PART 23 : 3

218 28 29
                                    

Hoseok tidak terbiasa pergi di tengah malam buta seperti ini. Bayangkan saja saat ini pukul 2 lebih dari 13 menit ketika ia dan Jungkook menuju pada pelabuhan. Mobil Jungkook memasuki area pelabuhan, mata Hoseok melihat satu area gudang yang terlihat cukup kusam namun didepannya terdapat beberapa mobil mewah dan salah satu mobilnya adalah milik Chulyong.

Jantung Hoseok yang terus berpacu cepat mencoba untuk terbiasa atau membiasakan diri. Tapi bagaimana caranya? Dia tidak siap dengan keadaan yang terjadi. Bagaimana bisa ada seseorang yang siap dalam keadaan seperti ini.

"Tidak usah terlalu lama nanti, pokoknya kalau sudah selesai kita langsung pulang," kata Jungkook, "Aku akan meminta izin pada ayahmu juga."

Hoseok menganggukkan kepala. Pikirannya yang terlalu kacau bahkan tidak menaruh curiga pada Jungkook yang begitu perhatian padanya.

Mobil Jungkook berhenti di depan gudang yang memang sepertinya adalah tempat untuk pertemuan. Hoseok turun dari mobil, ia menatap pada Jungkook yang menunggunya dan menawarkan uluran tangan untuk di gandeng. Hoseok menerima uluran tangan Jungkook dan masuk ke dalam gudang.

Hoseok cukup terkejut ketika melihat gudang yang ternyata cukup banyak orang. Matanya segera menatap kearah Chulyong yang berdiri disamping Taeil. Laki - laki bertubuh kecil itu memeluk lengan Chulyong seperti tidak boleh pergi atau mendekat pada Hoseok. Semakin menyebalkan dan mengerikan saja kondisi kali ini. Hoseok menatap pada beberapa orang yang wajahnya banyak yang tidak ia kenal, sampai kemudian ia melihat sosok Taehyung dan Jimin yang berdiri bersebelahan.

"Selamat datang Hoseok - gun.. akhirnya aku bertemu dengan anak kandung dari Chulyong - ssi..."

Hoseok menolehkan kepala, menatap pada sosok laki - laki berwajah tirus dengan rambut hitam pekat dihadapannya. Mata Hoseok terbuka dengan lebih lebar, "Leeteuk - ssi..."

"Owh kau mengenalku," kata Leeteuk.

"Tentu saja..." Hoseok melepaskan pegangan dari gandengan Jungkook, "Aku suka dengan karya - karyamu.... bisa begitu nyata membuat lukisannya."

"Kan memang aliran lukisanku realisme," Leeteuk tersenyum lebar.

"Aku kapan - kapan boleh main ke rumahmu untuk melih..."

"Hoseok... pssst.... jangan tidak sopan," bisik Jungkook.

"Tidak apa - apa, kau mau main ke rumahku akan aku tunggu. Ayahmu juga pasti tidak akan keberatan, dia saja pacaran dengan yang umurnya selisih 20 tahun lebih kan," kata Leeteuk yang menatap kearah Chulyong dan Taeil.

Hoseok mencibir kearah Taeil dengan bibir manyun - manyun tapi tidak mengatakan apapun. Hoseok dikejutkan karena tiba - tiba Leeteuk mendekat padanya dan menyentuh lembut pada bahunya.

Jungkook yang berdiri dibelakang Hoseok, kini mulai semakin khawatir. Jika saingannya adalah Taehyung dan Jimin, dia yakin masih mudah untuk menyingkirkan dua mahluk itu... tapi... jika pemimpinnya sendiri??

"Kau boleh main ke rumahku sesuka hatimu, melihat - lihat lukisanku tapi..." Leeteuk menjulurkan tangannya, menunjuk pada 3 peti mati yang ada di tengah ruangan, "Bisakah kau melihat isi peti?"

Hoseok menatap kearah 3 peti yang berjajar di tengah ruangan. Tanpa berkata apapun, Hoseok melangkahkan kaki, ia bahkan masih menyempatkan diri untuk menganggukkan kepala dan tersenyum ke arah Jimin dan Taehyung. Langkah Hoseok berhenti ketika ia berada dalam jarak bisa melihat kedalam isi peti.

Peti pertama berisi seorang laki - laki yang Hoseok tahu selalu saja mengejar cinta dari kaptenya - Choi Yeonjun. Ia kemudian menolehkan kepala dan menatap, terdiam, kearah peti kedua dimana Hyunbin berbaring dengan pakaian terakhirnya, dengan luka tembak dibagian dada. Hoseok menarik nafas dalam - dalam sampai kemudian ia menghela nafas panjang dan tersenyum lebar menatap kearah Leeteuk.

Dead Art -Ketika Kematian Dijadikan Sebuah Karya Seni-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang