64. Teror³

199 12 1
                                    

______________________________________
CERITA INI MURNI PEMIKIRAN SENDIRI. JADI KALO ADA YANG SAMA YA GAK SENGAJA.

OKE.

HAPPY READING PART 64.
______________________________________

Kalo ada typo tandai Bro!

Farhan melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Farhan melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata. Devi dibelakangnya memeluk erat pinggang anaknya. Dalam hati, wanita itu terus melafalkan do'a agar ia masih bisa sampai rumah dengan selamat.

Devi bahkan tidak tahu kenapa tiba-tiba Farhan buru-buru ingin pulang. Tapi, firasatnya tidak enak sejak tadi siang. Apakah terjadi apa-apa pada orang rumah? Devi tidak tahu.

"Han, kenapa buru-buru sih, nak?!" Tanya Devi agak berteriak, karena sudah pasti suaranya tidak terdengar.

"Bunda pegangan yang kenceng!" Bukannya menjawab, Farhan malah menyuruh Devi berpegangan dengan erat.

Berkali-kali Devi dibuat kaget bukan main saat Farhan menyalip mobil besar di depan mereka. Farhan mengendarai motornya dengan brutal, tidak peduli umpatan orang-orang tentangnya. Yang ia pikirkan sekarang hanyalah Farrel, dan orang rumah.

Farhan memarkirkan motornya di gara si rumah, ia turun lalu membuka helm. Farhan melirik Devi, wanita itu sepertinya masih gemeteran.

"Bun, maaf ya, Farhan kecepetan bawa motornya." Ucap Farhan menyesal.

"Gapapa. Tapi, ini kenapa rumah gelap Han? Gak mungkin kompleks mati listrik, rumah yang lain masih nyala." Devi melihat sekeliling,

Farhan juga melihat sekeliling, gelap dan dingin.

"Bunda tunggu bentar, Han nyalain listrik nya dulu."

Farhan berjalan menuju tempat untuk menghidupkan listrik. Setelah listrik menyala, Farhan kembali ke tempat Devi berdiri. Mereka berjalan beriringan menuju pintu depan.

"Assalamualaikum" ucap Devi. Wanita itu seketika kaget saat melihat Sesil menangis sesegukan.

"Waalaikumsalam" jawab Ratna dan Farrel.

Devi langsung mendekat dan duduk di samping Sesil. Tangannya terulur mengusap punggung Sesil.

"Kak Sesil kenapa, Bu?" Tanya Devi pada Ratna.

Bukannya menjawab, Ratna malah menatap cucunya yang berdiri berdampingan.

"Biar Farrel yang jelaskan nanti Vi, sekarang kamu tenangkan Sesil, ibu buatkan teh hangat." Ratna beranjak dari duduknya, berjalan ke arah dapur untuk membuatkan minum.

Devi melirik Farrel, tatapannya meminta penjelasan. Namun Farrel hanya menunduk, ia takut bundanya akan semakin khawatir jika tahu ia diteror bahkan sempat diculik saat camping sekolah beberapa waktu lalu.

Farhan Farrel The Twins (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang