PART 20 : EKSEKUSI

230 30 23
                                    

Warning!!!! 3000 kata lebih... jadi konsentrasilah...

Hoseok menuruni tangga menuju lantai satu dengan langkah pelan - pelan dan menatap ke sekelilingnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hoseok menuruni tangga menuju lantai satu dengan langkah pelan - pelan dan menatap ke sekelilingnya. Para pelayan dan pengawal yang berpapasan dengannya membungkukkan badan dan ia balas menyapa dengan ceria seperti dirinya apa adanya. Meski di dalam kepala Hoseok memikirkan banyak hal, termasuk... bagaimana Chulyong mengendalikan orang sebanyak ini agar ikut berpura - pura untuk menganggap Hoseok adalah anak kandung Chulyong. Atau memang semua orang yang ada disini juga sama seperti Taeil - tertipu oleh Chulyong. Jika dia selamat dari misi gila kali ini, sepertinya tidak buruk meminta Chulyong mengajarinya tentang penyamaran. Atau dia pindah saja ke BIN... tapi.... dia kan pernah mendaftar ke BIN dan ditolak. Jika diingat - ingat lagi, waktu ia mendaftar di BIN itu seharusnya Hyunbin baru saja menyelesaikan misi rahasia yang sebenarnya tidak begitu rahasia karena orang - orang di kepolisian tahu Hyunbin pindah beberapa tahun ke BIN dan kembali dengan jabatan baru sebagai kapten. Jelas.... misi yang dilakukan oleh Hyunbin bukan misi yang mudah.

Hoseok tidak menyadari jika ia sudah sampai di ruang makan karena berbicara dengan diri sendiri dan menyibukkan diri dengan berbagai macam pikiran. Ia menatap kearah dalam ruang makan dan melihat Taeil yang sudah duduk dengan telinga tersumpal earphone. Hoseok masih diam saja ketika melihat Taeil tersenyum dan melepaskan earphone.

"Sini Hoseok... ayahmu sebentar lagi turun kok," kata Taeil.

Hoseok melangkahkan kaki, ia memilih duduk di samping Taeil meski mendapat tatapan aneh, "Usiamu berapa hyung? Sepertinya tidak terlalu jauh dariku."

"Tahun ini usiaku 24 tahun," jawab Taeil.

Hoseok menahan diri untuk tidak terkejut karena mengetahui orang yang ada di sampingnya ini lebih muda dari usia aslinya. Jika tidak sedang dalam penyamaran sudah ia suruh - suruh sampai pegal kaki si Taeil ini.

"Kau sadar tidak kalau usiamu selisih 16 tahun dengan ayahku... tsk..." Hoseok mencomot roti panggang di hadapannya dan mulai mengoleskan selai strawberry.

"Kau tahu tidak kalau ayahmu pernah pacaran dengan anak umur 15 tahun," Taeil menyodorkan selai kacang pada Hoseok yang dijawab dengan gelengan kepala.

"Tahu... si Riki kan..." Hoseok mendengus kesal, "Ayahku memang kadang gila... dia pikir aku akan merestui hubungannya dengan Riki. Dia tidak berpikir apa kalau aku akan terbebani karena ayahku pedofil?"

"Kau tidak terbebani dengan kenyataan jika ayahmu adalah mafia yang kejam?" tanya Taeil yang memegang wajah Hoseok dan memaksa sosok disampingnya ini untuk menatap ke arahnya.

Hoseok menatap kepada Taeil, melihat laki - laki bertubuh pendek disampingnya ini menggoyangkan pisau dengan selai nanas berwarna kuning di ujungnya.

"Apa kau pernah melihat secara langsung betapa kejamnya ayahmu itu?" tanya Taeil kembali.

"Apa kau mau melihat batas kekejamannya karena aku bilang kau menyakitiku..." Hoseok menggerakkan tangannya, seperti hendak mencengkeram pisau roti yang ada di hadapannya, "Bayangkan apa yang akan dia lakukan padamu jika kau melukaiku pagi ini."

Dead Art -Ketika Kematian Dijadikan Sebuah Karya Seni-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang