Bangkok, 16 desember 2010. Siang itu, suasana kota bangkok di tanggal itu sangat cerah dan panas. Angin bertiup dengan sangat pelan hari ini. Saat ini saya tengah berjalan jalan di sekitar kebun teh keluarga saya yang terletak di dataran tinggi pinggiran kota Bangkok. Saya berniat untuk melihat para pekerja sedang memanen daun pucuk tanaman teh. Saat ini memang sedang waktunya memanen.
"Selamat siang bu, perkembangan hasil panen teh tahun ini sangat bagus. Hasil panen akan kita export ke beberapa negara di asia."ucap salah seorang mandor kepala pengurus pekerja teh disini.
"Baik terima kasih atas informasinya" sayapun tersenyum mendapati hasil panen yang sangat memuaskan.
Saya terus saja berjalan- jalan menggelilingi kebun teh peninggalan keluarga saya yang memiliki luas kurang lebih 10 hektar ini. Teh milik keluarga saya memang memiliki aroma yang khas dan rasa yang sedikit pahit dan manis, tentu saja teh ini sangat diminati oleh banyak penyuka teh di Thailand dan luar negeri.
"Bu, saya tinggal sebentar tidak apa- apa? Saya ingin menyelesaikan permasalahan selisih hasil panen tahun kemarin dengan mandor" ucap sekretaris saya. Yah memang sedadari tadi saya hanya berjalan berdua dengan sekretaris saya. Dia selalu mengikuti saya kemanapun pergi jika itu sudah berkaitan dengan pekerjaan saya.
"Baiklah, saya tunggu disana ya" saya berucap sambil menunjuk sebuah pohon teh yang cukup tinggi sehingga bisa dipakai untuk meneduh.
"Kha bu" sekretaris saya pun langsung meninggalkan saya. Dan saya langsung mendudukan diri saya di bawah pohon teh tadi sambil mengistirahatkan diri saya.
Ditengah aktivitas saya yang sedang beristirahat, tiba tiba saja saya merasakan langit yang awalnya cerah berubah menjadi mendung. Saya menatap ke atas langit dan melihat jika matahari mulai tertutupi oleh sebuah bayangan bulat berwarna hitam.
Seluruh pekerja sudah berlari panik, keadaan sangat kacau saat itu. Orang orang berlarian kesana kemari berusaha menyelamatkan dirinya. Sedangkan saya? Saya masih bertahan dengan posisi saya dan terus saja memandang ke arah langit.
"Gerhana!!!"
"Gerhana… sembunyi… sembunyi…" teriak orang orang memperingatkan.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk matahari sampai di posisi sempurna untuk ditutupi bayangan hitam tadi, dan saya merasakan sebuah cahaya terang tiba- tiba saja berjalan mendekat ke arah saya dan tiba tiba saja saya merasakan tubuh saya seperti terseret masuk kedalam cahaya yang sangat terang itu.
"AHHHH….."
Saya yang merasa tidak kuat menatap cahaya yang semakin sangat terang itu pun kini memilih menutup kedua mata saya dan tiba- tiba saja saya pingsan. Entah apa yang sudah saya alami hingga saya terbangun dan berada di sebuah tepi sungai besar.
Saya langsung mendudukan diri saya dan mengedarkan pandangan saya ke arah sekitar.
"Ini dimana? Saya dimana?" Sayapun semakin bingung karena merasa sangat asing dengan tempat yang sedang saya kunjungi ini.
"Kamu sedang berada di universe lain."terdengar sebuah suara sedang menjawab panggilan saya. Saya pun lantas menoleh dan mendapati seorang tengah mendudukan dirinya di sebuah kursih yang terletak di depan sungai ini, jaraknya tidak terlalu jauh mungkin sekitar 5 kaki dari posisi saya. Dirinya tengah menundukkan kepalanya dan menggenakan jubah berwarna hitam pekat.
"Hah? Anda siapa?" Sayapun semakin bingung saat ini. Orang tadi lantas membuka tudung kepala jubah miliknya dan bisa saya lihat jika dia adalah seorang laki- laki dengan wajah yang sangat tampan. Wajahnya memiliki mata berwarna biru dengan rambut coklat dan rahang yang sangat keras. Kulitnya berwarna putih yang akan bersinar ketika berada di bawah terik matahari.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVYENDU Part 1 =END=
Fiksi PenggemarMengisahkan mengenai perjalanan antar universe yang dialami seorang wanita tua bernama Wirasuda yang merupakan ibu dari TayTawan. Disaat matahari, bulan dan bumi berada di satu garis yang sama, mae Wira tiba- tiba saja merasakan adanya cahaya yang s...