[Jumat, 30 Desember 2022]
Harmoni baru selesai melakukan latihan rutin di Studio Dream. Mereka memiliki agenda akhir pekan nanti untuk mengisi acara di kampus Dio. Grup musik mereka mulai dikenal banyak orang melalui acara kampus dan juga festival di ibukota. Tidak sedikit juga yang mengenal anggota secara personal karena Dio yang giat mempromosikan di sosial media. Dengan skala kepopuleran Harmoni yang semakin meningkat, intensitas bermain seperti biasanya di pos ronda maupun di kedai chicken jadi semakin berkurang. Belum tentu seminggu sekali mereka bisa berkumpul di luar jadwal latihan. Sekalipun bisa, itu hanya dihadiri oleh beberapa orang saja.
"Kedai?" tanya Dio yang selalu menjadi pengingat ketika selesai latihan.
"Gue nggak. Mau bantuin katering ibu," jawab Kamal. Dan ia langsung bergegas pergi meninggalkan ruang latihan.
"Gue ayo aja deh. Lagi pengen jus wortel. Biar mata gue makin sehat lihat adik-adik mahasiswa di kampus lo," ujar Milo yang sudah lebih dulu keluar ruang latihan.
"Ikut deh. Gue kan nebeng Milo tadi ke sininya." Lalu Hito menyusul Milo.
Dio melihat Nino dan Gama yang masih sibuk dengan alat musiknya masing-masing. Seperti tak ubahnya untuk pergi. "Lo berdua nggak ikut?"
"Gue ada perlu ke Daydream," ujar Nino sebagai penolakan.
"Ok. Salam buat Kak Nina deh. Gue masih nagih clue selanjutnya Si X, bilangin ya."
Dio menunggu Gama yang sedang memikirkan alasan. "Apa? Gue masih perang dingin sama lo ya! Udah pergi sana. Jauh-jauh dari gue!"
Dio tertawa terpingkal. "Makin rame aja nih notif di hp?"
Lalu Dio benar-benar pergi meninggalkan Nino dan Gama di ruang latihan. Nino yang memeriksa pesan yang masuk ke ponselnya langsung bersiap untuk membereskan barang-barang. Nino sebenarnya tidak benar-benar akan pergi ke Daydream. Itu hanya pengalihan saja agar ia bisa pergi ke tempat lainnya.
"Mila lagi di teater, ya?"
Nino tersenyum dan mengangguk.
"Tampil jam berapa?"
Nino memeriksa jam di pergelangan tangannya. "Nanti jam tujuh."
"Oh. Ada free pass tiket nggak?"
Nino yang bersiap untuk pergi kini memperhatikan Gama. "Kalau lo mau dateng sambil ngajak Nina, gue bilang: jangan."
Gama tertangkap basah kali ini.
"Gue saranin lo jangan nemuin Nina dulu untuk sekarang- eh dua hari ke depan deh."
'Kenapa Nino bilang gitu? Ini gue chat orangnya kayak nggak ada masalah apa-apa,' gumam Gama.
"Kemarin abis nganterin dia ke dokter keluarga. Katanya lagi kecapean doang. Tapi kalau gue perhatiin, Nina abis minum obat tuh tidurnya kayak orang lagi simulasi mati," jelas Nino. "Biarin Nina istirahat dulu."
"Oh. Ok. Thanks informasinya."
"Nggak usah khawatir. Chat kayak biasanya aja tapi jangan nunjukin lo tahu kalau dia abis periksa."
Ketika Nino hendak keluar, ia melihat Nina yang melewati ruang latihan dengan tergesa-gesa. Nino mengajak Gama untuk memeriksa keadaan Nina sebab dirasa ada yang tidak beres dengan keadaannya. Nino dan Gama menunggu cukup lama di depan toilet perempuan, tapi Nina tidak menunjukan tanda-tanda apapun. Sampai pada ada seorang staff perempuan yang hendak masuk ke toilet, Nino meminta untuk memeriksa kakaknya di dalam sana.
Menunggu sekitar lima menit lamanya. Nina keluar dan terkejut karena melihat Nino dan Gama berada di depan toilet. "Ngapain lo berdua?"
"Nina, are you ok?" selidik Nino yang memperhatikan Nina dengan teliti. "Pusing lagi?"