2. Pendekatan

31 4 0
                                    

[Sabtu, 22 Oktober 2022]

"Gue mau titip itu aja buat Nino. Udah seminggu ketinggalan di rumah gue takutnya nyariin," ujar Gama yang sedang memberikan barang titipan untuk Nino melalui Nina.

"Sepele banget cuma balikin stik drum. Tiap hari padahal ketemu."

"Ya udah masuk gih. Panas soalnya."

Nina mengangguk. "By the way, gue semalem liat video latihan kalian. Hm, boleh juga."

Nina sering ikut menonton latihan studio Harmoni ketika Nino memutar video rekaman pada ponsel miliknya. "Kayanya gue perlu lihat langsung gitu ya?"

Gama merespon hal tersebut dengan antusias. "Boleh. Nanti gue kabarin kalo kita latihan lagi. Mungkin Sabtu atau minggu. Pokoknya yang nggak ganggu jadwal lo."

"Santai. Hari-hari biasa tuh gue kadang di Studio Dream. Tergantung keperluannya sih."

Gama mengangguk. "Ditunggu ya?"

Nina pun turut mengangguk, lalu tersenyum. Lama keduanya saling bertukar pandang dan adu salah tingkah. Pun yang kalah tetaplah Nina, ia lantas memukul lengan Gama dengan stik drum yang dibawanya.

"Sakit! Tapi nggak apa-apa." Keluh Gama yang berpura-pura mengusap lengannya. "Lo kenapa sih sering salah tingkah. Kan jadi-"

Ada iklan yang menjeda obrolan keduanya. Keseruan itu jadi terhenti seketika karena Kamal yang terlihat buru-buru muncul dari balik pagar rumahnya. "Lo di sini ternyata. Dicariin juga- eh, ada Kak Nina."

"Hei," sapa Nina singkat. Wajah bahagianya masih tertinggal. "Gue masuk dulu, ya? Ini stik nanti gue kasihin Nino. Makasih." pamit Nina. "Bye, Kamal!"

Nina pamit kepada dua teman Nino tersebut tapi tatapnya memberi isyarat yang lekat pada Gama. Tersirat dikalau komunikasi di antara keduanya bisa dilanjut di lain kesempatan. Setelah itu Gama diseret oleh Kamal menuju pos ronda. Di sana sudah ada Hito yang menunggu.

"Klarifikasi sekarang. Gue nggak mau tau!" desak Kamal sembari berkacak pinggang. "Eh, sebentar. Hito, panggil Dio dulu deh."

Tanpa penolakan, Hito langsung bergegas pergi ke rumah Dio. Kamal kini beradu pikiran untuk mengintrogasi Gama dengan berbagai pertanyaan. Sebelumnya, Kamal sempat melihat dari balkon rumahnya saat Nina dan Gama tengah asik bercengkrama. Meski tidak diketahui obrolan apa yang membuat keduanya saling bersikap tidak biasa, intuisi Kamal kali ini tidak akan meleset.

"Gama pedekate sama Kak Nina?!"

Dio terkejut ketika Kamal mengungkap kesaksiannya. Untungnya sekarang mereka berlima tengah berada ruang privat. Secara kebetulan ada Milo yang tengah menonton drama bersama Dio. Alhasil, rapat tertutup ini berpindah ke rumah Dio.

"Udah nggak bisa mengelak lo. 99% udah pasti jawabannya-"

"Bener. Apa yang dilihat Kamal sama Hito itu fakta," jawab Gama tanpa terus terang. Membenarkan dugaan dari Kamal.

"Gue masih cocoklogi chat yang Nino kirim di grup. Ternyata selama ini dia udah ngasih spoiler," ujar Milo yang fokus pada ponselnya dengan rasa yang masih tidak percaya. "Udah fix sih ini-"

"Bener. Nino itu nyinggung gue," jawab Gama kembali. Membenarkan pelacakan bukti-bukti yang dilakukan oleh Milo.

"Gejala awalnya apa sih, Gam? Kenapa lo harus suka sama kakak temen lo sendiri?" selidik Dio masih tidak terima.

"Gue belum bilang suka. Jangan bikin asumsi. Lo jangan nyebar berita yang nggak-nggak ya, Yo," tegas Gama.

"Lah, buat apa pendekatan tapi bukan konteksnya suka? Eh gue kalo jadi Nino juga nggak terima ya kakaknya dideketin temen gue," gerutu Kamal. "Lagian Nino kok nggak ada penolakan sih? Kelihatannya biasa-biasa aja."

"Mungkin nggak sih lo sama Kak Nina masih dalam proses deket, yang mana label dari pendekatan kalian itu masih dicari?" tanya Hito. "Awalnya ngobrol, lanjut nyari kecocokan. Dan ini hal baru juga buat Gama yang nggak pernah pacaran terus ketemunya sama yang lebih-"

Milo membekap mulut Hito sebelum diserang bantal oleh Gama. "Sama-sama yang belum pernah pacaran, mending lo diem deh. Kita dengerin penjelasannya dari Gama."

Lalu Gama membuka sesi klarifikasi di hadapan teman-temannya.

Gama sudah menaruh perhatian kepada Nina sejak dirinya sering bermain ke rumah Nino. Interaksi yang singkat meski hanya tegur sapa, membuat Gama merasa senang. Siapa saja boleh mengartikan sapaan yang itu adalah etika yang baik, pun Gama sering menyapa orang-orang di lingkungannya untuk menjaga kekerabatan. Akan tetapi, berbeda ketika sapa itu ia dapatkan dari Nina. Perhatiannya tidak teralihkan kala melihat kehadiran Nina dan Nino mengetahui Gama yang memiliki ketertarikan pada kakak satu-satunya itu.

'Kenal pelan-pelan dulu aja. Siapa tau cuma perasaan sesaat,' pesan Nino pada Gama.

Nino yang membantu Gama selama ini mengenal sosok Nina dengan baik. Nino tidak serta merta melepas Gama untuk berkomunikasi langsung dengan Nina, tapi Nino ingin melihat seperti apa usaha Gama untuk memastikan ketertarikannya tersebut.

'Kalo udah nyaman dengan sering ketemu, coba chat dia. Siapa tau ada feel yang bergerak setelah itu.'

Butuh waktu 6 bulan saran Nino tersebut bisa Gama lakukan. Itu pun tidak terduga, yaitu setelah Nina pulang dari rumah Gama untuk urusan vitamin. Beruntungnya, Nina telah mengobrol banyak dengan Ibu Gita, Ibu Gama.

"Berarti, lo suka sama Kak Nina udah lama?" tanya Dio.

Gama tidak memberikan jawaban.

"Gama nggal bakal ngaku karena dia mau itu terjawab kalau udah yakin. Gitu kan, Gam?" tanya Hito.

"Oke gue paham. Tapi sikap kalian berdua itu jelas banget. Maksud gue, Kak Nina juga paling sama kaya lo," ujar Kamal. "Orang yang nggak tau kejadian sebenernya, bakal ngira lo berdua ada apa-apa."

"Tapi tuh Kak Nina bingung nggak sih sama sikap Gama yang nggak pasti begini?" tanya Dio kembali.

"Namanya pendekatan tuh begini, Dio. Lo nggak boleh gegabah mendaku lagi suka. Bener kata Nino, bisa aja itu cuma perasaan sesaat," ujar Milo.

"Terus mau pedekate sampe kapan kalo sama-sama nggak yakin?" Dio semakin dengan kebingungannya sendiri.

Pada akhirnya, teman-teman Gama mengetahui dan memahami situasi saat ini yang terjadi. Meski kedekatan keduanya mungin jarang terlihat secara nyata, akan tetapi Gama selalu punya cara untuk bisa bertemu dengan Nina di berbagai kesempatan.

Sebab jalur Bu Gita selalu menjadi andalan Gama.

Sebab jalur Bu Gita selalu menjadi andalan Gama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hello, New PageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang