Move on?

120 17 2
                                    

Sebelum baca, jangan lupa tinggalkan jejak dengan pencet bintang di pojok kiri bawah yaaa🍫

1 bintang dari kamu itu berharga ✨
Miaww😺

•••

Hari-hari silih berganti, tidak terasa dalam 2 bulan lagi Mentari akan lulus. Semenjak pertemuannya dengan Widya, Mentari jadi akrab dengan gadis itu. Tidak jarang mereka makan di kantin bersama. Tentu saja Cahya juga ikut bersama mereka. Cahya lama-kelamaan juga akrab dengan Widya. Sampai saat ini pun, Cahya masih tak enak hati dengan Mentari. Meskipun jika dilihat Mentari sudah benar-benar mengikhlaskan Devan.

"Tamat nanti lo langsung nikah Ay?" tanya Mentari.

"Kata bokap gue gitu. Awalnya mau dipercepat, tapi gue nolak karena gue mau lulus dulu. Kalo bisa, gue nolak dan batalin perjodohan itu."

"Lo masih belum bisa terima Devan?"

Cahya menggelengkan kepalanya, "meskipun nantinya cinta itu bakal tumbuh, gue gak mau bahagia di atas penderitaan lo."

Widya sedari tadi hanya menyimak saja karena tidak mengerti dengan pembahasannya. Tapi ia tau jika Devan adalah mantan kekasih Mentari. Ia tau hal itu tentu saja dari Farhan. Sejak makin lama kenal dengan Mentari, Farhan sesekali berbagi cerita pada Widya tentang Mentari.

"Ay, gue ikhlas. Gue udah gak taruh harapan ke Devan. Lo berhak bahagia, jangan mikir gitu. Intinya, gue dukung lo," ucap Mentari dengan tulus.

"Makasih ya Tari, lo emang sahabat gue yang paling the best." Mereka berpelukan.

"Aku gak di ajak peluk nih?"

Mentari tertawa, lupa jika ada Widya juga. Akhirnya mereka bertiga berpelukan untuk saling menenangkan. Mentari bicara menyesuaikan cara bicara lawannya. Makanya berbeda saat ia bicara dengan Cahya tidak seperti saat bicara dengan Widya. Sekarang Cahya bisa lebih tenang. Ia benar-benar bersyukur mempunyai sahabat seperti Mentari. Meskipun Cahya sudah menyakiti hatinya, tapi Mentari tetap memaafkannya bahkan mendukungnya.

"Udah mau bel, balik ke kelas yuk," ajak Cahya.

"Eh iya. Aku duluan ya Kak Tari, Kak Cahya."

"Iya," jawab Mentari dan Cahya secara bersamaan.

Setelah Widya ke kelasnya, Mentari dan Cahya pun ke kelas mereka. Sesampainya di kelas, mereka duduk di bangkunya. Menjelang menunggu guru yang mengajar masuk, Mentari baca-baca buku. Sebentar lagi kelulusan dan Mentari ingin hasil yang bagus. Seketika terlintas di pikirannya tentang bagaimana ia setelah lulus nanti. Tapi 80% Mentari akan lanjut kuliah. Meskipun Mentari tidak mau kuliah di Indonesia. Jika diingat-ingat, kejadian itu sesuai dengan keinginan Mentari. Dulu dia pernah bilang ingin kuliah dulu saat bersama Devan. Ia juga pernah bilang jika Devan ingin buru-buru lebih baik cari yang lain saja. Ucapnya malah terkabul dengan perjodohan Devan dan Cahya. Mentari tersenyum tipis mengingatnya.

Sepulang sekolah, Mentari langsung pulang dengan mengendarai mobil sendiri. Sesampainya di rumah ia langsung bersih-bersih. Saat turun ke bawah, ia melihat papanya yang sedang santai di sofa. Mentari menghampiri papanya dan duduk di sebelah papanya.

"Pa," panggil Mentari.

"Kenapa sayang?"

"Tari nanti kuliahnya gak di Indonesia ya?"

"Terus, mama sama Papa cuma berdua doang di rumah?"

"Tapi Tari pengen kuliah di luar negeri Pa."

"Ya sudah, Papa izinkan. Nanti biar Papa sama mama yang sering-sering main ke sana. Tapi liburan semester kamu harus pulang ke Indonesia?"

Mentari [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang