9. Date: Supermarket

9 1 0
                                    

[Minggu, 18 Desember 2022]

Suatu hari yang sudah berlalu.

"Nina."

Nina menghentikan langkah kaki saat Gama memanggilnya.

"Jalannya pelan-pelan aja dong. Kan tadi niatnya jalan santai."

"Oh, iya. Sorry."

"Apa pulang aja ya? Kalau lo lagi ada yang mau dikerjain misalnya, nggak apa-apa langsung pulang aja," ujar Gama.

Nina menahan Gama yang jalan mendahuluinya. Nina berpikir sejenak untuk menimbang satu dan lain hal. Saat itu Gama mendekat pada Nina, dan dengan sengaja mengajak Nina berjalan beriringan.

"Gue udah bilang Nino," ucap Gama. "Gue bilang, kalau gue nemenin lo belanja. Kebetulan kan Nino lagi sibuk di studio juga. Jadi, dia nggak bisa nemenin lo kayak biasanya."

"Gue tadi udah bilang gitu juga ke Nino."

"Nah, kan jelas kita perginya ke mana. Udah, nggak usah dipikirin."

Nina dan Gama melanjutkan aktivitas berbelanja di salah satu supermarket pusat kota. Lebih tepatnya Nina yang sedang mencari beberapa persediaan rumah tangga yang sudah habis. Gama hanya menemani saja, dan menjadikan ketidakhadiran Nino sebagai alasan agar bisa pergi bersama dengan Nina.

Keduanya berhenti di rak makanan ringan. Selagi Nina memeriksa catatan di ponselnya untuk memastikan semua barang yang diperlukan sudah ia ambil, Gama sibuk memasukkan banyak camilan ke dalam keranjang belanja Nina. Ciki, biskuit, coklat, dan juga minuman soda kemasan kaleng. Nina yang melihat keranjang belanjanya sedang dibajak tidak bisa berbuat apa-apa.

"Ada lagi?"

Gama tidak beda jauh seperti Nino yang selalu kalap ketika memilih makanan ringan. Tidak hanya Gama dan Nino, semua teman-teman Nino hampir serupa dalam hal konsumsi camilan tersebut. Maka dari itu Nina tidak heran jika melihat Gama yang tanpa sungkan mengambil banyak camilan itu. Sudah dipastikan hal itu adalah komando dari Nino dan teman-temannya.

"Ambil lagi coklat-"

"Gama?"

Nina dan Gama menoleh ke arah sumber suara. Seorang perempuan yang berparas cantik dengan berbalut dress floral bernuansa merah muda mengenali Gama.

"Gue Yuniar. Temennya Dio sama Hito." Gama hanya merespon dalam diam. "Gue sering bales stastus lo juga. Yuniar itu gue."

"Oh.."

Nina mengalihkan pandangannya karena mendapat panggilan telfon dari Nino. Ia memberi isyarat pada Gama untuk menjawab telfon itu, bersamaan juga membawa pergi troli belanja, sembari menunggu Gama yang sedang mengobrol dengan seseorang yang baru pertama kali ditemuinya. Ingin Gama mengikuti Nina, namun hal itu terhalang dengan situasi ini.

"Gue dari tadi tahu kalau lo lagi di sini. Cuma gue nggak enak mau nyapa duluan. Soalnya lo lagi jalan sama orang lain," ujar Yuniar dengan akrabnya.

"Oh, ya nyapa aja nggak apa-apa kok."

"Beneran nggak apa-apa? Kalau nanti nggak sengaja ketemu kayak gini lagi, gue pasti sapa lo duluan!"

Tidak ada yang salah tentang menegur sapa. Selagi itu masih dalam hal yang wajar, siapa saja boleh saling menyapa dan menjalin komunikasi yang baik. Gama memberikan respon baik kepada Yuniar karena ia adalah teman dari temannya sendiri, Dio dan Hito. Obrolan keduanya masih sangat ringan untuk perkenalan awal. Yuniar terlihat sangat senang bisa bertemu dengan Gama, yang selama ini ia hanya bisa berbalas komentar di sosial media Gama.

Sampailah pada keduanya mengakhiri obrolan, sebab Yuniar ada keperluan yang mengharuskannya pergi. Gama dan Yuniar berpisah di dekat loket pembayaran. Setelahnya, Gama mencari keberadaan Nina yang sudah tidak bersamanya sejak 30 menit yang lalu. Gama mencoba menelfon Nina namun tidak diangkat. Ia mencari ke beberapa lorong supermarket, mencari seorang perempuan yang mengenakan jaket berwarna biru navy dengan rambut yang diikat satu. Sayang sekali, Gama tidak menemukan Nina di dalam supermarket tersebut.

Hello, New PageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang