23. Pergi Untuk Selamanya

523 15 0
                                    

____________________________________
CERITA INI MURNI PEMIKIRAN SENDIRI. JADI KALO ADA YANG SAMA YA GAK SENGAJA.

OKE

HAPPY READING PART 23
____________________________________
Jam sudah menunjukkan pukul 20.03. Tetapi dokter dari ruang UGD belum juga memberikan informasi mengenai keadaan Sasya di dalam.

"Ya Allah, Sasya" Tubuh Rahayu merosot ke lantai, Devi yang melihatnya langsung menenangkan Rahayu.

"Han, kalo Sasya kenapa-napa gimana?" Farrel sedari tadi gelisah duduk di sebelah Farhan.

"Gue juga takut Sasya kenapa-napa Rel" Farhan di sebelahnya ikut gelisah. Ia melihat sendiri Sasya tertabrak truk di depannya.

Suara dering telfon Farhan berbunyi, membuat sang empu mengambil handphone dari saku celananya.

"Halo om"

Dimas, pria itu menelfon Farhan untuk yang ke-5 kalinya. Semenjak Sasya di bawa ke rumah sakit Dimas selalu menanyakan kondisi Sasya.

"Gimana Sasya Han, udah ada kabar dari dokter" suara Dimas terdengar dari sebrang telfon.

"Han, Sasya gapapa kan?" Kini Sesil ikut bicara.

"Gak tau om, Han belum tau" jawab Farhan. Memang adanya semua orang disini belum tahu kondisi Sasya didalam sana.

"Kalau ada informasi, kabarin om ya Han"

Setelah berucap dalam dan Farhan membalas salamnya, Dimas mematikan telfonnya.

Berjam-jam mereka menunggu, sampai seorang dokter dengan nametag Andriana keluar dari ruang UGD.

"Dok, gimana keadaan cucu saya" Rahayu yang pertama kali menanyakan keadaan cucunya di dalam.

"Dok, anak saya gimana?"

Mendengar pertanyaan Anjani, Rahayu menoleh ke arah anaknya. Tidak disangka wanita itu menangis, seperti menyesali perbuatannya. Namun semua sudah terlambat.

Selama perjalanan dan selama menunggu di depan UGD, Anjani berfikir keras soal penuturan Sasya sebelum ia tertabrak.

"Mama gak pernah sayang sama Sasya, mama selalu kasar sama Sasya, Sasya mau kaya yang lain, mau disayang sama mama, mau dipeluk sama mama. Sama kayak Farrel yang dipeluk Tante Devi, Sasya salah ya ma, saya salah udah lahir, udah ngerepotin mama, gak bisa buat mama bangga. Mama bilang kan sama Sasya, Sasya bukan anak yang mama mau. Sasya yang buat papa pergi kan ma"

Ucapan itu terus berputar di otak Anjani, rasa bersalah mulai menghantui pikiran wanita itu.

"Dok, jawab saya, cucu saya gimana" Rahayu mengguncangkan lengan dokter Andriana.

Dokter itu menghela napas panjang lalu berucap, "Maaf Bu, saudari Sasya tidak dapat diselamatkan"

*Deg

Jantung Farrel seketika mencelos, mendengar penuturan dokter. Tidak, tidak mungkin seorang gadis yang sangat ia cintai pergi untuk selamanya.

"Gak, gak mungkin. Lo pasti bohong kan, hah, BOHONG KAN!" Farrel menatap nyalang dokter Andriana.

"Maaf mas, kami telah berusaha semaksimal mungkin" ucap dokter Andriana mengulang ucapannya.

Rahayu pingsan, seketika itu juga tangisan Anjani pecah. Berniat ingin membenahi hubungan ibu dan anak dengan Sasya namun gadis itu kini sudah tidak ada.

"Dok, gak mungkin kan?" Kini giliran Farhan yang menatap tidak percaya dengan dokter itu. Berharap sang dokter berbicara bahwa ia tengah berbohong.

"Maaf mas, tapi kami berbicara sesuai fakta"

Farhan Farrel The Twins "SELESAI"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang