Akibat

198 14 0
                                    

Suara tangis bayi Tina tak berhenti setelah dua puluh menit yang lalu.

Tina telah melahirkan setelah melangsungkan pernikahan sederhana sekitar tujuh bulan yang lalu.

Pernikahannya yang baru tiga bulan harus kandas setelah Tina menemukan kenyataan bahwa Anto telah menikahi janda di kompleks sebelah.

Entah ke mana gadis judes itu. Ia meninggalkan anaknya sampai menangis tak berhenti.

Hamisah memasuki rumahnya setelah pulang dari pasar mencari toko baru untuk ia ajak kerja sama.

Langkahnya tertahan, ketika ia melihat dari ruang tamu pintu kamarnya terbuka.
Nampaknya ibunya tidak di rumah. Kalau tidak, suaranya akan menggelegar memanggil -manggil Tina untuk menenangkan anaknya.

Hamisah sudah bisa menebak, siapa yang ada di dalam kamarnya sekarang.
Ia mulai melangkah perlahan ke arah pintu kamarnya yang sedikit terbuka itu. Dengan seksama ia bisa melihat di keremangan lampu kamarnya Tina sedang memegang kotak keramat milik Hamisah. Dengan perlahan ia mulai membuka tutupnya.

Dan...

Raut wajah Tina kecewa mendapatkan beberapa benang dan jarum di sana.

"Aku yakin, waktu itu bukan ini isinya!. Kemana dia sembunyikan ya? " Tina menggumam jengkel.
Ia menaruh kembali kotak itu dan kembali ke kamarnya.

Tangis bayinya sudah tidak terdengar lagi.
Dengan perasaan jengkel ia menutup pintu kamarnya. Ia menatap ayunan bayinya yang tidak bergerak.

Tadi ia meninggalkan bayinya dalam ayunan.

Ia baru sadar jika Magrib
telah usai beberapa menit yang lalu. Kalau kakaknya tahu, anaknya masih di dalam ayunan di sore hari, maka ia akan mulai mengomel.

Konon, jika bayi masih di dalam ayunan pada waktu sore, suanggi akan memakannya.

Ah, kakanya itu, masih saja percaya tahayul.

Dengan perlahan ia mulai mendekati ayunan.
Ia mulai meraih tubuh bayinya untuk ia angkat.

Alangkah kagetnya ia, saat merasakan kulit tubuh bayinya begitu dingin.
Dengan tergesa-gesa, Tina mulai menggendong dan memperhatikan bayinya yang tidak bergerak lagi.
Bayinya telah membiru.

Jantung Tina berdetak hebat. Dari luar terdengar salam dan langkah kaki memasuki rumah.
Tina yakin itu adalah Tika, kakaknya.

"KAKAK!!!!"

Tidak lama pintu kamarnya terkuak dan nampaklah Tika yang baru kembali dari rumah duka Syafira.

"Ada apa panggil-panggil? " Tika jengkel dengan suara Tika yang menggelegar Magrib-Magrib begini.

"Anakku kak!!!! Anakku kenapa ini? " kening Tina terpaut menatap keadaan anaknya yang sedang di pangkuannya.

"Astaga dia kenapa itu? "
Tika tergopoh menghampiri Tina dan anaknya. Ia langsung meraba dahi bayi dua bulan itu.

"Tidak tahu kaaak... Aku juga baru lihat ini! "

"Astaga Tina! Bayimu dimakan suanggi ini! Kamu ke mana saja dari tadi? Kamu tinggalkan di ayunan kah? "Wajah Tika merah padam.

"i.. Iya, ta tadi saya hanya ke wc kaak! "
"Astaga Tina.... Huhuhhh."
Terdengarlah suara tangisan kakak beradik itu.
Sedangkan di dapur, Hamisah menyeka mulutnya yang penuh darah.

'Jangan salahkan saya yang tergiur anakmu itu. Dia bagaikan telur rebus yang sudah dikuliti dan tinggal dimakan. Dan kamu meninggalkannya saat saya sangat lapar'

Mata merah Hamisah berkilat bangga.

Jangan lupa coment!

Pembalasan (Suanggi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang