Keira sedang menunggu Shawn di sebuah cafe tertutup tak jauh dari rumahnya beserta the boys. Seorang laki laki tinggi yang cukup tampan kini membuka pintu cafe dan langsung berjalan mendekatkan dirinya dengan Keira. Shawn duduk di hadapan Keira sambil menatap wajah gadis itu dengan tatapan yang sedikit berbeda.
"Apa yang mau lo bilang, Kei?"
"Gue udah tau siapa ayah gue."
Shawn terdiam.
"Kita memiliki ayah yang sama, Shawn." kata Keira memegang tangan Shawn.
Shawn menatap wajah Keira dengan tatapan sedikit terkejut. "Simon yang kasih tau lo?"
"Jadi lo udah tau selama ini kalau kita adik-kakak?" tanya Keira meninggikan nada suaranya.
"Lo sahabat gue, bukan adik gue." kata Shawn memberitahu. Keira menggeleng tidak setuju sambil menatap wajah Shawn. "Kita adik-kakak, kita punya ayah yang sama."
"Gak, lo sahabat gue." ujar Shawn menggeleng.
"Lo bisa bawa gue pergi dari sini, gue gak mau kontrak sama Simon lagi. Kita bisa hidup bareng sebagai keluarga Mendes, Shawn." ujar Keira memohon.
"Gue gak bisa, Kei." kata Shawn menatap Keira dengan tatapan sendu.
"Shawn, please. Gue bakal tinggal tenang di rumah lo, gak bakal ada yang tau tentang gue kok. Gue janji," Keira memegang tangan Shawn sambil memohon.
"Gue gak mau lo jadi adik gue, gue maunya lo itu jadi sahabat gue." kata Shawn bersih keras.
"Gue bisa jadi adik sekaligus sahabat lo, Shawn." ujar Keira menatap Shawn dengan tatapan berharap.
"Gak bisa, lo gak boleh jadi adik gue." kata Shawn bersikukuh agar Keira tidak menjadi adiknya.
Keira menatap wajah Shawn dengan tatapan sendu. "Lo malu ya punya adik haram?"
"Bukan gitu maksud gue, Kei." kata Shawn menggeleng tidak setuju.
Keira menghela nafasnya berat sambil tersenyum tipis. "Gue ngerti kok, Shawn. Lo selama ini tau kalo gue ini adik lo, tapi lo diam. Sekarang giliran gue udah tau semuanya dan minta tolong sama lo, lo juga gak bisa berbuat apa-apa. Gue sebenarnya cuman butuh..."
"Keira, maksud gue bukan gitu." kata Shawn berusaha menjelaskan.
"Gapapa kok, santai aja. Gue pergi dulu deh, takutnya dicariin. Sekarang lagi sibuk-sibuknya, Zayn mau keluar dari One Direction." kata Keira berdiri dan mulai melangkahkan kakinya menjauh dari Shawn.
"Gimana mungkin gue bisa ajak lo ke rumah, sedangkan mama gue benci banget sama lo. Maafin gue, Keira." gumam Shawn lesu.
🔵 🔵 🔵
"Jadi lo gak ikut ke Jakarta, Zayn?" tanya Keira kepada Zayn.
Zayn melirik, "kontrak gue selesai tepat hari ini."
"Gue minta maaf karena waktu itu gak percaya sama lo." ujar Keira menunduk lesu.
"Telat, Kei. Gue udah keburu sakit hati duluan," kata Zayn tersenyum tipis, senyuman yang sangat menyakitkan.
"Apa semua gak bisa diulang dan kita anggap kejadian itu gak terjadi? Lo bisa ubah pikiran lo dan tetap di One Dir-"
"Keputusan gue udah bulat, Kei."
Keira menghela nafasnya berat. Louis datang mendekati Zayn dan Keira, Liam dan Niall juga ikut mendatangi Zayn dan Keira. Mereka terlihat sedih dan kecewa. Mereka sungguh menyesal tidak mempercayai Zayn dan tidak mendukung laki laki itu disaat ia butuh dukungan. Zayn stres dengan semua ini, terutama ketika sahabatnya tidak mempercayainya.
Niall mendekati Zayn dan menatap laki laki itu dengan tatapan sendu. "Lo boleh makan semua cemilan gue, kalo lo mau."
"Gue gengsi buat bilang ini tapi gue gak rela lo pergi dan ninggalin kita semua. Gue sayang banget sama lo, Zayn. Lo orang yang paling bisa ngertiin gue disaat semua orang gak bisa." kata Louis dengan nada sedih.
"Gue hargain semua keputusan lo, gue harap lo ambil keputusan yang benar. Kita semua bakalan kangen sama lo, Zayn." kata Liam tersenyum tipis.
Niall mengusap air matanya yang jatuh, "gue gak pengen nangis, tapi malah nangis."
Zayn terkekeh kecil dan mereka semua berpelukan. Keira tersenyum senang saat melihat empat laki laki saling berpelukan erat, seolah ini terakhir kalinya mereka bertemu. Keira sungguh berharap bahwa Zayn akan mengubah pikirannya, namun tidak ada yang bisa mengubah pikiran laki laki itu. Keira hanya bisa menghela nafasnya gusar.
Keira tersadar bahwa Harry tidak ada disana bersama mereka, dimana laki laki itu?
"Gue bakalan kangen sama kalian semua dan gue yakin One Direction bakal selalu sukses meskipun tanpa adanya kehadiran gue." kata Zayn sambil melepaskan pelukannya.
Louis menggeleng, "One Direction tanpa lo namanya bukan One Direction."
"Semua bakal beda, Zayn. Mungkin ini tahun terakhir One Direction, kita gak bisa jadi grup terbaik di dunia." kata Liam dengan nada sedih.
"Gue yakin kalian bisa bikin One Direction sebagai grup terbaik di dunia." kata Zayn tersenyum tipis.
Zayn menghela nafasnya berat. Mereka kembali berpelukan bersama, pelukan terakhir yang mereka rasakan bersama Zayn. Keira hanya bisa diam dan menyaksikan semuanya sambil melirik ke sekitar dan mencari keberadaan Harry. Zayn kemudian menatap wajah Keira sambil tersenyum kecil, Keira hanya bisa membalas senyuman Zayn dengan senyuman sendu.
"Gue harap lo bisa dapetin cowok yang beneran sayang sama lo, Kei. Cowok yang terima lo apa adanya," kata Zayn sambil menepuk pundak Keira pelan.
Keira menatap wajah Zayn dengan tatapan sendu. Liam, Louis, dan Niall mulai keluar menjauhi rumah dan memasuki mobil. Begitupula dengan Keira, gadis itu hanya bisa meninggalkan Zayn sendirian di rumah yang akan segera laki laki itu tinggalkan untuk selama-lamanya. Zayn menutup pintu rumah disaat semua orang sudah pergi. Ia menangis, menangisi mereka semua.
Harry datang dari arah dapur dan langsung memeluk Zayn erat. "Maafin gue, Zayn."
Zayn hanya terdiam dan langsung menyapu air matanya yang mengalir ke pipinya. Harry melepaskan pelukannya dan menatap wajah Zayn dengan serius. "Gue beneran minta maaf."
"Gue maafin," kata Zayn dengan nada datar.
Harry tersenyum kecil mendengar perkataan Zayn, "lo mau ubah pikira-"
"Gak." pangkas Zayn.
"Lo pergi sekarang atau lo bakal ketinggalan pesawat." tambah Zayn dengan nada datar.
Harry hendak mengatakan sesuatu namun tertahan. Ia paham Zayn masih marah kepadanya. Harry segera keluar dari rumah dan memasuki mobil dengan perasaan sedih. Zayn memilih untuk merapikan barang-barangnya, sudah saatnya ia berhenti untuk menjadi seorang artis untuk sementara waktu.
Ia masih kecewa dengan Keira dan juga keempat sahabatnya, terutama Harry. Zayn menghela nafasnya berat dan terduduk di kasur miliknya dan juga Harry.
Melirik ke arah sekeliling kamar sambil mengingat setiap memori yang telah mereka lalui bersama. Mulai dari Harry yang tersandung koper disaat hari pertama mereka disana, hingga pertengkaran yang terjadi antara dirinya dan juga Harry akhir-akhir ini.
Zayn memijat pelipisnya pelan, berharap apa yang ia lakukan tidaklah salah. Berharap ia tidak akan menyesal di kemudian hari.
—Bersambung—
KAMU SEDANG MEMBACA
STEAL MY GIRL [ONE DIRECTION]
FanfictionBagaimana rasanya menjadi asisten One Direction? WARNING: Cerita ini bisa bikin lo seneng, sedih, dan kesel di waktu yang sama. ⚠️FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ ©️January 2023 by Adeliaraissha