15. Ana sadar

62 4 0
                                    

Setelah lamanya satu bulan Ana Koma sudah banyak perbedaan, Leon yang sibuk dengan kuliahnya, Derix yang tengah sibuk membatu Ayah nya untuk menerusi perusahaan dan Inez yang tinggal bersama Derix sekarang dan masih banyak lagi.

Namun Ana masih tetap damai enggan untuk membuka matanya, membuat Delvin tak henti-henti setiap malam menjaga Ana untuk bergantian dengan Aleta.

"Na, kapan lu bangun? Gak cape apa tidur terus? Lu cape banget ya makanya gak mau buka mata lagi buat liat dunia? Lu gak kangen sama gue sama anak-anak lain juga?" Ucap Delvin tanpa terasa air matanya lolos begitu saja.

Berbeda dengan Ana yang tengah melihat Davian menatapnya dan terdapat pohon dan bunga-bunga yang indah.

"Kak D-davian? Aku mau ikut kakak boleh? Aku gak mau di sana kak," ungkap Ana sambil mengeluarkan air matanya.

"Jangan Na, lu gak boleh ikut gue, di sana masih banyak orang yang sayang sama lu Na, lu harus balik ya jangan ikut gue, gue selalu jaga lu Na dari sini, gue sayang sama lu. Lu harus kuat ya, gue yakin lu bisa lewati semua ini, lu kuat gak boleh nangis lagi nanti jelek kalau nangis," ungkapa Davian lalu menghapus air mata Ana yang terus mengalir.

"Aku cape kak, aku cape bangett, aku pingin nyerah, ak-- hiks.. hiks..." Belum menyelesaikan omongannya badan Ana sudah bergetar sambil mengeluarkan isakanya, membuat Davian memeluk erat Ana dan di balas oleh Ana.

"Ssstt kamu gak boleh ngomong gitu, Ada aku, aku selalu ada di samping kamu, kamunya aja gak pernah liat aku, sekarang pulang ya, aku yakin suatu saat nanti kamu bakalan ketemu orang yang sama persis ke aku." Kata Davian membuat Ana diam dan enggan melepaskan pelukannya.

Davian mengecup pucuk kepala Ana lalu melepaskan pelukannya dan mengucapkan selamat tinggal kepada Ana.

"I love you Na, gue sayang lu, lu jaga diri baik-baik ya di sana, gue pamit pergi dulu," ungkapa tulus Davian lalu menjauh dari Ana.

"Love you more," lirih Ana sambil badannya bergetar dan menahan isakan lalu melihat Davian yang sudah menghilang bersama cahaya putih yang menyinari nya.

Tanpa sadar air mata Ana keluar membuat Delvin terkejut lalu memencet tombol di sebelah kanan setalah memencet tombol tersebut tak lama Dokter datang bersama suster.

"Dok tadi saya liat Ana matanya ngeluarin air mata Dok," ucap seru Delvin membuat Dokter menyuruh Delvin tunggu di luar terlebih dahulu.

"Saya akan Priska pasien anda silahkan tunggu di luar," kata Dokter tersebut membuat Delvin mengangguk dan berdoa semoga Ana cepat sadar.

Setelah lamanya menunggu akhirnya Dokter keluar dan memberi tahu kepada Delvin. "Selamat Ana sudah sadar dan sekarang anda boleh masuk, kami pergi dahulu," lontar Dokter tersebut dan di ikuti susternya di belakangnya.

Delvin segera masuk dan melihat Ana yang masih berbaring lemah dan melihat Ana yang tengah membuka matanya lalu melihat ke arah Delvin dan tersenyum dengan wajah yang masih pucat.

"Akhirnya lu bangun juga, gue seneng bangett, jangan bikin gue takut lagi ya," lontar semangat Delvin lalu memeluk Ana membuat Ana mengangguk kecil.

Delvin melepaskan pelukannya lalu mengecup kening Ana.

"Maaf ya Bang buat Abang khawatir," ungkap lirih Ana membuat Delvin menggeleng cepat.

"Ssstt udah diem sekarang Abang mau nelpon Bunda dulu sama Anak-anak lain kalau kamu udah sadar," ujar Delvin membuat Ana mengangguk.

Delvin segera menelepon Renata untuk memberitahu kan kabar Ana.

Bunda

"Halo...."

"..."

"Iya Bund,"

"..."

"Delvin tunggu"

Tut... Tut...

Panggilan terputus lalu memberi kabar di Grup YJJA. Jari Delvin menari kesana kemari untuk.

Akhirnya Delvin mematikan handphone nya lalu menuju Ana lalu duduk di kursi dekat bangkar Ana.

"Makan ya, lu pasti lapar," kata Delvin membuat Ana mengangguk kecil. Laku membantu Ana untuk duduk

Delvin menyuapi Ana dengan telaten lalu terlihat Renata yang tengah berdiri di depan pintu dengan tersenyum dan air matanya menetes.

"Ana," panggil Renata lalu menuju ke bangkar Ana dan memeluknya.

"Ana Bunda kangen kamu, kamu jangan sakit lagi ya Sayang,"  cakap Renata membuat melepaskan pelukannya lalu mengecup kening Ana.

"Iya Bunda maaf ya kalau Ana udah ngerepoti Bunda sama Abang, udah bikin khawatir kalian berdua juga," tak enak Ana membuat Renata menggeleng cepat.

"Gak, kamu tuh gak ngerepotin sama sekali, yang penting sekarang kesehatan kamu dulu." Kata Renata membuat Ana tetap tak enak.

"Aku mau tidur dulu ya Bund, bang," ucap Ana lalu di angguki oleh Delvin dan Renata.

Malam tiba Renata sudah pulang dan Aleta, El, Arsalan, Derix, Leon dan Inez sedang berada di rumah sakit. Mereka sedang menceritakan hal-hal random.

"Puji Tuhan kakak udah sadar lagi, Inez seneng banget sekarang." Girang Inez membuat Ana Tersenyum manis.

"Iya Nez, gimana sekolahnya, ujiannya susah gak?" Tanya Ana kepada Inez.

"Lumayan sih kak, kakak tau gak. Masa ada cowok yang suka sama Inez terus cowoknya di marahin Bang Derix katanya suruh ijin dulu ke bang Ian suruh ke makam bang Ian, abis itu cowoknya takut langsung pergi," cerita Inez membuat Ana terkekeh kecil.

"Bener kata kak Derix,"

"Tau nih, tuh cowok kalau bener suka lu kan harus ijin dulu ke Abang lu. Ya gak." Kata Derix membuat di setujui sama yang lain.

"Ouh ya Let, gimana lu suka sama siapa dah, gue gak pernah tau lu suka orang," celetuk El yang dari tadi makan jajanan.

"Apasih lu!" Decak Aleta sambil menatap tajam El.

"Iya deh bener, lu kaga suka cowok di sekolah kita apa?" Tanya Leon membuat Aleta mengangkat bahu.

"Gak,"

Ana yang melihat itu tertawa kecil, "Dia mah gamon akut, udah 5 tahun gamon," kata Ana.

"What!!"

"Lu gak salah Let, 5 tahun gamon? Ana yang tahun 1 gamon aja kaga sanggup lu 5 tahun? Gak nyangka gue, seorang cewek bar-bar gamon 5 tahun," seru Leon sambil menggelengkan kepalanya.

"Ck, bukan Aleta Aja yang gamon, lu lupa manusia kutub 1 itu. Dia aja gamon," celetuk Arsalan sambil melirik Delvin membuat Delvin menatap tajam.

"Diem lu!"

"Dih mending dia gamon, dari pada lu bang, pacaran ko sama hp, virtual pula," sindir Aleta membuat Arsalan mengumpat kesal.

"Sialan lu," kesal Arsalan membuat yang lain tertawa melihat kelakuan Aleta dan Arsalan tidak pernah akur.

"Oh ya, gimana kalian kuliahnya sama kerjanya?" Tanya Ana kepada Arsalan, Delvin, Leon dan Derix.

"Ya gitu lah Na, kadang ada capenya juga," kata Derix lalu di angguki oleh Ana.

Akhirnya mereka cerita tentang saat Ana koma dan cerita di kampus nya juga membuat Ana sedikit tertawa karena ada hal-hal yang lucu.











Halooo gaess Jan lupa vote dan komen yaaa

DIA KEMBALI (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang