Bab 8

1.5K 138 5
                                        

"Dan selamat untuk sekolah Bina Bangsa yang mendapatkan juara kedua," ucap pembawa acara tersebut. Mark menatap sendu pialanya. Harusnya ia mendapatkan posisi pertama tapi ia justru menerima kekalahannya hari ini. Mark langsung turun dari panggung dan berjalan keluar dari gedung itu.

"Hei jagoan, selamat untuk kemenanganmu. Daddy bangga padamu." Chanyeol mengusak rambut anaknya itu sambil tersenyum.

"Maafkan Mark, Daddy. Mark kalah. Mark bikin Daddy dan Mommy sedih," ucap Mark pelan. Ia menundukkan kepalanya, tak berani menatap ayahnya itu. Sehun yang melihat hal itu langsung meminta Chanyeol untuk menghiburnya.

"Siapa yang mengatakan seperti itu, boy? Daddy tak sedih, Daddy justru bangga karena salah satu jagoan ayah ini sudah berani mengikuti perlombaan kembali." Mark yang mendengar hal itu langsung mengangkat kepalanya dan menatap sang ayah.

Chanyeol tersenyum kecil. "Kita pulang sekarang? Kita akan merayakan kemenanganmu, boy."

"Apakah kalian bisa pulang lebih dulu? Aku dan Mark ingin pergi ke suatu tempat," ucap Sehun.

"Kalian ingin kemana?" tanya Chanyeol.

"Aku ingin memberikan Mark hadiah. Boleh kan?" Chanyeol mengangguk.

"Tapi jangan terlalu lama. Kalian akan diantar sama supir." Kali ini Sehun yang mengangguk. Ia langsung menuntun Mark untuk masuk ke dalam mobil, begitu juga dengan Chanyeol yang menggendong Haechan dan langsung masuk ke dalam mobil bersama Jaehyun.

"Kita mau kemana, Uncle? Uncle tak berniat menculikku kan?" Sehun terkekeh mendengarnya.

"Tentu saja tidak, Daddymu pasti akan langsung menjewer telinga Uncle kalo itu sampai terjadi."

"Daddy tak mungkin melakukannya, Daddy sangat menyayangi Uncle," ucap Mark. Sehun tersenyum mendengarnya.

"Mommy-nya Mark suka bunga apa?" tanya Sehun dan membuat Mark sedikit berpikir.

"Mommy suka semua bunga, tapi Mommy lebih suka bunga berwarna kuning dan putih. Daddy selalu membelikan bunga itu kalau Mommy ulang tahun," jawab Mark. Sehun mengangguk.

"Ayo turun, kita sudah sampai." Sehun keluar pertama dari mobil dan diikuti oleh Mark. Sebelum memasuki kawasan pemakaman, Sehun menyempatkan diri untuk membeli mawar putih. Ia dan Mark pun langsung menyusuri pemakaman tersebut dan mencari letak makam istri dari suaminya itu.

"Selamat siang, kakak. Maaf aku tak tahu harus memanggilmu apa, tapi sepertinya kakak cocok untuk dirimu. Kau lebih tua dari diriku," ucap Sehun sambil meletakkan bunga yang ia beli tadi.

"Apa kau masih mengingatku, kak? Kita bertemu di toilet saat itu. Waktu itu aku ingin membantumu tapi kau justru memintaku untuk membuatkan teh untuk dirimu. Teh yang bahkan sampai saat ini belum pernah kau minum." Mark masih memperhatikan Sehun yang berbicara pada ibunya itu.

"Ah aku sampai lupa tujuan utamaku mengunjungimu. Hari ini Mark menjadi juara kedua untuk olimpiade Bahasa." Sehun menoleh dan memanggil Mark untuk mendekat. Mark pun menurutinya.

"Ia mendapatkan urutan kedua untuk olimpiade pertamanya setelah kepergianmu, kakak. Kau pasti bangga kan melihat putramu sudah berani mengambil perlombaannya kembali?"

"Hai Mom, Mark datang membawa piala untuk Mommy. Maafin Mark karena cuma bisa dapat posisi kedua, Mom. Mom pasti kecewa sama Mark," ucapnya.

"Mommy tidak mungkin kecewa padamu, Mark." Sehun mengusap pelan kepala Mark.

Mark tersenyum kecil. "Mark pernah dapat posisi kedua sama seperti hari ini dan Mommy kecewa saat itu. Mommy memang tak mengatakan apapun tapi Mark tahu kalau Mommy sedih dan secara tak sengaja mengabaikan Mark seharian."

Papa Sehun (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang