Sejak pertemuan pertama Yuniar dengan Nina, hal tersebut tidak membuat Yuniar menyerah untuk mendekati Gama. Dio sudah tidak lagi berbagi informasi dengannya, akan tetapi perempuan itu kini menjadi bagian dari Studio Dream sebagai anak magang. Ruang tugasnya yang berada di satu lantai yang sama dengan ruang latihan Harmoni, membuat Yuniar seringkali mencari kesempatan agar bisa menemui Gama.
Saat ini Gama dan Dio sedang berada di Studio Dream. Keduanya memiliki waktu senggang karena baru saja menyelesaikan kegiatan siaran. Gama bercerita pada Dio terkait pertemuannya dengan Yuniar beberapa hari yang lalu.
"Kebetulan doang kalian ketemu. Gue kan udah berhenti share informasi lo ke dia. Ya nggak tahu juga dia dapet informasi lo darimana?" ujar Dio. "Lagian cuma ngobrol biasa aja, kan? Yuniar nggak minta lo jadi pacar dia, kan?"
Gama abaikan pertanyaan dari Dio. Bukan masalah jika banyak yang mengenal Gama dan menegur sapa seperti Yuniar pada waktu itu. Hanya saja, Gama belum terbiasa jika hal tersebut akan terjadi lagi nantinya. Apalagi dikhawatirkan jika pertemuan itu terjadi saat Gama dan Nina sedang pergi berdua. Gama bisa membayangkan betapa murkanya Nina terhadap Yuniar.
"Kata gue sih Kak Nina bukan tipikal yang gampang cemburu. Marah sih iya. Hahaha," lanjut Dio. "Secara pengalaman pacaran dia udah lebih dulu teruji pas lagi sama Ega."
"Kok lo bawa-bawa orang lain sih!" Gama tersinggung.
"Empat tahun, Bro!"
Gama mendengus ketika Dio memberi penekanan padanya.
"Tapi lo jangan sampai berani-beraninya main api kalau nggak mau kena adu otot sama Nino."
"Lo pikir?! Makanya lo jangan sembarangan kenalin gue ke temen-temen lo!"
Dio tertawa terpingkal. "Iseng waktu itu tuh. Gue udah jadi orang baik sekarang!"
Di sela obrolan keduanya, ada seseorang yang masuk ke ruang latihan. Betapa terkejutnya Gama dan Dio dengan kehadiran seorang yang tidak terduga itu.
"Maaf- Dio?" Itu adalah Yuniar. "Gue kira ini ruang latihan Everyday. Tulisan di depan soalnya begitu."
"Oh, iya emang. Gue lagi pinjem ruangan ini buat latihan sebentar," sahut Dio. "Lo ngapain di sini?"
"Gue diminta tim buat rekap dokumen terkait proposal projek terbaru. Tapi nggak ada orang yang bisa gue tanyain."
"Gue juga nggak paham. Coba deh gue telfon- Telfon siapa ya?" Dio melirik ke arah Gama. Memastikan suatu hal yang buat ia ragu. "Kak Nina ada di tim projek terbaru bukan sih?"
Gama beranjak dari sofa. Ia mengajak Yuniar untuk mengikutinya pergi ke salah satu ruangan. Tanpa ada basa-basi diantaranya, Gama mengantarkan Yuniar kembali ke ruang kerjanya. Gama memeriksa ke dalam ruangan yang terdapat beberapa orang tengah beraktivitas dengan berbagai tugas. Gama tentu mengenal orang-orang yang berada di dalam ruang kerja tersebut karena ia memiliki interaksi yang baik dengan sesama staf di satu lantai yang sama dengannya.
"Ini belum jam pulang kerja. Temen-temen yang lain masih ada di sana ngerjain tugasnya masing-masing juga. Gue pikir, lo bisa deh tanya ke mereka," ujar Gama sembari mengamati seseorang yang dikenalnya. "Di sana, cowok yang duduk di deketnya printer, itu namanya Kak Mario. Dia yang handle semua administrasi. Lo bisa tanya ke dia terkait dokumen yang lo butuhin."
Yuniar kini menjadi kikuk. "Gue nggak begitu deket sama staff yang cowok."
"Oh. Kalau gitu, itu yang sebelahnya Kak Mario, cewek yang rambutnya sebahu, itu namanya Kak Diana. Dia orang kreatifnya Everyday. Pasti dia tahu kalau lo tanyain semua hal tentang Everyday."
"Hm. Kak Diana itu agak-"
"Galak? Gue yang mintain kalau gitu. Gue kenal akrab sama dia. Ayo lo ikut gue."