[Senin, 9 Januari 2023]
Sabtu pagi pukul 5.30 Nina baru mendarat di komplek My Page usai bermukim di Studio Dream selama beberapa hari. Tugas projek itu ditarget rampung pekan ini. Itulah yang membuat Nina rela untuk tidak pulang ke rumah demi bisa segera menyelesaikan tanggungan tugas. Beruntungnya, ia berhasil menyetir mobil seorang diri dengan selamat sampai di lingkungan rumahnya.
Nina memperlambat laju mobil saat melewati pos penjagaan di gerbang utama komplek. Ia melihat penjaga komplek yang terlihat sedang memperbaiki motornya. Penjaga itu dan Nina saling mengenal. Jadinya, Nina menghentikan mobilnya di sisi kiri dan turun untuk sejenak mengobrol.
"Pagi, Pak Iman!" sapa Nina. Nama penjaga komplek itu adalah Pak Iman. "Kenapa nih motornya, Pak?"
"Oh, Non Nina. Pagi.. pagi.. Ini ngadat, biasalah motor lama," jawab Pak Iman.
Nina turut memperhatikan motor milik Pak Iman. "Hm.. Bukan kehabisan bensin ya kan, Pak?"
"Nggak, Non. Mungkin masalah sama mesin."
"Wah, saya kurang ngerti tuh, Pak. Jam segini belum ada bengkel buka juga ya?"
"Iya ini, Non. Kok ngadatnya pas lagi dibutuhin ini. Keburu ditunggu Bu Gatot."
Nina menimbulkan tanya dalam pikirannya. "Bu Gatot?"
"Iya, Bu RT, Non. Saya dimintain tolong buat beliin barang di toko langganannya."
"Oh, Bu Gita? Barang apa ya, Pak?"
Pak Iman memberitahu Nina kalau Bu Gita meminta tolong untuk beberapa kebutuhan pokok guna keperluan rumah tangga.
"Pak, ini kan butuhnya segera ya? Gimana kalau saya aja yang beliin? Ini nih banyak banget, Pak." Nina membaca kembali catatan pada lembar kertas tersebut. "Bawa pulangnya kalau pakai motor sih ribet, Pak."
"Waduh, saya jadi ngerepotin Non Nina nanti dong."
"Ya nggaklah, Pak. Ini saya aja yang beliin. Bu Gita kenal sama saya kok. Rumahnya kan sederet sama saya juga. Bapak nungguin bengkel buka aja ya? Biar bisa langsung dibenerin motornya," saran Nina untuk Pak Iman.
Akhirnya Nina berangkat untuk membeli barang-barang titipan Bu Gita. Toko tradisional yang menjual sembako itu cukup jauh dari komplek Nina. Berbagai kendala bisa menjadi alasan dari Bu Gita meminta tolong Pak Iman untuk membantu membelikan keperluan tersebut. Pun Nina tidak merasa direpotkan karena membantu Penjaga Pos dan Bu Gita.
Kurang lebih satu jam Nina menggenapi barang-barang sembako yang ia cari. Tiga sampai empat toko ia hampiri untuk mendapatkan barang yang sesuai dengan pesanan, serta harga yang relatif. Meski Nina jarang berbelanja ke toko tradisional, namun nalurinya sebagai seorang perempuan yang gemar berbelanja, hal seperti memenuhi kebutuhan pokok adalah tugas yang mudah. Setelah semua dirasa sudah terpenuhi, Nina lekas pulang.
Nina pulang ke rumah Bu Gita.
"Nina? Lo kok parkir di sini?" Gama yang berada di pekarangan rumah menyapa kedatangan Nina. "Gue masih bantuin bunda. Nanti aja kalau lo mau ngajak keluar, ya?"
"Sini." Pinta Nina. Lalu Gama menghampiri Nina yang menuju ke bagasi mobilnya. Ia terkejut karena banyaknya barang di sana. "Ini semua barang pesenan Bu Gita, tolong lo keluarin semua, ok?"
"Emangnya bunda nyuruh lo, ya? Tadi kayaknya nyuruh Pak Iman," ujar Gama.
"Bu Gita kenapa nggak nyuruh lo aja sih? Punya anak laki kenapa nggak diberdayakan!" tegur Nina.
Gama tersenyum. "Soalnya gue nggak mau wara-wiri milih barang yang gue sendiri nggak tahu kualitasnya."
"Alesan terus-"