Triple up ya.. Khusus today 🐻
Haruto berjalan tetatih mencari jalan keluar, mencoba keluar dari gudang dengan gerakan perlahan.
Netranya menangkap pemandangan yang membuat hatinya semakin sakit. Pipinya yang sudah mengering, kini terbasahi lagi dengan air mata.
"Kalau kamu udah punya pacar, kenapa memerlakukanku seperti orang spesial?"
Haruto menahan tubuhnya dengan berpegangan pada pintu gudang. Maniknya terus menatap ke arah sepasang kekasih yang kini sudah pergi menjauh.
"Kalau menjadi polos adalah salah. Apa aku harus berubah seperti dulu?"
Haruto berjalan menuju parkiran sekolah, mengeluarkan kunci mobilnya dan bergegas pergi kembali ke rumahnya.
Anggap saja haruto membolos. Walau memang begitu kenyataanya.
🐣🐣🐣
"Sial! Kemana dia?"
Junkyu mencari sekitar gudang, mengacak surainya kala dirinya tetap tak menemukan seseorang yang dicarinya.
Junkyu menuju rooftop, melihat dari rooftop. "Mencoba kabur ya?" gumam junkyu sembari melihat sebuah mobil yang tampak tak asing meninggalkan area sekolah.
"Tadi lu nyiksa dia kayak orang gila dan ninggalin dia gitu aja, sekarang lu mencarinya seolah dia adalah hal yang penting bagi lu. Mau lu itu apa?"
Junkyu menoleh ke sumber suara. Menatap sengit ke arah seseorang yang duduk di pojok sembari menutup wajahnya dengan buku.
"Apa peduli lu?"
Asahi mengambil buku yang menutupi wajah tampannya dan menutup buku itu dengan santai. Senyum manis sekaligus mengerikan ia tampilkan.
"Hamada asahi?"
Asahi berdiri dan berjalan menuju pintu rooftop, dengan cepat junkyu berdiri di pintu rooftop sembari melipat tangannya di depan dada.
Asahi menatap remeh ke arah junkyu, membuat junkyu kesal sekaligus kebingungan.
"Baru 2 hari loh, lu udah pake kekerasan fisik ke dia. Gimana kalo seminggu? Apa dia masih bisa bernafas?"
Junkyu mengepalkan tangannya, menatap ke arah asahi nyalang. Ingin rasanya menonjok muka asahi yang sama datarnya dengan tembok rumahnya.
"Kim junkyu. Lu salah kalo main-main sama dia!"
"Ck, dia mainan gue. Ya terserah gue!"
"Terus gunanya lu punya pacar buat apa? Pajangan? Cuih, diterima karena dia bego aja! Bangga lu?"
Bugh!
Junkyu melayangkan kepalan tangannya ke arah rahang asahi, namun dengan tenang asahi menahannya dengan telapak tangannya.
"Kenapa? Lu mau nonjok gue? Keknya urat marah lu terlalu pendek deh. Makanya jadi gampang marah gini."
Junkyu menepis tangan asahi, dan pergi meninggalkan asahi begitu saja.
"Lu terlalu mudah di tebak kim."
Asahi berjalan santai menyusuri lorong sekolah . Dirinya sudah tau, bahwa 3 jam kedepan adalah jamkos. Jadi asahi lebih memilih berkeliling sekolah yang baru ditempatinya selama 5 harian ini.
Asahi memasuki sebuah ruangan. Senyumnya mengembang kala ruangan itu sepi. Perhalan ia mendudukan bokongnya di kursi depan piano.
Tangannya dengan lihai menekan note nada.
"Ck, berisik bro! Mending main piano di kantin sana! Pake meja kantin noh!"
Asahi menoleh ke belakang. Melihat seseorang yang terbaring di pojok ruangan. Lengan orang itu berada di wajahnya untuk menutupi matanya.
Asahi tersenyum miring, menghirup nafas dalam-dalam dan memainkan piano dengan suara yang nyaring dan asal-asalan.
Seorang pemuda yang tadi berseru segera berdiri dan menghampiri asahi.
