Isi hati

498 60 13
                                    

Jangan suka berlebihan dalam hal apapun. Apa lagi, soal perasaan. Karena, sesuatu yang berlebihan itu, sifatnya tidak baik.

____________________________________________

Seorang gadis, tengah berdiam diri di dalam kelas, sambil membaca novel. Jari-jari kecilnya sesekali membuka lembaran kertas yang sudah ia baca. Sepertinya gadis itu terlalu fokus membaca novel tersebut. Hingga, ia tak sadar jika seseorang datang menghampirinya.

"Lo, suka baca novel?" ucap orang tersebut, membuat gadis itu menoleh ke arahnya.

"Maaf, lo, siapa ya?" ucapnya setelah melihat ke arah orang tersebut.

"Emang, ya, seantero sekolah kenal sama lo. Tapi, lo gak kenal sama semua orang di sini."

"Ada perlu apa, kalo boleh tau?" tanya gadis itu.

"Pulang sekolah, bareng gue, mau?"

Disaat Mentari hendak membuka mulutnya untuk berbicara, ia mendapat pesan masuk dari Devan.

Kak Devan

Gue ke kelas lo
Jangan kemana-mana

Iya

Setelah membalas pesan dari Devan, Mentari teringat akan laki-laki yang saat ini berada bersamanya. Mentari yakin, jika Devan tau laki-laki ini dekat-dekat dengannya, pasti laki-laki keras kepala itu akan marah.


"Maaf, Kak, gue ada urusan," ucap Mentari, sambil berdiri dan hendak berjalan ke luar kelas. Namun, tangannya di cekal oleh laki-laki itu.

Tepat saat Mentari hendak bicara untuk meminta laki-laki itu melepas cekalannya, Devan sudah datang. Mentari sudah ketakutan saat melihat tatapan tajam dari Devan. Dengan cepat Mentari menarik tangannya hingga terlepas dari cekalan laki-laki tadi.

"Kak, gue—"

"Gue gak suka, ada cowok lain yang berani sentuh lo."

"Bro, lo, salah paham. Maaf, atas kelancangan gue, udah nyentuh dia," ucap laki-laki itu sambil berdiri.

Devan tak menggubris ucapan laki-laki itu. Ia menggenggam tangan Mentari, lalu berjalan ke luar kelas. Mentari hanya mengikut ke mana Devan membawanya. Cekalan tangan Devan cukup kuat, namun tidak sampai membuat tangannya sakit. Ternyata Devan hanya mengajaknya ke kantin.

"Mau pesan apa?" tanyanya dengan nada dingin, setelah mereka duduk.

"Samain aja," ucap Mentari, pelan.

Devan pergi memesan makanan, sementara Mentari takut jika Devan marah padanya. Setelah Devan kembali, Mentari berniat untuk menjelaskan semuanya.

"Hm ... Kak," panggilnya, setelah Devan kembali duduk di sampingnya.

"Hm."

"Lo, marah sama gue?"

Devan yang tadinya sedang memainkan ponselnya, kini melihat ke arah Mentari. Sementara Mentari yang ditatap oleh Devan, hanya takut-takut melihat ke arah Devan.

"Kalo gue marah, lo mau apa?"

"Gue, minta maaf," ucapnya sambil menunduk.

"Tari, lihat gue." Mentari menggelengkan kepalanya, ia takut melihat tatapan Devan. "Lihat gue, Tari," ulangnya. Mentari pun memberanikan diri untuk melihat ke arah laki-laki itu.

"Dengarin gue baik-baik. Gue, gak marah sama lo. Udah gue bilang, gue gak bisa marah sama lo. Gue tadi lihat kalo lo berusaha buat menjauh, tapi dia yang nahan lo. Ya, meskipun gue gak suka lihat ada orang lain yang sentuh lo, tapi gue gak mau bikin lo ketakutan karena gue habisin tu orang di depan lo," ucap Devan.

Mentari [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang