17

842 107 2
                                    

Junkyu sudah siap dengan satu kopernya. Berdiri di depan bandara sembari melihat kembali tiketnya.

"Gue bisa!" Ucap Junkyu sembari menarik kopernya.

"Mohon maaf tuan, untuk penerbangan ke Jerman, malam ini delay sampai jam 11 malam."

Junkyu mengembuskan nafasnya, ada-ada saja. Setelah check-in, junkyu memilih menunggu di waiting room.

Junkyu duduk sendirian sembari mendengarkan musik. Menatap ke arah runaway.

"Hallo kakak!!"

Junkyu mengernyitkan dahinya, sembari membuka earphonenya.

"Kenalin aku Chan!!"

Junkyu tersenyum manis, "Hallo Chan, nama aku Junkyu."

"Kakak sendirian aja?"

"Iya, kamu sendiri?"

"Aku juga, aku nemenin kakak boleh?"

Junkyu tersenyum sembari mengelus Surai Chan. "Boleh dong!!"

"Kakak mukanya mirip mama aku!"

Junkyu terkekeh geli, baru kali ini ada yang mengatakan hal itu kepadanya.

"Beneran!!"

"Mama kamu kemana?"

"Kata papa, mama ada di sana!!"

Junkyu mengikuti arah telunjuk Chan, mengarah ke langit dengan banyaknya taburan bintang.

"Kata Papa, papa nggak pernah menyesal punya Chan. Padahal karena Chan mama nggak ada."

Manik Chan berair, membuat junkyu diam sembari terus mendengarkan apa yang akan di ucapkan Chan.

"Papa sayang sama Chan, kata papa juga. Papa selalau mencintai mama. Karena tanpa usaha Mama, Chan engga akan ada."

"Kakak tau? Chan tau loh kalo papa diam-diam menangis tiap malam. Tapi Chan engga bisa ngapa-ngapain. Chan pengen meluk papa, tapi Chan juga harus kuat."

Air mata Chan pecah, membuat Junkyu dengan sigap memeluk Chan. Setelah dirasa tenang, junkyu melepaskan pelukannya pada Chan.

"Maafin Chan ya kak, tadi Chan lihat kakak nangis. Makanya Chan samperin. Tapi sekarang malah Chan yang nangis."

Anak usia 10 tahun itu mengusap pipinya yang basah dengan sapu tangan yang ada di jaketnya.

"Kakak mirip banget sama mama, walau Chan engga pernah lihat mama secara langsung, tapi Chan pengen kakak bahagia. Jangan sedih yha kak. Kalo kakak ada apa-apa. Cerita sama Chan aja yha."

Junkyu tersenyum sekaligus mengangguk. Hatinya menghangat kala anak kecil itu tersenyum manis kearahnya.

"Hei!! Keichan!! Sini kamu!!"

Chan menoleh dengan cengirannya. Membuat Junkyu bingung, bukankah Chan tadi datang sendiri?

"Mama cariin juga, ternyata di sini kamu!"

Wanita paruh baya itu menarik tangan Chan, namun di cekal oleh Junkyu. "Anda siapanya?"

"Saya? Mamanya!!"

"Loh??"

Wanita itu menghela nafas pasrah, "Chan pasti bilang kalo mamahnya udah nggak ada atau apapun itu ya?"

Junkyu mengangguk

"Itu dia akting, soalnya dia mau casting film di Jerman. Maaf ya ganggu kamu."

"Kan bener apa Chan bilang, mama sama kakak ini mirip." Ucap Chan tanpa dosa.

"Udah ayo! Jangan ganggu orang lain lagi Keichan!!"

Wanita itu menggandeng tangan Chan, "Oiya kak!! Jangan lupa sama apa yang Chan bilang tadi ya!" Ucapnya sebelum mulai menjauh.

Junkyu menertawakan kebodohannya sendiri. Begitu percaya pada orang yang baru saja ia kenal. Bodoh memang.

Entah kenapa Junkyu jadi memikirkan Haruto. Bukankah Chan dan Haruto sama?

Berpura-pura polos padahal sangat licik.

Junkyu memeriksa ponselnya. Ada banyak pesan dari teman-temannya. Apalagi pesan dari Haruto.

Junkyu menatap ke arah langit.

"Tak bisakah kau menjadi bulan yang memantulkan cahaya matahari untuk menyinari bumi?"

Junkyu terdiam cukup lama, hingga sebuah pengumuman terdengar ditelinganya.

Waktu sudah menunjukan pukul 22.15 Junkyu segera bangkit dari duduknya.

Ponsel Junkyu bergetar, ada sebuah panggilan masuk dari Jihoon.

Setelah hampir terputus, Junkyu mengangkatnya. Terdengar helaan nafas lega di seberang.

"Gue Otw Bandara! Gue tau lu mau pergi ke Jerman. Gue mohon Kyu. Jangan tinggalin Crazy Boy! Lu sendiri yang bilang kalo kita sahabat! Please gue mohon!! Jangan pergi!! Ingat Crazy boy!! Inget Haruto!!"

Junkyu hanya diam, namun genggaman pada kopernya mengerat.

Junkyu mendengar suara tangis Jihoon. Setelah sekian lama, Junkyu mendengar tangis Jihoon lagi. Dadanya sesak, Junkyu  tak ingin pergi.

Junkyu memutar tubuhnya, menyeret kopernya menuju pintu keluar.

Panggilan itu terputus dari Jihoon, dengan cepat Junkyu berada di area penjemputan. Menunggu Jihoon.

Setelah setengah jam berlalu, sebuah mobil yang Junkyu kenali berhenti di depannya. Membuat Junkyu menghela nafas lega.

Junkyu memasukan kopernya ke bagasi mobil dan segera duduk di samping kemudi.

"Perjalan ke tempat balapan 1 jam. Berdoa aja, kita sampe kesana tepat waktu."

Junkyu mengangguk, memasang seat belt nya. Bersamaan dengan itu mobil Jihoon meninggalkan area bandara.

🐣🐣🐣

Haruto menghela nafas gusar. Tinggal satu jam lagi, namun sepertinya Junkyu tak akan datang.

"Lu ngapain sih ke club? Main sama cewek-cewek nggak jelas pula!"

Haruto menoleh ke arah Asahi. "Gue?"

Asahi mengangguk, Sembari menyadarkan tubuhnya ke tembok.

"Kagak ada tuh, orang gue di rumah terus."

"Ha??"

"Ha??"

"Lu beneran??"

"Iya!!"

"Loh? Terus foto yang gue dapat dari Mark??"

"Mark?? Mark siapa?"

Asahi mengeluarkan ponselnya, menunjukan sebuah foto Haruto yang sedang berciuman dengan cewek di club malam.

"Bukan gue itu!! Editan!! Hoaks!!"

"Masa??"

"Gue udah tobat ya!! Kartu ATM gue aja di buat limit sama mama."

Asahi melongo, terus siapa yang ada di foto ini? Dan apa maksud Mark menipu semua orang seperti ini?

Mysterious Friendship (KYUHARU/HARUKYU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang