PART 14 : HYUNBIN - ODENG - JAJANGMYUN - YEONJUN

222 27 46
                                    

Hyunbin duduk dengan tenang di depan sebuah meja di salah satu kafe yang disepakati sebagai tempat bertemu dia dengan Yeonjun. Sambil menunggu kedatangan Yeonjun, Hyunbin mau tidak mau menjadi mau untuk mengingat pertemuan pertamanya dengan Yeonjun.

6 tahun lalu.

Hyunbin melangkahkan kakinya di pinggiran sungai Han. Korban pembunuhan kali ini yang ditemukan di pinggir sungai Han kehilangan banyak bagian tubuhnya, para polisi memang sudah mencari siang dan malam bagian tubuh korban yang hilang dan 90% tubuh korban sudah ditemukan. Hyunbin menyisir sungai seperti saat ini bukan hanya untuk mencari bagian tubuh korban, namun barang bukti lain atau hal - hal mencurigakan yang bisa didapatkan. Bisa saja ada hal yang terlewat dari pengamatannya beberapa hari ini. Langkah kaki Hyunbin terhenti ketika ia mendengar suara teriakan yang cukup keras. Kepalanya menoleh ke arah kanan dan kiri, mencari - cari dimana sumber suara berasal sampai kemudian matanya menatap pada seorang anak laki - laki berseragam SMA yang terkapar diatas tanah dibawah jembatan yang tengah ditendangi dan dipukuli oleh beberapa anak lainnya.

Hyunbin menarik nafas dalam - dalam, "Bocah - bocah brengsek menambah pekerjaan saja."

"Maaf nunna membuatmu menunggu lama..."

Kepala Hyunbin mendongak, menatap ke arah Yeonjun - anak laki - laki yang 6 tahun lalu ia temukan dalam keadaan babak belur kini sudah menjadi laki - laki dewasa yang kehidupannya sudah jauh lebih baik - semoga saja sudah lebih baik.

"Kau mau makan apa nunna?" tanya Yeonjun yang membuka buku menu.

"Terserah kau saja," jawab Hyunbin.

"Dibalik wajahmu yang tegas ternyata kau sama seperti kebanyakan perempuan ya.. terserah... hmmm..." Yeonjun mengamati pada buku menu yang ada dihadapannya.

"Jika aku ingin makan jajangmyun itu juga percuma kan, tidak akan ada di kafe mewah seperti ini," kata Hyunbin yang menatap pada buku menu dan melihat harga americano yang sampai 70.000 won, terbuat dari apa americano dihadapannya ini.

"Kalau kau ingin jajangmyun berarti kita pindah saja, cari tempat yang menjualnya," kata Yeonjun yang sudah bangkit berdiri dari tempat duduknya.

"Kalau aku minta untuk langsung ke rumahmu untuk melihat patung 'the crack women', bagaimana?" tanya Hyunbin.

Yeonjun menatap kearah Hyunbin dan menggelengkan kepala, "Aku ingin bersamamu lebih lama. Aku tahu kau sedang bertugas, tapi aku ingin menggunakan kekuasaanku saat ini untuk tetap bersamamu sampai aku puas."

"Sampai berapa lama kau puas bersama denganku?" tanya Hyunbin.

"Tidak akan pernah puas... karena aku ingin selamanya denganmu," jawab Yeonjun dengan senyuman lebar yang kemudian menjulurkan tangan - menawarkan gandengan pada Hyunbin, "Ayo cari jajangmyun kesukaanmu."

Hyunbin bangkit berdiri dari tempat duduknya. Ia menerima uluran tangan dan menggenggam tangan Yeonjun dengan lembut. Sebagai seorang polisi - bahkan sebagai seseorang yang pernah bertugas di BIN untuk tugas penyamaran yang cukup sulit dia sudah terbiasa berpura - pura seperti ini. Tapi dengan Yeonjun.... ada sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang sebenarnya sudah ia buang jauh - jauh.

Hyunbin berlari dengan cepat, nafasnya terengah - engah dan dadanya naik turun tidak karuan karena memaksa diri sendiri untuk mengambil nafas secara kasar. Di atas punggungnya, anak laki - laki - Yeonjun - yang pingsan dan belum sadarkan diri sedari tadi berada di punggungnya, bertahan dan mempertahankan kehidupannya yang dipermainkan oleh orang - orang yang dengan mudahnya berkata 'teman' dan beralasan dengan mudah dengan 'bercanda'.

Hyunbin mempercepat langkah larinya ketika ia memasuki salah satu rumah sakit. Ia masuk kedalam bagian Unit Gawat Darurat dan begitu para dokter dan suster melihatnya membawa seorang anak dengan bersimbah darah mereka dengan cepat mempersiapkan semuanya.

Dead Art -Ketika Kematian Dijadikan Sebuah Karya Seni-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang