Ternoda

349 15 0
                                    

Setelah mendapatkan uang dari ayahnya. Hamisah segera berangkat dengan ojek ke pasar.

Dia mulai membeli barang-barang incarannya seperti Make up dan beberapa lembar baju. Belum puas ia mulai berkeliling pasar hingga menjelang sore.

Saat akan pulang,  ia memilih berjalan kaki melewati belakang pasar karena lebih dekat meski perumahan di belakang pasar banyak yang kosong dan terbengkalai.

Hamisah menghindari genangan air di tengah jalan,  tapi tubuhnya tiba-tiba menabrak seseorang.

"Hamisah? "

Suara berat seorang pria mengagetkan Hamisah. Ia segera mendongak. Heran karena baru sekarang ada seorang laki-laki yang mau menyebut namanya.
Dia mulai mengingat wajah tampan di depannya.

"Riko?"
Anak kuliahan semester dua yang suka mengincar sahabatnya,  Dara.

"Hai...  Ehmmm uhuk-uhuk! " Riko memeluk tubuhnya sendiri.  Ia nampak kedinginan.

"Kamu sakit? " Hamisah menangkap raut pucat Riko.

"Iya,  lagi nggak enak badan. " Jawab Riko lemah.

"Rumah kamu di sini? "
Hamisah memperhatikan sekitar mereka yang lengang.  Hanya ada rumah-rumah tua bekas kios dan warung kopi.

"Iya,  Pamanku suruh jaga rumahnya,  karena belakangan ini banyak pengemis yang suka mendobrak pintu." Riko merapatkan hoodynya.

"Oh... " Hamisah tersenyum segan dan ingin segera pulang karena suara azan dari mesjid pasar telah terdengar.

"Hamisah,  bisakah saya minta tolong?  Uhuk-uhuk! "

"Tolong? To.. Tolong apa? " Kening Hamisah berkerut.

"Dari tadi saya lapar. Tapi mau ke pasar,  keburu malam... Saya mau masak tapi,  badanku ngilu semua. Bisakah kamu buatkan saya bubur? Nanti setelah itu,  baru kamu pulang... " Suara Riko sedikit bergetar seakan memelas.

"Oh.. Ta.. Tapi" Suara Hamisah terpotong dengan suara batuk Riko.

Uhuk, uhuk, uhuk!

"Ya sudah.. Tapi sebentar saja ya... Soalnya keburu malam." Hamisah melemah karena luluh setelah melihat keadaan Riko.

"Makasih ya... " senyum Riko menggetarkan hati Hamisah.

👽👽👽

Riko memperhatikan Hamisah yang telaten mencuci beras dan memasaknya.

"Minum dulu Mis... Biar segar. "
Riko meletakkan minuman sirup yang menggugah selera.

Hamisah dengan tersipu meneguk minuman itu hingga tandas. Ia kehausan karena dari tadi berkeliling ditambah sekarang ia di depan kompor panas. Saking senangnya ia sampai lupa membeli minuman kesukannya.

Beberapa menit menunggu bubur mendidih  perasaan kantuk tiba-tiba menyerang Hamisah.

" Aduh... Ngantuk nih... Saya.. Saya pulang dulu ya... "
Hamisah meraih tas belanjaannya yang berada tak jauh dari tempat duduknya.
Hamisah oleng dan jatuh ke lantai.

"Istirahat dulu Mis... Kamu kayaknya kecapean.. " Suara Riko samar terdengar.  Hamisah tak bisa menahan rasa kantuknya,  dan hanya menggumam tak jelas. Tidak lama terdengar dengkuran halus darinya.

👽👽👽

Hamisah memicingkan mata menangkap suara motor yang lewat setelah beberapa jam ia tertidur.

Lampu redup di plafon tempat tidurnya menjadi pemandangan awal saat ia membuka matanya.

"Ini di mana?"

Ingatannya mulai terputar dan tak lama ia langsung terduduk.

Kamarnya Riko.
Itu jawaban yang ada di dalam kepalanya.

Ia terkejut tubuhnya terbungkus selimut tebal.
Ia merasakan badannya dingin.  Ia baru menyadari tak ada sehelai benangpun  di badannya.

Ia kaget.
Darah di kepalanya berdesir.

"Apa yang terjadi?"
Bisiknya pada diri sendiri.

Hamisah perlahan turun dari ranjang dengan membungkus tubuhnya pakai selimut.

Ia mulai memindai keberadaan pakaiannya. Ada di kursi tempat ia duduk tadi.
Ketika akan melangkah,  sesuatu terasa perih di bawah perutnya.

"Aw... Aduh... Aduh... Kenapa... Sakit? "

Hamisah menatap bercak darah di selimut yang ia pakai.

Haidkah,  saya?
Tanya Hamisah dalam hati.

Tidak. Belum tanggalnya.

Riko.
Di mana laki-laki itu?
Apa yang telah ia lakukan padaku?

Hamisah meneteskan air matanya. Perawan... Apakah ini darah perawan?

Hamisah terduduk dan menangis dengan hal yang sulit ia percayai. Tiba-tiba terdengar bunyi Qamat dari Mesjid.
Jam berapakah sekarang?

Jangan lupa comentnya ya... No plagiat!  Ok?

Pembalasan (Suanggi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang