Bukan tentang siapa yang sudah lama bertamu, tapi tentang siapa tamu yang datang. Jika hati tertuju padamu yang baru bertamu, lantas, kau bisa apa? Karena hati itu sifatnya bolak-balik.
~Devan
___________________________________________Sejak pulang dari rumah sakit, Mentari diminta untuk istirahat di rumah selama kurang lebih dua hari, agar kondisi tubuhnya benar-benar membaik. Selama dua hari itu pula, Devan tak henti-hentinya datang, hanya untuk sekedar melihat keadaan dirinya. Sebenarnya Mentari masih bingung dengan sikap Devan. Apa mau Devan yang sebenarnya?
"Besok, lo sekolah?" tanya Devan pada Mentari, saat mereka sedang duduk di ruang tamu. Gadis itu membalasnya hanya dengan deheman. "Ya udah, besok gue bawa mobil buat jemput lo," lanjutnya.
"Gue, boleh nanya gak, Kak?" ucap Mentari, sambil melihat ke arah Devan. Laki-laki itu ikut melihat ke arah gadis itu, setelah itu ia kembali melihat ke arah lain.
"Gue males jawab," ucapnya.
"Plis ... gue serius," ucap Mentari.
"Ya udah, apa?" ucapnya sambil kembali melihat ke arah Mentari.
"Lo, kenapa tiba-tiba jadi baik sama gue? Bukannya, waktu itu, lo, marah sama gue? Kalo ini semua termasuk dalam rencana lo buat balas dendam sama gue, gue harap, lo berhenti, Kak. Jangan sakitin gue dengan cara lo yang kek gini," lirih gadis itu.
"Karna gue sayang sama lo."
"Udah lah, Kak, lo cuma pura-pura, kan? Lo pura-pura baik aja, kan, sama gue?"
"Ck, sembarang kalo ngomong, untung pacar."
"Biarin aja, sih, pacar bohongan juga."
"Terserah kalo lo mau anggap gue pacar bohongan, tapi intinya, lo tetap pacar resmi gue."
"Dih, ngaku-ngaku, kapan gue terima?"
"Gue terima lo jadi pacar gue, dan lo terima gue jadi pacar lo? Sebutin dua kata di awal," ucap Devan, dengan agak cepat.
"Gue- terima, iya kan?" ucap gadis itu dengan ragu, seakan berpikir apakah jawabannya benar.
"Nah, tu lo terima."
Gadis itu tediam, melamun, masih tidak mengerti dengan apa yang di ucapkan oleh Devan barusan. Ia terus berusaha mencari tau maksud dari ucapan Devan, namun tak kunjung mengerti. Devan terkekeh melihat wajah polos gadis itu.
"Pintar kok polos, lama lagi loadingnya," ucap Devan sambil terkekeh.
"Gak jelas," cicit gadis itu.
"Gue dengar," sindir Devan. "Lo, mau tau, kenapa gue bisa sayang sama lo?" lanjutnya sambil menatap serius ke arah gadis itu.
"Kenapa?"
"Karna, hati itu sifatnya bolak-balik. Makanya gue tiba-tiba sayang sama lo," ucapnya, "dan lo harus tau, gue gak suka ada orang yang nyakitin orang yang gue sayang," lanjutnya.
"Ck, terus, kalo lo yang nyakitin gue? Gimana?"
"Ya, kalo itu, anggap aja gue khilaf."
"Ih, egois," ucap gadis itu, "Udah, sana, lo pulang," lanjutnya.
"Lo ngusir gue?"
"Iya, gak dengar emang?"
"Gak ada sopan-sopannya, sama pacar sendiri."
"Terserah lo, deh, Kak, mau bilang apa."
"Ya udah, gue pulang," ucapnya. "Oh iya, kata Dilan, jangan rindu. Rindu itu berat, kamu gak akan kuat, biar aku saja. Lo tau, gue gak setuju kalo harus gue yang nahan rindu. Lo tau kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari [TAHAP REVISI]
Historia CortaPertemuan memang merupakan awal dari sebuah cerita. Tapi perpisahan, bukan akhir dari sebuah cerita. Kau dapat mengambil pelajaran dari setiap pertemuan atau perpisahan. Cahayanya sama-sama indah, namun sulit untuk bersatu. Cahaya itu tampak pada s...