Pengorbanan Ayah

236 17 0
                                    

Hamisah menatap orang yang lalu lalang di dalam rumahnya.
Ia duduk lesuh di sudut ruang dapurnya.

Semua orang sibuk menyiapkan perlengkapan untuk mengurus jenazah ayahnya yang akan dimandikan.

"Huhuhuhu... Aku sudah bilang pak... Aku sudah bilang, tapi kamu tidak percaya. Nanti begini... Huhuhuuhu.. Apa yang harus saya buat pak.. "
Terdengar samar tangisan Tika dari dalam kamar.

Air matanya tidak berhenti berlinang.
Ia seperti trauma dengan kejadian tadi Subuh,  saat ia mendapati suaminya mencoba membangunkannnya.

Tangan kirinya memegang dadanya dan napsanya tersengal-sengal.
"Tik... Ka... Su... Suanggi! "

"Hah?  Apa pak? Suanggi? "
Tika tidak mendapatkan jawaban lagi. Warto telah menghembuskan nafas terakhirnya saat ia hanya mengucapkan suanggi.

"Waktu saya periksa dada kirinya biru, dan dia tidak bernapas lagi. "
Tangis Tika seketika pecah membayangkan kembali saat ia hanya mampu berteriak karena tak tahu apa yang akan ia lakukan setelah menemukan suaminya meninggal di tempat tidur mereka.

Hamisah masih mencerna semua kejadian yang sangat tiba-tiba itu.

Setelah ia kembali ke kamarnya tadi dalam wujud iblisnya, ia mulai melahap isi durian yang besar itu.
Tapi, sebelum ia selesai memakannya, ia mendengar teriakan Tika, dan seketika ia kembali memasangkan kepala beserta jeroannya ke dalam tubuhnya yang tergeletak kaku di ranjang tempat tidurnya.

Ia bangun dan mendapati seonggok daging yang berlumur darah di tangannya.
Ia meraba mulutnya yang penuh bercak darah, dan ia langsung ke kamar mandi membereskan bercak darah di wajahnya.

Sisa daging lezat tadi ia simpan di dalam kotak kosmetik di dekat cermin kamarnya.

Ia segera menghampiri kamar orang tuanya yang di sana sudah hadir Tina, adik dari Tika.

"Bapak,  bangun pak... Bapak.... Huhuhu"Tika terlihat tersedu memeluk tubuh suaminya.

"Ada apa kaka? " Tina mendekati Tika yang sesenggukan.

"Suanggi.... Tadi suanggi datang menyerangnya. Saya sudah kasi ingat,  tapi Bapak keras kepala tidak percaya... Sekarang? Huhuhuhu Bapaaaak... Jangan Bapak.... Jangan Pergi!!! "

Hamisah berdiri kaku menatap kenyataan yang ada di hadapannya sekarang.
Ayahnya meninggal diserang suanggi. Dan suanggi itu adalah dia.

Tapi yang dia ingat,  dia hanya membawa pergi Isi durian.

'Oh tidak'
Hamisah menutup mulutnya sendiri. Jangan-jangan durian itu hanya halusinasi saja.

Ya... Itu bukan halusinasi. Buktinya ia melihat sisa daging tadi ada di kamarnya.

Apa itu adalah jantung milik ayahnya?

Jangan lupa coment dan follow ya...

Pembalasan (Suanggi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang