1. Jarak dan Langkah

43 4 0
                                    

[Sabtu, 15 Oktober 2022]

Nina dan Nino menjalani keseharian di lingkungan rumah dengan ramah tamah. Rumah kakak beradik itu menjadi tempat berkumpul teman-teman Nino untuk mengerjakan projek bermusik. Sebaliknya, Nina terhitung jarang di rumah. Hanya saat Jumat sampai Minggu saja Nina akan terlihat keberadaannya di rumah. Melakukan simulasi menjadi zombie. Dalam artian beristirahat penuh seperti tidur, makan, kembali tidur dalam jangka waktu yang tidak bisa ditentukan, dan bangun lagi hanya untuk makan. Dan saat itulah komunikasi acak Nina dan Nino terjalin.

"Kemarin lo dicariin sama ibu-ibu sebelah rumah. Mau diajak besuk orang sakit katanya," ujar Nino yang sedang mengumpulkan nyawa. Ia menghampiri Nina yang sedang berada di ruang menonton TV.

"Siapa yang sakit ya?" tanya Nina.

"Nggak tau. Coba tanya sendiri."

Nina hanya memberikan tatapan Nino dengan sinis.

"Berdiri di deket pintu sana. Bentar lagi mau ada delivery order dateng," titah Nino.

"Hello? Lo belum sadar ya? Atau masih ngelindur?" tanya Nina agak jengkel.

Tak lama ada suara kunci pagar rumah yang seperti dibuka oleh seseorang. "Tuh, dia udah masuk. Open the door."

Nina mengabaikan negosiasi dengan Nino lebih lanjut. Nina berjalan menuju ruang depan untuk membukakan pintu untuk seorang tamu yang datang dengan sopan santunnya. Pukul tujuh pagi adalah waktu yang terlalu pagi untuk siapapun bertamu ke rumah Nina dan Nino. Anak laki-laki yang tangannya dipenuhi oleh paper bag itu sontak terkejut melihat Nina ada di hadapannya.

"Gama?"

Sapa Nina yang setengah tidak percaya dengan kehadiran salah satu teman Nino. Sedangkan si pemilik nama cukup berkedip dua kali untuk merespon Nina.

"Masuk, Gam. Pintunya nggak dkunci." suruh Nino.

"Ya iyalah! Jelas-jelas ini udah gue bukain!" jawab Nina jengkel. "Masuk, sini. Lo- Eh, lo disuruh Nino beli sarapan?!"

Nina memperhatikan paper bag berlogo bubur ayam terkenal di komplek My Page yang dibawa oleh Gama. Nina kembali memberikan tatapan sinis pada Nino. "Kata gue lo parah sih. Tapi gue biarin aja deh. Masih pagi, gue lagi males debat."

"Papa udah transfer kan semalem? Nanti sore jadi traktir temen-temen gue ya?" tanya Nino yang sengaja tidak ditanggapi oleh Nina.

Gama sudah tidak heran dengan cek-cok kedua kakak beradik ini. Ia hanya mengikuti titah dari Nino yang mempersilahkan duduk di sebelahnya.

"Niat banget sih lo antri beliin bubur ayam yang paling mahal di komplek."

Nina hanya menggelengkan kepala melihat Gama yang terlalu menuruti Nino. "Gue mau beli sarapan di luar deh. Gama, lo jangan ketularan aneh karena Nino, ya?"

Setelahnya Nina pergi tanpa ada penawaran apa-apa lagi, Gama seketika menjadi salah tingkah tidak karuan. Sepersekian menit ia meluapkan emosi yang tiada tara.

"Gimana rasanya dibukain pintu sama cewek yang lo taksir? Macem latihan dibukain pintu hati ya?" ledek Nino pada Gama.

"Gila! Gue bela-belain mandi pas subuh demi beliin bubur pesenan lo. Dan juga demi bisa papasan sama Kak Nina!" ujar Gama sembari mengacak-acak rambutnya sendiri.

Hello, New PageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang