"Gak ada yang gak bisa, semuanya bisa kalau kita berusaha untuk mencoba," -Aleta Quenby Elvina
Pagi ini semua murid SMA Cakrawala menjalankan ujian kenaikan kelas. Mereka mengerjakan dengan tenang dan guru sudah tau kalau Ana tengah berada di Rumah Sakit jadi tidak mengikuti ujian terlebih dahulu.
Berbeda dengan Renata dan Yona yang tengah menjaga Ana.
"Nat setelah Delvin lulus mau kuliah apa gak?," Tanya Yona yang tengah duduk di sebelah Renata.
"Aku niatnya mau mindahin Delvin setelah lulus ke New York, tapi liat keadaan Ana begitu aku jadi kasian kalau misahin Ana sama Delvin lagi takut ke kejadian kemarin-kemarin Yo," ungkap Renata membuat Yona mengerti.
"Kamu gimana? Alan mau kuliah?" Tanya Renata sambil menatap Yona.
"Iya, dia minta kuliah, di suruh nerusin perusahaan Ayahnya gak mau," jawab Yona.
"Aku kasian liat Ana gitu." Lontar Renata sambil menatap Ana yang tengah menutup mata dan banyak selang di tubuhnya.
"Aku juga, pas kemarin malam aja tatapan matanya kosong, aku yang sebagai orang tua melihat Ana yang seperti itu hati aku ikutan sakit walaupun aku bukan siapa-siapanya," tutur Yona membuat Renata juga mengalami apa yang Yona rasakan sekarang.
"Kasian liatnya, kayaknya aku bakalan ngajak Ana pindah ke rumah Aku nanti kalau udah sembuh total." Lontar Renata lalu di setujui Yona.
Tanpa sadari jam sudah menunjukkan pukul set 12 siang, Yona memutuskan untuk pamit pulang dulu takutnya suami pulang untuk makan siang di rumah.
"Aku pulang dulu ya Nat, takutnya Mas Yudi pulang," lontar Yona sambil berpamitan kepada Renata.
"Iya makasih ya udah mau nemenin aku di sini," ucap Renata sambil memegang pundak Yona.
"Kamu beneran gak papa sendiri?" Tak enak Yona untuk meninggalkan Renata sendiri.
"Iya gak papa, bentar lagi paling Delvin pulang." Ucap Renata lalu di angguki oleh Yona.
"Ya udah aku pulang dulu ya," ulang Yona lalu cipika cipiki ala ibu-ibu.
"Kamu hati-hati,"
Renata mengantar Yona sampai depan pintu lalu setelah Yona sudah berjalan, Renata segera masuk kembali.
Delvin membuka pintu rawat inap terdapat Bundanya yang tengah duduk sambil bermain handphone.
"Bunda," panggil Delvin lalu menghampiri Renata tak lupa bersalaman kepada Renata.
"Baru pulang, Aleta mana?" Tanya Renata.
"Aleta tadi pulang dulu katanya mau ganti baju dulu Bund sambil ambil baju buat Ana ganti nanti, Aku juga bawa makanan buat Bunda, pasti Bunda laper kan belum makan," kata Delvin membuat Renata tersenyum lalu mengangguk.
"Ya udah ayok makan bareng-bareng," ajak Renata lalu di angguki oleh Delvin dan tak lupa mereka berdua mencuci tangan terlebih dahulu.
Mereka makan setelah selesai Renata pamit untuk pulang dan Anak-anak lain datang membawa berbagai makanan.
"Ada yang mau gue omongin sama lu pada," ungkap Derix membuat mereka mengerutkan kening.
"Ada apa?"
Derix menghela nafas sebentar, "kemungkinan Gue sama Inez nanti bakalan pindah ke Jogja setelah gue Lulus, tapi gue gak bakalan lepas dari tanggung jawab gue buat jaga Ana juga," ungkap Derix membuat yang lain bener-bener terkejut.
"Serius lu, tar kalau Ana tau gimana?" Tanya Leon.
"Masalah itu nanti kita pikirin baik-baik, kemarin juga Inez liat orang yang mirip sama Davian ya Nez," kata Derix membuat Inez mengangguk menyetujui.
"Iya kemarin aku pulang dari rumah temen, pas di lampu merah aku liat orang yang mirip Abang, aku liatin terus orang itu dianya juga liatin aku balik. Aku harus cari tau siapa dia sebenarnya." Ungkap inez membuat yang lain saling pandang harus berfikir gimana caranya ngasih tau ke Inez kalau itu bukan Davian tapi orang yang mirip doang.
"Dia bukan Davian Nez, itu Ervan, Abang udah Cari tau sama anak-anak lainnya dan itu namanya Ervan bukan Davian, jadi lu yang sabar ya," ujar pelan Derix lalu diangguki Inez.
"Ouh ya, Kak Ana kapan bangun, masih lama ya?" Tanya Inez sambil menatap yang lain.
"Masih, kita sabar dulu, lu juga masih ada Aleta yang bisa di ajak ngobrol." Ungkap Delvin dengan wajah datar.
"Gak mau Aku sama Kak Aleta, dia orangnya cuek, judes pula," jujur Inez membuat Aleta membulat kan matanya.
"Nah bener tuh Nez, emang si bar-bar itu sok cuek, lu ko betah si El temenan sama tuh bocah," tanya Leon sambil melirik Aleta yang tengah menatap jengah ke arah Leon.
"Wah lu belum tau aslinya, aslinya mah dia behhh..." Belum selesai ngomong sudah di potong olih Derix.
"Apa aslinya?" Tanya Derix sambil menaikkan alisnya satu.
"Sesaad, hahahah" jawab Arsalan membuat Aleta menimpuk Arslan menggunakan Bantal.
"Anjir sialan lu ya, kaga ya gue kaga sesat, enak aja lu ngomong, emang muka gue ke gini," kesal Aleta membuat yang lain tertawa.
"Hahah iya iya, udah lah main game atau apa kek, lu yang cewek nonton drakor sana." Suruh Leon.
"Nah gue setuju tuh, yok gaess liat Thailand," ajak Aleta namun Inez tidak mau.
"Gak ah kak, aku mau liat drakor sendiri aja aku gak mau liat drama Thailand," tolak Inez.
"Ye seruu tau, ya udah deh kalau lu gak mau," kata Aleta lalu di angguki oleh Inez dan Inez melihat drakor di hpnya sendiri.
Mereka sampai malam di rumah sakit dan akhirnya Derix pamit untuk pulang karena kasian juga dengan Inez pasti sudah sangat mengantuk.
Haloo gaess
Maaf ya up-nya sedikit
Jan lupa vote dan komennn
Bay ketemu di cerita selanjutnya.
Ada salah dari Davian
Katanya boleh halu tapi jangan tinggi-tinggi halunya nanti sakit kalau gak bisa jadi nyata
Wkwkwk sorry ya gaess babayy
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA KEMBALI (Selesai)
Teen FictionSeorang cowok yang berjuang agar mendapatkan hati seorang gadis yang masih teringat dengan masalalunya dia bernama Greta Ana Adora ya Ana masih terus teringat dengan Davian. Namun datanglah seorang yang memiliki wajah persis dengan Davian membuat An...