Sehun memegang perutnya yang terasa sakit. Ia mencoba untuk menetralkan nafasnya dan menenangkan dirinya. Beberapa hari yang lalu, ia juga mengalami hal yang sama dan dokter mengatakan jika itu adalah kontraksi palsu. Dan hari ini ia mengalaminya kembali, tapi rasanya lebih sakit. Jarak sakitnya juga cukup berdekatan. Apa hari ini ia akan melahirkan?
Sehun berjalan perlahan ke arah ruang keluarga, ia ingin mengambil ponselnya dan menelpon suaminya. Setelah meraih ponselnya, ia mendudukkan dirinya dan mulai menelpon suaminya. Setelah beberapa saat, ia bisa mendengar suara suaminya.
"Daddy, sepertinya aku akan melahirkan. Daddy tolong jemput anak anak ya? Kita ketemu di rumah sakit nanti," ucap Sehun. Ia memejamkan matanya dan mencoba untuk menahan sakitnya.
"Sabar ya babies, sebentar lagi kita akan bertemu." Sehun bangkit dari posisinya dan berjalan keluar rumah dengan perlahan.
"Astaga Tuan, Tuan kenapa? Tuan mau melahirkan?" tanya supir yang selalu mengantar Sehun. Sehun hanya mengangguk.
"Ayo Tuan, kita ke mobil sekarang." Sehun dituntun perlahan untuk masuk ke dalam mobil.
"Saya baik baik saja pak. Pak, saya boleh minta tolong? Tolong ambilkan tas bayi yang ada di meja depan kamar saya. Semua perlengkapan lahiran saya ada disana." Pak Yunno mengangguk dan langsung masuk ke dalam rumah.
Sehun memejamkan matanya. Sakitnya sudah mulai berkurang. Ia mengusap perutnya dengan lembut. "Kalian sudah tidak sabar mau bertemu dengan Papa ya? Sabar ya sayang, sebentar lagi kita akan bertemu."
Setelah meletakkan tas bayi itu di samping Sehun, pak Yunno langsung masuk ke tempat kemudi dan mulai melajukan mobilnya. Ia membawanya dengan cukup cepat namun tetap hati hati. Ia tak mau istri Tuannya itu sampai kenapa napa.
"Tahan ya Tuan, sebentar lagi kita akan sampai rumah sakit. Kenapa tiba tiba macet di jalan ini? Apa mereka tak tahu kalau ada orang mau lahiran di mobil ini," ucap pak Yunno lalu menekan klakson mobilnya. Sehun terkekeh mendengarnya.
"Gak apa apa, pak. Saya masih bisa tahan, dedeknya juga masih bisa nunggu. Sabar ya kakek," ucap Sehun. Sehun cukup dekat dengan pak Yunno. Ia sudah menganggap pak Yunno itu seperti ayahnya sendiri. Ia bahkan meminta pak Yunno untuk menganggap dirinya kakek dari anak anaknya.
"Tetap saja, nak." Sehun terkekeh mendengarnya. Sehun yang tengah mendengar omelan pak Yunno itu langsung beralih menatap ponselnya yang berbunyi. Kontak suaminya muncul di layar ponselnya.
"Iya Daddy? Daddy sudah sampai di rumah sakit?" tanya Sehun.
"Belum sayang, aku masih di sekolah anak anak. Kau sudah di rumah sakit? Bagaimana keadaanmu sayang? Tidak ada masalah kan?"
"Aku masih di jalan, Daddy. Aku baik baik saja, babies juga masih bisa nunggu Daddy dan ketiga abangnya. Daddy jangan buru buru ya, aku gak mau Daddy kenapa napa," ucap Sehun.
"Sampai bertemu di rumah sakit, Daddy." Sehun mematikan ponselnya dan keluar dari mobil.
"Pak, tolong bawa tasnya dedek ya? Saya masih bisa jalan sendiri kok," ucap Sehun sambil tersenyum. Pak Yunno mengangguk.
"Tuan Sehun." Salah satu suster mendekati Sehun sambil membawa kursi roda.
"Tadi Tuan Chanyeol menghubungi pihak rumah sakit dan mengatakan kalau Tuan akan melahirkan hari ini," ucap suster tersebut. Sehun tersenyum mendengarnya, suaminya itu selalu saja memastikan kenyamanan dirinya.
"Terimakasih suster," ucap Sehun dengan lembut. Saat duduk di kursi roda, Sehun merasakan kontraksi kembali. Sebenarnya ini kontraksinya yang kelima kalinya, dari ia masuk mobil saat dirumah tadi sampai ia tiba di rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa Sehun (✔)
FanfictionNikmati setiap perjalanan Sehun dalam menaklukkan hati anak anak suaminya Jangan salah lapak. Ini khusus Chanhun Chanyeol Top Sehun Bottom