Dua orang gadis memainkan gunting di masing-masing tangan mereka.
Dengan langkah santai, keduanya berhenti di depan gadis berjerawat yang sedang didudukkan pada sebuah kursi kayu.
Tangannya terikat di belakang tubuhnya, sedang mulutnya tertutup selotip hitam. Rambut panjangnya terikat dalam dua bagian, menjuntai ke depan dadanya.
Kedua gadis cantik itu saling pandang dan tertawa di depan gadis yang terlihat disekap dalam sebuah WC rusak sebuah SMA.
Salah seorang teman mereka duduk membelakangi cermin toilet yang sudah buram.
Marsuni.Nama gadis cantik dengan lesung pipi itu. Dagunya yang menggantung bagai rumah lebah, sedangkan kerlingan matanya menggoda. Dia adalah bunga di sekolah mereka.
Ia selalu bersama kedua temannya, Navia dan Arna.Ketiganya, bagai rangkaian bunga dengan kelopak mekar di ujung dan kiri kanannya adalah kelopak yang masih kuncup. Begitu serasi dalam pertemanan.
Tapi sayangnya, sifat angkuh dan sombong mereka, menutupi kecantikan yang paripurna itu.
👽👽👽
Hari ini, Hamisah terlihat berbeda dengan biasanya, karena kaca mata tebal yang biasa ia gunakan, berubah menjadi lensa kontak dengan warna kecokelatan.
Ia mencoba mengikuti langkah kaki Galuh, cowok terkenal di sekolahnya untuk memberi kado ulang tahun yang ia rayakan semalam.
Dengan gugup dan sedikit rasa dingin, Hamisah memberanikan diri untuk mendekati cowok yang terlihat berhenti memperbaiki tali sepatunya yang longgar.
Hampir saja ia mencapai punggung cowok itu, tiba-tiba badannya tersungkur di belakang.
Navia dan Arna, sudah berdiri di hadapannya.
"Astaga!, Misah, hati-hati dong." Arna mencengkram lengan Hamisah sambil menariknya hingga berdiri.
Navia mengebas rok Hamisah yang berdebu.
Galuh menoleh memperhatikan apa yang dilakukan oleh ketiga gadis di belakangnya."Hai Galuh!" Arna mendekati Galuh yang berdiri kebingungan.
"Selamat Ulang tahun ya..." Arna menyerahkan bingkisan kado yang tadi dibawa oleh Hamisah.
Entah sejak kapan bingkisan itu berpindah tangan."Itu dari Marsuni. Dia mau menyerahkan bingkisan itu sendiri, tapi malu hmmm"Sambung Navia.
Galuh menyambut kado tersebut sambil tersenyum.
"Makasih ya.. Sampaikan terima kasih saya untuk Marsuni."Mata Galuh berbinar menatap bingkisan yang imut berwarna cokelat di tangannya.
Galuh langsung membuka bingkisan tersebut lalu menatap makanan berbentuk Nuget.
Rasa ngilernya pun mendorongnya untuk segera melahap makanan di hadapannya.Hamisah memperhatikan bingkisan kadonya terkuak. Rasa lega muncul di hatinya karena Galuh menyukai hadiahnya.
"Wah, nugetnya enak lho... Kog tau saya suka Nuget!?"
Seru Galuh."Ya iyalah.,secara Marsuni sudah tahu kesukaan kamu gitu lho. Marsuni Khan, calon istri yang baik!"
Seru Navia sambil melirik Hamisah.Hamisah menelan ludah mendengar nama gadis tercantik di sekolahnya disebut.
"Lho? Kog badanku terasa gatal ya?
Apa pengaruh Nuget ini?"
Galuh pun membuka tepung yang menyelimuti Nuget tersebut, dan terlihat udang dan cumi goreng."Astaga... Marsuni tidak tahu ya, kalau saya alergi cumi?!'
Mata Galuh memerah.Lehernya juga ikut memerah.
Bibir dan pipinya membengkak dan bentol-bentol."Sialan! Kog Marsuni kasih ini sih!"
Galuh langsung membuang bingkisan makanan yang dipegangnya dari tadi, lalu melangkah pergi meninggalkan ketiga gadis yang bingung melihat kondisi Galuh setelah makan Nuget seafood.Tatapan horor pun terpancar dari mata Navia dan Arna pada Hamisah.
"Ikut kita cepat!!!"
Hardik Navia geram.Jangan lupa coment dan tekan bintangnya ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembalasan (Suanggi)
Horror⚠️ Cerita ini tidak ada di aplikasi manapun selain di Wattpad. Jika ada di aplikasi lain berarti di plagiat⚠️ Hamisa, mendapatkan kutukan iblis yang menjebaknya seumur hidup, karena keinginannya untuk cantik dan memikat hati para lelaki. Kutukan itu...