Asal Muasal

226 17 0
                                    

Follow dulu baru baca!

Hamisah masih terdiam lesuh. Akibat kepalanya tanggal semalam,  sekarang ia menggunakan jilbab untuk menutup garis potongan di lehernya yang terlihat melingkarinya.

Meski begitu ia merasa segar setelah menyantap setengah jantung ayahnya.

"Saya kira, setelah suanggi itu meninggal, kompleks kita akan aman. Ternyata,  pak Warto harus jadi korbannya. "

"Iya, saya dengar cucu dan cicitnya sudah pindah rumah. Pasti nenek tua itu sudah dapat pewaris, makanya dia bisa meninggal. "

Hamisah memasang kupingnya dengan seksama menelaah percakapan dua orang lelaki paruh baya yang duduk di luar jendela dapur. Mereka tengah menunggu teman mereka untuk membawa kampak pembelah kayu bakar.

"Iya, cucunya tidak mau ambil ilmu iblisnya itu. Lihat keluarga mereka, satu persatu dimakan kalau tumbal tidak didapat lagi." Sahut Pak Tarno lelaki yang agak kurus itu.

"Saya dengar Kusni cerita, adiknya pernah pasang pipa air di dapurnya. Pas mau ke kamar mandi, ia lihat nenek tua yang badannya di masukkan ke baskom tempat bayi mandi. Badannya bau busuk dan penuh luka. Kurus tinggal kulit bungkus tulang." Sahut Ayub lelaki paruh baya yang sedikit berisi itu.

"Kalau memang mereka sudah pindah,  dan si Dara tidak diwarisi ilmu itu, berarti, mereka wariskan ke orang lain" Sambung Tarno.

Deg!!
Jantung Hamisah berdegup kencang. Ia kaget nama Dara sahabatnya disebut.

'Apa itu Dara yang dikenalnya?'

'Warisan? Apa yang dimaksud mereka kain jarik dan sambal yang ada di dalam kamarnya sekarang? '
'Jadi,  selama ini Dara telah menjebaknya? '

Ya,  ia telah dijebak oleh Dara. Dan ia sudah mengambil ilmu hitam milik keluarga Dara. Dan Dara menjebaknya karena tidak mau susah meninggal seperti nenek buyutnya.

Benar kata Dara. Sekarang ia begitu terkejut dengan apa yang menimpanya.

Mata Hamisah memerah.
Brengsek Dara!

"Auzu billahi minasyaitani rajiim"

Seorang ibu-ibu memimpin teman-temannya untuk memulai membaca Surat Yaasiin.

Tiba-tiba tubuh Hamisah terasa gerah dan terbakar. Ia menggaruk lengannya yang sudah melepuh.

Dengan cekatan ia berlari sambil  meringis ke dalam kamarnya untuk menghindari bacaan ayat Al-Qur'an, karena bisa mencelakakannya.

Beberapa orang berbisik bersimpati padanya,  seakan ia anak yang malang ditinggalkan ibu dan ayahnya. Padahal Hamisah sedang menahan sakit yang tiada tara.

"Lihat saja Dara... Saya akan cari kamu, biar sampai ke ujung dunia sekalipun! "

Jangan lupa votmentnya...

Pembalasan (Suanggi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang