Memata-matai

188 16 0
                                    

Dania tersenyum ramah seperti biasanya.

"Dania?...mari-mari... silahkan masuk!"
Hamisah enggan menjawab salam Dania karena akan membuat tubuhnya panas dan melepuh.

" Saya tadi lewat dan teringat kamu jualan kosmetik ya?"
Dania tersenyum dan duduk di sofa kusam ruang tamu rumah Hamisah.

"Iya... Kamu mau beli apa?" Hamisah membalas senyuman Dania.

"Lipstik. Kebetulan lipstik di rumah sudah habis, dari pada beli ke pasar, malam begini kan pasar tutup. Eh pas ketemu tadi, saya langsung inisiatif kemari setelah sholat".

"Kebetulan ada stok lipstik, tapi merek Beauty."

"Nggak masalah, soalnya semua merek cocok untuk saya."

"Okey, kita ke toko depan yuk, sekalian lihat warna yang cocok dengan kulitmu yang mana"
Ajak Hamisah sambil bangkit dari duduknya.

"Yuk" Dania pun ikut bangkit dan mengikuti Hamisah dari belakang.

Kedua gadis itu pun memasuki toko yang didominasi warna putih. Begitu pula semua rak dan etalase yang ada berwarna senada.

Di setiap rak ada berbagai kosmetik dari bedak, body lotion, lipstik hingga alat mandi.
Dania memperhatikan satu persatu lipstik beauty di rak khusus lipstik.

Tiba-tiba tercium bau khas yang entah datang dari mana hingga masuk menelusup ke toko kosmetik milik Hamisah.

"Uhuk! Uhuk!
Akh... Auww!"

Hamisah memegang kepalanya. Ia tidak sanggup mencium aroma yang sedang mereka hirup.

"Ada apa Mis?"

Dania menghampiri Hamisah yang kesakitan.

"Kepalaku... Kepalaku pusing."
Hamisah memegang kepalanya yang semakin menegang dan seakan meremas otaknya.

Dania mencium aroma sesuatu yang terbakar, tapi ia tidak menyangka aroma ini berakibat fatal untuk Hamisah.

Dania segera menghampiri Hamisah dan memapahnya ke arah rumah.

"Uhuk!"

Lagi-lagi Hamisah terbatuk. Tiba-tiba darah mengucur deras dari hidungnya. Matanya memerah menahan perih kepalanya.

"Astaghfirullah!"

Dania gelagapan melihat darah yang mengucur banyak dari hidung Hamisah hingga berceceran di lantai putih dalam rumah.

Hidung dan mulut Hamisah pun tertutup oleh gumpalan darah yang begitu banyak.

Dania mendudukkan Hamisah di ruang tamu dan menuju dapur untuk mencari air minum.

Saat Dania panik dan mencari gelas untuk menuang air putih, tak sengaja ia mendengar suara seseorang yang sedang menyeruput sesuatu.

Slruuuuuuup,
ckckck Ck, ck, ck.

Dania menatap bayangan Hamisah di gelas yang sedang duduk di ruang tengah dan tengah menjilati semua darah yang mengucur tadi. Lidahnya yang panjang mampu menjangkau darah yang ada di pipi dan dagunya.

Tiba-tiba, bayangan itu berhenti bergerak.
Dengan perlahan bayangan itu menatap Dania yang sedang membelakanginya.

Comentnya dulu dong!

Pembalasan (Suanggi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang