Geng Alexander

139 21 7
                                    

Mentari come back😌
⚠️BACA DULU NIH, PENTING!

Buat yang heran kenapa cerita Mentari gk dominan ke cerita spiritual kek yg lainnya, itu karena Mentari bakal ada versi 2 yg InsyaAllah banyak pelajaran penting disitu dan dominan ke spiritual. So, tungguin aja entah sampai kapan🤓

⚠️16+ klo blm cukup, pending dulu!

•••

Kamu yakin itu cinta? Atau hanya hawa nafsu yang mengatasnamakan cinta?

~Fathia Maharani.

•••

Bulan demi bulan berlalu. Hubungan Devan dan Mentari pun baik-baik saja meskipun tetap saja selalu ada pertengkaran kecil antara mereka. Suatu hal yang tak asing lagi bagi mereka.

Minggu ini Mentari fokus dengan ulangan hariannya. Bahkan, waktunya bersama Devan sedikit berkurang. Devan pun mengerti karena memang ia tau Mentari gadis yang berprestasi. Pasti saja Mentari tak ingin sampai nilainya anjlok. Namun, Devan berusaha sebisa mungkin untuk membagi waktu dengan Mentari.

"Sayang," panggil Devan, namun tak ada jawaban dari Mentari. Ia fokus pada buku pelajarannya, karena besok ia masih ada ulangan. "Baby, Honey, Cinta, nyaut kek Neng," cerocos Devan karena merasa diselingkuhi Mentari bersama buku di depannya. Bahkan Mentari lebih banyak waktu berduaan dengan bukunya dibanding dengan dirinya.

"Berisik."

"Pacar durhaka ya gini. Aku pulang deh, di sini juga gak dianggap."

"Silahkan." Devan melongo mendengar jawaban Mentari. Apa Mentari mulai bosan padanya? Padahal, hari ini dari pulang sekolah sampai sekarang Mentari selalu fokus pada bukunya.

"Fix, aku mau jadi Presiden."

Mentari menoleh ke arah Devan. "Heh, mana ada Presiden pemalas kek kamu. Kerjaannya santai-santai, nongkrong gak jelas, emosian, keras kepala."

"Lah, udah pintar ngapain belajar, mending santai-santai biar rileks. Kalo aku jadi Presiden, bakalan aku tiadakan yang namanya PR, ulangan, ataupun ujian. Gini ya, kalo aja nih sering dikasih PR, terus dirumah ngapain? Ngerjain tugas? Aturan kan pulang ke rumah istirahat, dan belajar cukup di sekolah," ucap Devan dengan santai dan sedikit sombong. Baginya, belajar cukup di sekolah saja, tidak perlu ada PR.

"Itu biar kamu rajin. Dasar kamunya aja yang malas ngerjain PR." Mentari malah terbawa ke dalam percakapan tak jelas Devan. Tentu saja itu kesempatan bagi Devan untuk bicara dengan gadisnya.

"Pokoknya aku bakal jadi Presiden, biar kamu gak diemin aku kalo lagi belajar kek sekarang. Kamu itu udah pintar, Tari. Ngapain belajar mulu sih. Aku juga udah pintar kok, dan kamu tau itu."

"Pintar juga kalo gak di asah, bakalan luntur tuh ilmunya. Aku tau kamu pintar, tapi gak usah sombong juga. Apalagi sok ganteng gitu."

Ya, itulah keinginan Devan. Ia terus memancing emosi Mentari. Sungguh ia rindu perdebatan kecil seperti ini dengan Mentari. Jika cara romantis tak dapat mengalihkan Mentari dari tugasnya, mungkin keributan akan membuat Mentari berpaling dari tugasnya.

"Emang aku ganteng, Tari. Buktinya hampir satu sekolah itu cewek-ceweknya suka sama aku. Cuma mereka gak berani aja buat bilang. Kamu doang yang berani lawan aku, marahin aku, bawel lagi."

"Ngapain takut? Kamu mau marah sama aku? Silahkan!" Rencana Devan benar-benar berhasil. Mentari mulai terbawa emosi dan Devan senang dalam hatinya. Ia tau jika hari ini Mentari sedang kedatangan tamu bulanan, jadi pasti gadis itu mudah terbawa suasana.

Mentari [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang