Chanyeol menatap sendu wajah istrinya itu. Sudah tiga jam berlalu namun tidak ada tanda tanda kalau istrinya itu akan terbangun.
"Keluarga Ibu Wendy?" tanya dokter itu setelah masuk ke dalam ruangan.
"Ya dokter, saya suaminya. Bagaimana keadaan istri saya?"
"Sebelumnya saya ingin bertanya, apakah Tuan pernah melihat Nyonya Wendy merasa kesakitan di bagian perut bawahnya?" Chanyeol menggeleng.
"Begini Tuan, setelah melakukan rontgen terhadap Nyonya Wendy, saya melihat ada gumpalan di bagian rahim Nyonya Wendy."
"Gumpalan?"
"Ya Tuan dan setelah saya teliti lebih lagi ternyata gumpalan tersebut adalah kanker." Chanyeol menatap tak percaya pada dokter itu lalu beralih menatap istrinya yang masih terbaring.
"Tapi tidak berbahaya kan dokter? Kita masih bisa melakukan operasi kan dokter?" Dokter itu terdiam lalu melanjutkan ucapannya.
"Maaf Tuan, kanker yang di idap oleh Nyonya Wendy sudah ada di stadium terakhir. Melakukan operasi juga tidak akan berhasil mengingat adanya infeksi darah yang di idap oleh Nyonya Wendy," ucap dokter itu.
"Infeksi darah?" tanyanya tak percaya. "Apa kau yakin?"
"Saya yakin Tuan, saya sudah menelitinya dengan baik." Chanyeol langsung terduduk merasa tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Saya harap Tuan bisa menerimanya dengan sabar. Saya permisi Tuan," ucap dokter tersebut dan langsung meninggalkan ruangan itu.
Wendy menggeliat pelan lalu membuka matanya perlahan. Mata cantiknya langsung menatap wajah tampan suaminya itu.
"Kita di rumah sakit?" tanya Wendy. Chanyeol mengangguk untuk menjawabnya.
"Kau pingsan tadi dan aku langsung membawamu kesini," jawab Chanyeol seadanya.
"Kenapa tak langsung pulang saja sayang? Anak anak pasti nunggu kita di rumah."
"Aku sudah mengabari anak anak tadi. Aku bilang jika kita menemui client sebelum pulang," jawabnya lagi.
"Baiklah sayang. Apa sekarang kita sudah boleh pulang? Aku rindu anak anak dan rumah kita." Chanyeol mengangguk.
"Aku akan mengambil kursi roda dulu, tunggu disini sebentar ya." Kali ini Wendy yang mengangguk untuk menjawab ucapan suaminya itu. Chanyeol keluar dari kamar, ia tak mampu menahan tangisnya. Rasanya sangat sesak melihat seseorang yang sangat ia cintai harus menahan sakit sementara ia tak bisa melakukan apapun untuk menolongnya. Bahkan saat ini saja ia belum berani membicarakan tentang penyakit yang istrinya itu alami.
Chanyeol mengusap kasar pipinya, ia tak boleh terlihat lemah di hadapan istrinya itu. Jika istrinya saja bisa menahannya, ia juga pasti bisa. Ia yakin istrinya itu akan mendapatkan keajaiban nanti. Chanyeol bergegas mencari suster untuk meminta kursi roda, ia tak mau membuat istrinya menunggu lama.
"Sayang, aku sudah membawa kursi rodanya. Mau pulang sekarang?" tanya Chanyeol sambil mendorong kursi roda.
"Tentu saja," jawab Wendy dengan senyum manisnya.
"Kau menghubungi siapa sayang?"
"Ahh aku baru saja mengangkat telfon dari Haechan. Dia tanya apa kita sudah mau pulang atau belum. Aku bilang saja kalo kita sedang di jalan mau pulang," jawab Wendy lembut.
"Baiklah sayang." Chanyeol langsung menggendong Wendy ala bridal style dan mendudukkannya di kursi roda lalu mendorongnya keluar kamar.
©®©®
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa Sehun (✔)
FanfictionNikmati setiap perjalanan Sehun dalam menaklukkan hati anak anak suaminya Jangan salah lapak. Ini khusus Chanhun Chanyeol Top Sehun Bottom