitar mereka. Jadi, kondisi kantin masih kondusif.

Berbeda dengan seseorang yang menyadari pertengkaran kedua pemuda tadi. "Menarik ya."

Mysterious Friendship (KYUHARU/HARUKYU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang