[Sabtu, 7 Januari 2023]
[flashback on]
Suara ketukan pintu kamar menghentikan aktivitas Gama pada layar monitor di hadapannya. Terdengar suara Bu Gita yang memanggil namanya. Ia langsung membuka pintu kamar itu, dan mempersilahkan sang ibu masuk ke dalam kamar karena ternyata Bu Gita membawakan puding cokelat kesukaan Gama. Keduanya menikmati puding itu, bersamaan dengan Gama yang melanjutkan kegiatannya mengedit foto.
"Ayah pasti lagi nggak di rumah, ya?" tanya Gama diselingi menyuap puding cokelat tersebut
"Ayah lagi di pos ronda sama bapak-bapak. Katanya pos ronda itu mau dibenerin dan dibuat lebih luas lagi," jelas Bu Gita.
"Aku udah jarang main di pos ronda, malah baru direnov."
Bu Gita menepuk lengan Gama. "Itu pos kan buat tempat keamanan. Bukan tempat leha-leha kamu sama teman-teman kamu!"
"Kan aku juga bantu mengamankan komplek, Bun. Buktinya aman-aman aja kan selama ini?"
"Alasan. Padahal kamu cuma mengamankan satu warga doang gitu."
"Loh? Maksud Bunda? Hahaha. Nggaklah, Bun. Aku menjaga keamanan dari ujung ke ujung komplek."
"Bunda tahu loh tanpa kamu kasih tahu juga."
Gama tertarik kala sedang mengerjai bundanya. "Tahu apa, Bun?"
"Itu, cewek yang kamu jagain?"
Seketika, firasat Gama menjadi tidak enak. Ia menghentikan aktivitasnya dan memberikan atensi pada Bu Gita. Dikhawatirkan ada salah paham jika Gama memberi tanggapan yang diselingi bercanda kala topik obrolannya sudah menjurus tentang seorang perempuan.
"Itu kan yang bales chat kamu? Cewek yang kamu jagain?"
Gama turut memperhatikan layar ponselnya yang terdapat pemberitahuan pesan dari Nina, dengan nama kontak 'Nina Ganysha'.
'Wah, ketahuan ini kayaknya,' gumam Gama.
"Kamu bales dulu. Bunda tungguin."
Gama menurut dengan perintah Bu Gita. Ia dengan cekatan membalas pesan dari Nina. Beruntungnya, Nina pun membalas dengan responsif. Gama memberitahu Nina terkait keberadaan Bu Gita. Ia meminta izin kepada Nina untuk bisa menceritakan hubungan keduanya kepada Bu Gita. Sebab ini tidak akan terhindarkan lagi.
Dalam percakapan pesan itu, Nina ingin bergegas menghampiri rumah Gama untuk bisa ikut serta memberi penjelasan kepada Bu Gita. Nina merasa ia yang bertanggungjawab untuk membereskan situasi ini, sebab Ninalah yang meminta Gama untuk tidak menceritakan hubungan keduanya kepada siapa pun. Akan tetapi, Gama menyampaikan kepada Nina bahwa ia sendiri yang akan membicarakan kepada bundanya dengan baik-baik.
"Jujur sama Bunda. Nina yang ada di kontak kamu, sama Nina yang Bunda kenal, itu orang yang sama, kan?"
Pertanyaan Bu Gita yang menjurus itu tentu saja membuat Gama harus bisa memilih kata-kata yang tepat. Gama mengangguk, membenarkan pertanyaan Bu Gita. Saat itu pula, nampak tatapan Bu Gita yang tajam itu mengisyaratkan kalau ia sedang dalam situasi yang serius.
"Kenapa?" tanya Bu Gita seraya menahan diri. "Kenapa harus- Gama, kamu tahu kan kalau itu kakak dari teman kamu sendiri?"
Anak laki-laki itu mengangguk lagi.
"Sedekat apa kamu sama dia? Hubungan seperti apa- Gama, kamu sering telfonan setiap malam, itu kamu lagi telfonan sama Kak Nina, bener?"
Gama menarik napasnya, lalu mengembuskan perlahan. "Iya. Aku deket sama Nina. Aku udah lama suka sama Nina." Ia memperhatikan ekspresi Bu Gita yang semakin penuh dengan tanya. "Aku belum cerita sama bunda karena belum waktunya."