"Berisik banget sih!" ucap pria itu sembari menarik asahi untuk berdiri.
Namun karena keseimbangan yang kurang dan nyawanya yang belum penuh seutuhnya. Pria itu malah kejengkang dan menarik asahi.
Keduanya terjatuh dengan posisi yang sedikit ambigu.
Asahi menahan tangannya. Menahan tubuhnya agar tidak menindih pria dibawahnya. Park jihoon.
Asahi menatap jihoon datar, berbeda dengan jihoon yang menatap asahi intens.
Asahi menggelengkan kepalanya, beranjak berdiri.
Dengan nakalnya, tangan jihoon menahan tubuh asahi. Menekan pinggang asahi agar semakin menempel dengannya.
Sepertinya wajah datar asahi sudah tidak bisa tetap ada. Karena kini hanya gugup dan malu yang diperlihatkan asahi.
"Lu apaan sih!"
"Gini aja dulu. Sampe lu jatuh cinta ke gue!"
Wajah asahi semakin merah. Situasi ini begitu canggung bagi asahi. Apalagi dengan seseorang yang mampu membuat jantungnya berdebar dengan kencang seperti ini.
"Gue bisa denger detak jantung lu, lu juga bisa denger detak jantung gue kan?"
Asahi memilih menenggelamkan kepalanya di dada jihoon. Sialnya, itu menbuatnya mendengar suara detak jantung jihoon yang tak kalah cepat dengannya.
"Jadi, lu mau jadi pacar gue?"
Asahi mendongak, menatap jihoon lamat. Tapi kenapa malah membuatnya jatuh pada pesona park jihoon?
Dengan cepat asahi mendorong jihoon dan pergi meninggalkan jihoon.
Jihoon mengambil posisi duduk, dan menatap kepergian asahi dengan tawa. "Kalo lu nggak bisa jadi milik gue. Maka gue nggak akan biarin lu jadi milik orang lain."
🐣🐣🐣
Haruto berjalan santai menuju kelasnya. Melupakan kejadian kemarin. Bahkan senyum manis sudah terukir sejak ia keluar dari mobilnya.
Seseorang sendari tadi mengikuti haruto. Berharap bisa berbicara dengan haruto. Namun, sepertinya haruto menjauhi setiap orang yang ditemuinya.
Wajahnya tersenyum, namun sikapnya bergitu dingin. Berusaha agar tak menyentuh atau bahkan berbicara dengan orang lain.
Sepertinya pengaruh junkyu Sudah melekat pada diri haruto.
Semua siswa hanya bisa membalas senyum haruto. Karena mereka juga tau, bahwa haruto berada di bawah tekanan junkyu.
Setelah menaruh tasnya di meja, haruto pergi ke toilet. Namun Sepertinya takdir tidak berpihak padanya.
Seseorang yang haruto hindari malah berada dalam satu ruangan dengannya.
"Haruto? Bisa aku berbicara denganmu?"
Haruto menoleh ke segala arah. Hingga akhirnya dengan ragu ia mengangguk.
Noa menghela nafas lega. "Apa yang junkyu lakukan kepadamu kemarin?"
Haruto menggigiti bibir bawahnya. Ragu untuk menjawab pertanyaan itu. Hingga suara lirihnya terdengar begitu jelas di telinga noa.
"Tidak ada."
Noa menghela nafas kasar. "Baiklah," dengan rasa penasaran dan kecewa noa pergi meninggalkan haruto sendirian.
Suara dari pintu bilik yang dibuka membuat haruto menoleh. Haruto membulatkan matanya. Terkejut akan seseorang yang menatapnya datar.
"Pinter boong juga lu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mysterious Friendship (KYUHARU/HARUKYU)
FanficEND Siapa bilang kisah remaja itu kisah paling indah? kamu akan menemukan cinta mu kala itu? oh, apa kalian yakin? kisah remaja juga ada bumbu persahabatan bukan? apa semua berjalan lancar? cinta? sahabat? aku tidak tahu apapun itu. karena yang kura...