Nina menarik diri dari segala kesibukan setelah empat bulan mengerjakan projek Everyday. Diketahui, Ega yang membantu untuk finalisasi deadline tugas bersama tim agar Nina memiliki jeda dari segala kegiatannya. Setelah perdebatan itu, Nina sempat mengajukan cuti selama satu minggu. Dan masih dengan bantuan Ega, ia bisa benar-benar rehat untuk sementara waktu agar bisa kembali beraktivitas di Daydream.
Nina memanfaatkan waktu rehat dengan maksimal. Ia tidak pulang ke rumah siapapun baik bersama Nino, papa atau mamanya. Nina memberi batas pada lingkarannya sebab tidak ingin mengambil resiko lebih dari hari sebelumnya.
Jam menunjukan tiga sore. Nina berjalan ke arah dapur untuk mengambil air minum. Nina baru sadar kalau ia sebenarnya memiliki janji dengan seseorang pada hari ini. Meski matahari masih nampak terik, namun dinginnya udara alam di sekitar villa tersebut membuat segala penjuru ruangan tidak memerlukan lagi pendingin ruangan. Sekembalinya Nina dari mengambil air minum, ia melihat layar ponselnya yang menyala. Masih dengan panggilan telfon dari seseorang yang sama. Dan tetap Nina tidak mengangkat panggilan telfon itu.
Nina diam termenung selama perjalanan. Ia mengendarai mobil seorang diri menuju tempat tujuannya. Langit sore yang layak untuk dipuji itu, dipotret indah oleh Nina dengan kamera ponselnya. Ia mengirimkan foto itu kepada seseorang. Menandakan jikalau Nina sedang dalam kondisi yang baik dan merasa senang melihat langit pada sore itu.
"Nina!"
"Hai, Bu Gita. Apa kabar?"
Disambutnya Nina dengan penuh antusias oleh Bu Gita, seseorang yang sudah menantikan kehadirannya sedari pagi. Bu Gita yang selalu penuh harap akan kedatangan Nina ke rumahnya setiap hari kini memeluknya. Bu Gita sangat merindukan Nina. Bu Gita tahu jikalau seminggu ini Nina sedang tidak berada di rumah. Dan tentunya ia tahu sebab mengamati sikap anaknya yang seringkali dirundung kegundahan hati.
"Gama lagi nggak ada di rumah. Tadi ibu suruh pergi keluar biar refreshing sama temen-temennya," ujar Bu Gita.
Keduanya kini sedang berada di dapur. Bu Gita sudah menyiapkan beberapa bahan masakan dan peralatan masak di sana. Ia merencakan agenda memasak bersama Nina. Hal itu sengaja dilakukan agar anak kesayangannya tidak lagi merasa sedih dan berdiam diri.
"Makanya ibu telfon kamu. Beneran kan ya kalian lagi nggak ada masalah?" tanya Bu Gita.
"Oh, bener kok, Bu Gita. Nina nggak ada masalah apa-apa sama Gama. Aduh, Nina nggak enak nih Bu Gita jadi kepikiran ya?"
Bu Gita meminta Nina untuk duduk di kursi dapur. Ia memberikan buah-buahan yang sudah Nina beli sebelumnya. Disertai pisau, beberapa wadah, dan juga plastik sampah. "Karena kamu udah bikin ibu kepikiran, kamu harus bisa ngupas buah loh, ya? Nanti ibu ajarin bikin salad buah kesukaannya Gama. Ok?"
Nina dengan senang hati menuruti perintah Bu Gita. Memang pada dasarnya Nina tidak terlalu mahir dalam memasak, jadilah ia diberi tugas oleh Bu Gita untuk menemaninya memasak. Sebelumnya datang ke rumah Bu Gita, Nina sudah diberi tugas untuk membeli buah-buahan. Faktanya, buah-buah tersebut ternyata untuk dijadikan menu desert kesukaan Gama.
Bu Gita begitu menyukai Nina. Dibanding dengan Gama, selama 'bersembunyi' di villa, Nina lebih intens berkomunikasi dengan Bu Gita. Nina tidak mungkin tidak merespon panggilan telfon atau pesan dari Bu Gita. Itulah yang membuat Bu Gita mengerti di balik alasan Gama merasa kesepian, dikarenakan Nina yang tidak berada di My Page. Dan dirasa sudah tidak tega dengan keadaan anaknya tersebut, akhirnya Bu Gita meminta Nina untuk membantu menyukseskan misinya pada hari ini. Ya itu membuat perasaan Gama kembali membaik.
Nina mengembuskan napasnya setelah memeriksa ruang obrolan pesannya dengan Gama.
"Kenapa, Nina? Capek ya?"