PART 17 : PENGAKUAN

235 26 25
                                    

Namjoon awalnya mengira jika Gong Yoo bercanda kalau rumahnya dekat. Ia mengira jika dokter forensik khusus kepolisian ini hanya ingin dia ikut saja, tapi ternyata... rumah Gong Yoo benar - benar berada di belakang kantor kepolisian. Begitu dekat bahkan sebenarnya mereka bisa melewati pintu belakang dan tidak sampai 5 menit sampai di rumah Gong Yoo.

Namjoon memasuki rumah Gong Yoo yang dari luar memang terlihat seperti bangunan perkantoran. Di bagian bawah Gong Yoo membuka praktek dokter yang tertera tulisan gratis, sementara di lantai dua dan tiga digunakan untuk tinggal Gong Yoo.

"Maaf berantakan... aku memang jarang membersihkan rumahku," Gong Yoo terlihat membereskan beberapa pakaian yang tergeletak diatas sofa dan beberapa diatas lantai.

"Kamar mandinya dimana Gong Yoo - ssi?" tanya Namjoon yang ingin segera membersihkan tubuhnya, kemudian berangkat ke kantornya dan ikut mengintrogasi Dongwook.

"Itu..." Gong Yoo menunjuk pada sebuah pintu, "Akan kuambilkan pakaian yang paling kecil untukmu."

"Kau tidak lihat kalau badanku sebesar ini, kalau kau pilih yang paling ke..." ucapan Namjoon segera terhenti ketika Gong Yoo tiba - tiba melangkah dan berdiri dihadapannya.

"Kau... kenapa suka sekali membantah ucapanku?" tanya Gong Yoo menatap tajam pada Namjoon, "Terakhir kali aku bilang untuk tidak pergi sendirian , kau membantahku dan menemui Dongwook sendirian. Lihat apa yang terjadi padamu."

"Aku masih hidup, berkat kau..." kata Namjoon dengan cengiran lebar. Ia berharap jika Gong Yoo akan berhenti marah padanya, namun senyumannya segera menghilang ketika Gong Yoo masih saja menatap tajam ke arahnya, "Mau sampai kau marah padaku? Kan yang terpenting Dongwook ditangkap."

Terdapat jeda yang kurang mengenakkan ketika Namjoon menyadari ucapannya yang sepertinya salah.

"Maafkan aku... biar bagaimanapun dia adikmu," kata Namjoon.

"Adik tiriku... yang datang dengan ibu tiriku di kehidupanku 35 tahun lalu," kata Gong Yoo, "Aku tidak pernah merasa benci padanya atau pada ibunya. AKu juga tidak pernah merasa jika ibunya merebut kasih sayang ayahku. Namun aku melakukan satu kesalahan besar yang membuat Dongwook menyimpan kebenciannya kepadaku."

Mendengar awal kisah yang sepertinya tidak akan baik - baik saja, Namjoon menjadi malas untuk mandi. Mata sipitnya menatap kearah Gong Yoo dengan penuh seksama.

"Memang apa yang kau lakukan?" tanya Namjoon.

"Aku tidak menolong Dongwook ketika dia pukuli oleh ayahku... aku tidak pernah menolongnya... sama sekali..."

Namjoon ikut merasakan kesedihan ketika mendengar nada bicara Gong Yoo yang semakin merendah di akhir kalimat. Namjoon menggerakkan tangannya, menggenggam lembut pada tangan Gong Yoo yang ternyata dingin. Mungkin... karena Gong Yoo menyimpan perasaan bersalah. Selama 35 tahun, Gong Yoo menahan semuanya sendirian.

"Seiring berjalannya waktu, Dongwook mulai balas dendam padaku dengan caranya sendiri," kata Gong Yoo yang kali ini berani menatap kedalam mata Namjoon. Dua bola mata yang sudah memerangkapnya dalam cinta beberapa tahun lalu dan bertahan hingga saat ini. Hingga detik ini.

"Lanjutkan Gong Yoo - ssi.. aku mendengarkanmu..." kata Namjoon dengan senyuman lembutnya.

"Dongwook.... dia... selalu mengambil apapun yang aku sukai," kata Gong Yoo, "Karena itu, aku memperingatkanmu untuk tidak datang sendiri menemui Dongwook."

Sebagai polisi yang mendapat predikat istimewa dan lulus dengan nilai terbaik, Namjoon berusaha mencerna ucapan Gong Yoo. Ia memang mengingat dengan jelas bahwa Dongwook mencoba untuk mendekatinya terus menerus. Dia juga ingat betapa Dongwook berusaha menyentuhnya. Tapi... tunggu....

"Apa maksudmu?" tanya Namjoon yang akhirnya memilih langsung bertanya daripada mengira - ngira jawaban yang tidak juga dia dapatkan.

"Aku mencintaimu dan Dongwook berusaha mengambilmu dariku...."

Namjoon terdiam mendengar ucapan Gong Yoo. Kalimat yang diucapkan oleh Gong Yoo memang tidak terlalu panjang, mudah dimengerti dan mudah dipahami.. hanya saja... Namjoon mengerjapkan matanya beberapa kali di hadapan Gong Yoo. Ia sepertinya salah dengar, memangnya orang sejelek dia ada yang men....

Namjoon bahkan tidak bisa melanjutkan kalimat yang ia katakan didalam hati dan pikirannya ketika Gong Yoo mendekatkan wajah dan mencium lembut pada bibirnya.

Ciuman yang benar - benar lembut. Tanpa lumatan. Tanpa nafsu. Seolah - olah Gong Yoo ingin memberitahu jika dia tulus mencintai Namjoon.

Namjoon tidak mungkin munafik pada keadaan yang terjadi. Dia gugup, kikuk dan tidak tahu bagaimana bertindak. Apalagi ketika menyadari jika tangannya masih menggenggam erat pada tangan Gong Yoo. Namjoon melepaskan pegangannya pada tangan Gong Yoo, ia menolehkan kepala kekanan dan kekiri. Sampai kemudian, ditengah - tengah kebingungan Namjoon yang terlihat begitu jelas, ia memilih membalikkan badan dan masuk kedalam kamar mandi.

@@@@@

Gong Yoo yang berdiri seorang diri di tengah ruang santai rumahnya, menatap ke arah pintu kamar mandi yang baru saja ditutup oleh Namjoon. Ia memang tidak mengharapkan jawaban sesegera mungkin. Ia bahkan tidak berharap Namjoon akan menjawab perasaan cintanya. Dia memang cukup gila karena berani mencintai seorang laki - laki yang selisih umur mereka bahkan nyaris 20 tahun. Gong Yoo yang sudah menyadari jika dia sudah termasuk dalam golongan 'paruh baya', tidak berharap banyak pada kehidupan percintaannya.

Gong Yoo tersenyum tipis, ia menggerakkan kakinya untuk mengambilkan pakaian ketika telinganya mendengar suara pintu kamar mandi terbuka kembali. Kepalanya menoleh dan melihat Namjoon yang buru - buru keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang masih lengkap.

Gong Yoo tidak bergerak, tidak berbicara apapun ketika Namjoon mendekatinya dan mencium lembut pada bibirnya. Ciuman yang diberikan oleh Namjoon ini bahkan lebih lama dari ciuman Gong Yoo tadi. Begitu ciuman terlepas, tatap mata Gong Yoo dan Namjoon mau tidak mau menjadi bertemu.

Namjoon tidak mengatakan apapun meski Gong Yoo menunggu. Namjoon masih tidak berbicara apapun meski keduanya masih berdiri dengan tatap mata yang masih terus terpaut.

Gong Yoo yang akhirnya mengambil inisiatif, "Mau menjadi kekasihku Kim Namjoon?"

Jantung Gong Yoo berpacu dengan begitu cepat, ia khawatir dengan jawaban Namjoon kali ini, walaupun tadi di awal ia bilang tidak berharap banyak. Namun kekhawatirannya segera lenyap ketika melihat kepala Namjoon mengangguk dengan senyuman tipis malu - malu.

Senyuman Gong Yoo tercipta begitu lebar. Ia memeluk pada tubuh Namjoon dan mendapatkan balasan pelukan yang tidak kalah hangat. Gong Yoo dan Namjoon sama - sama melepaskan pelukan mereka, kedua mata mereka kembali saling menatap meski kemudian dengan perlahan kedua mata mereka terpejam ketika menyatukan belah bibir mereka dalam pagutan dan lumatan lembut bibir mereka.

Ciuman dengan lumatan yang masih tanpa nafsu. Keduanya benar - benar hanya ingin menumpahkan jika rasa cinta yang mereka miliki itu tulus dan murni. Meski tidak ada yang salah dengan hawa nafsu manusiawi, tapi kali ini... keduanya benar - benar ingin memperlihatkan pada pasangan masing - masing, jika yang mengikat mereka adalah cinta dan kasih bukan hawa nafsu. 

TBC

Semenjak aku mengalami luka dalam di dunia per shipperan... dan itu salahku sendiri mempercayai industri... aku jadi suka masang2in dua orang yg aku yakini di dunia nyata enggak akan ada moment.. dan pasangan Gong Yoo X Namjoon ini adalah pasangan aneh yg membuatku bahagia.... sama seperti pasangan2 sebelumnya yg aku buat... walaupun akhirnya bubar juga muehehehehehe.... 

aku ada nulis series Gong Yoo X Namjoon yg komedi romantis.. tapi belum tahu mau di upload kapan karena masih proses penulisan... dan proses penulisannya agak tertunda karena banyaknya pekerjaan dan aku mau nyelesain Dead Art dulu...

Dead Art -Ketika Kematian Dijadikan Sebuah Karya Seni-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang