32. Dikta Suka Asti?

57 25 138
                                    

hello, Luvina!♡ kali ini aku buat part agak panjang ya! hope you'll like it!♡ oh iya, Luvina itu panggilan untuk readers aku yakk(♡˙︶˙♡)

hello, Luvina!♡ kali ini aku buat part agak panjang ya! hope you'll like it!♡ oh iya, Luvina itu panggilan untuk readers aku yakk(♡˙︶˙♡)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading All(。’▽’。)♡

.· · ─────── ·❁ཻུ۪۪⸙· ─────── · ·.
★☆✯

32. Dikta Suka Asti?

"Asti, ke kantin yuk!" ajak Mita.

Asti hanya tengah mencatat pelajaran pun menggeleng pelan, "Nggak ah,"

"Ih, kenapa sih akhir-akhir ini setiap gue ajak ke kantin pasti nggak mau. Emang ada apaan sih di kantin sampe lo nggak mau ke sana?" tanya Mita kesal.

"Nggak ada apa-apa sih," sahut Asti tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.

"Bahkan belakangan ini, lo belajar terus. Padahal dosen aja selalu nggak masuk. Lo emang nggak capek belajar terus? Kan lo udah pinter, Sti," tambahnya.

"Orang pinter supaya jadi pinter ya belajar lah!" elak Asti.

"Gue aja yang biasa aja, nggak belajar," tuturnya.

"Ya karena lo yang biasa aja, seharusnya harus belajar, Mita," balas Asti memelas.

"Hehehe, capek belajar terus, Sti. Pusing kepala Barbie. Lagi pula, tumben amat lo belajar. Emang mau ngapain?" tanya Mita sambil berkacak pinggang.

"Gue mau nyoba kuliah di Harvard," sahut Asti santai.

"Ouh, Harvard," ujarnya.

Tak lama, Mita mengernyitkan dahinya. Lalu berkata, "Hah? Harvard? Kan itu jauh banget, Asti. Kalau nggak salah di Amerika Serikat deh. Berarti lo jauh dari Tante Riska dan gue dong? Emang kenapa sih, lo nggak kuliahnya di sini aja?"

Asti menghela napas, "Gue pengen jauh dari Reka, Mit. Setiap gue lihat Reka, pasti memori kenangan gue sama dia berputar lagi. Gue gak tahan. Mungkin, dengan kuliah di luar negeri, membuat gue beradaptasi dengan lingkungan dan orang baru. Jadi, gue cepet melupakan Reka,"

"Tapi Asti, kalau nggak ada lo, gue sama siapa? Gue kan nolep, nggak kenal banyak orang," keluh Mita.

"Lo harus bisa temenan sama orang lain, Mita. Bagaimanapun juga, kita ini kan makhluk sosial. Pasti kita butuh manusia. Emang kalau lo udah mati, kerandanya angkut sendiri?" tanya Asti.

Mita pun berpikir jika saat ia meninggal, kerandanya tidak ada satu orang pun yang mengangkat karena orang-orang tidak ada yang kenal dengan Mita.

PINASTI AYUDIANA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang