PART 21 : ALASAN

222 29 63
                                    

Warning!!!! 4000 kata lebih!!! Konsentrasilah kawan kawan

Berita kematian, mau bagaimanapun disampaikan tidak pernah berganti menjadi sebuah berita yang menyenangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Berita kematian, mau bagaimanapun disampaikan tidak pernah berganti menjadi sebuah berita yang menyenangkan. Dan bagi seorang pimpinan seperti Hyunbin, berdiri di hadapan jasad - jasad tertutup selimut putih berdarah anak buahnya adalah sebuah mimpi buruk.

1

2

3

4

5

5 anak buah Hyunbin mati dalam penyesalan terbesar Hyunbin. Suara tangis dari anggota keluarga yang terdengar menambah beban berat yang di pikul oleh Hyunbin. Beberapa anggota keluarga yang datang menemui Hyunbin dan menyalahkan Hyunbin, memaki - maki Hyunbin semuanya ia dengarkan tanpa bantahan sedikitpun. Dia memang gagal. Dia gagal menjadi pemimpin yang baik sehingga anak buahnya mati dengan begitu menyedihkan. Hyunbin tidak ingin menghibur anggota keluarga yang ditinggalkan dengan kata - kata bohong seperti 'anakmu mati terhormat sebagai pahlawan...', bagi seorang ibu tidak peduli anaknya pahlawan atau penjahat yang terpenting adalah anaknya ada... bersama mereka.. terlihat.. tersenyum.. tertawa bahagia dan bahkan tangisan bersama akan jauh lebih baik daripada menangisi seperti ini.

"Hyunbin - ssi... darahmu keluar lagi dari lukamu.. ayo kembali ke kamar..."

Ucapan salah satu suster yang sedari tadi mendampingi Hyunbin seperti tidak terdengar. Hyunbin masih tidak beranjak dari tempat berdirinya. Matanya menatap sayu pada jasad Mino yang tengah ditangisi ayah dan ibunya. Menatap pada jasad Jongin yang bahkan sudah tidak bisa dikenali. Hyunbin menarik nafas dalam - dalam dan dalam setiap hembusannya terasa begitu menyakitkan. Ia seperti menelan duri - duri beracun dalam tarikan nafasnya.

"Hyunbin - ssi..."

Hyunbin menampik tangan suster yang mengajaknya kembali ke kamar. Ia membalikkan badan, melangkah keluar dari ruang mayat. Suara tangisan memang terdengar semakin lirih, tetapi penyesalannya sama sekali tidak pergi. Justru semakin dalam semakin ia melangkah jauh. Seakan - akan ia pergi meninggalkan anak buahnya dalam kematian yang menyakitkan. Hyunbin mempercepat langkah kakinya bahkan ketika mendengar suara teriakan suster yang memanggilnya. Ia terus mempercepat langkah kakinya, menuruni tangga darurat setelah melepaskan selang infus yang mengganggu pergerakannya. Ia keluar dari pintu darurat, menuruni tangga luar hingga akhirnya kakinya berhenti melangkah ketika ia berada didalam sebuah taman yang berada di tengah - tengah gedung belakang rumah sakit. Gedung rumah sakit yang seolah terpisah dari gedung utamanya. Gedung belakang yang hanya terisi laboratorium, kamar mayat, ruang pertunjukan teater untuk terapi dan beberapa gudang penyimpanan. Pantas saja taman yang dimasuki oleh Hyunbin terlihat tidak terawat. Tapi memangnya Hyunbin peduli, ia duduk di salah satu bangku taman. Hyunbin terdiam dalam keheningan malam yang semakin beranjak larut. Tangannya yang tidak memegang apapun mengingat jika beberapa waktu lalu ia menerima pesan dari Gong Yoo jika Namjoon dalam keadaan kritis. Hyunbin menundukkan kepala, menahan tangisannya yang pada akhirnya tidak ia tahan sama sekali.

Dead Art -Ketika Kematian Dijadikan Sebuah Karya Seni-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang