Tertangkap Basah

212 15 0
                                    

Hueeeek!!!

Terdengar suara muntahan di antara para tamu.
Bukan hanya seorang. Beberapa orang pun ikut muntah dan terdengar dengungan lalat di atas meja prasmanan .

Beberapa orang berteriak memaki Marsuni dan keluarganya karena makanan yang disajikan terasa basi dan minumannya terasa asam semua.
Para tamu ikut pulang setelah Hamisah dan Dania sudah jauh dari area pesta.

"Terima kasih Dania, sudah mau membelaku tadi. "
Hamisah menatap Dania haru. Ia seakan De ja vu dengan keadaan ini. Ia teringat Dara yang pernah baik dan menjebaknya. Ia sekarang harus berhati-hati dalam berteman.

"Tidak apa-apa Hamisah. Untung kita tidak lama di sana dan makan sajian pesta mereka. Kalau tidak kita akan ikut di mobil itu. "
Dania menunjuk ke arah ambulance yang menghampiri area pesta.

Terlihat beberapa orang ditandu ke dalamnya dan selebihnya beberapa orang saling memapah dan menuju rumah masing-masing.

"Iya, syukurlah. Oh ya, Dania saya pulang duluan ya. "
Pamit Hamisah.

"Iya Hamisah. Hati-hati ya". Sahut Dania.
Dan dibalas anggukan Hamisah.

😱😱😱😱

Tina membuka kain gorden yang menghadap arah jalan.

Di sana hanya nampak lampu jalan dan bayangan pohon sedang bergoyang tertiup angin.

Toko kosmetik Hamisah di halaman depan rumah mereka pun masih tertutup rapat.

"Saya yakin, Hamisah pasti punya rahasia kecantikan, sampai wajahnya sekarang semakin cantik. Dan pasti, dia menyimpannya di dalam kamarnya itu. " gumam Tina sambil menatap pintu kamar Hamisah yang berwarna cokelat.

Ia berpikir akan masuk ke dalam kamar Hamisah dan menggeledah isi kamarnya itu untuk mememukan apapun yang berhubungan dengan prodak kecantikan.

Sedari tadi ia ingin memeriksa, tapi Tika masih saja asyik nonton televisi yang tepat di depan kamar Hamisah.
Tika memang agak galak dengan Hamisah, tapi ada kasih sayang tersendiri bagi anak sambungannya itu yang tidak bisa ia ungkapkan secara terbuka.

Tika sangat menghargai privasi Hamisah. Tidak masuk sembarangan kamarnya, bahkan membebaskan dia untuk mandiri dan tinggal bersamanya di rumah warisan orang tua Tika dan Tina.

Malam belum terlalu larut, belum satu jam Hamisah ke pesta pernikahan, pikir Tina. Ia akan punya kesempatan lebih lama untuk menggeledah isi kamar Hamisah.

Dengan  mengendap-endap, ia mulai memutar gagang pintu kamar Hamisah dan masuk tanpa suara.

Ia memindai kasur, nakas, serta meja rias Hamisah.

Dalam keremangan lampu kamar, ia melihat sabun cuci muka, bedak bayi, dua lipstik, body lotion murahan dan sebotol parfum murahan pula.

Belum puas, ia dengan cepat membuka semua laci meja rias dan hanya menemukan tas dan buku waktu Hamisah sekolah.

Dengan kecewa, Tina menutup laci dan beralih ke depan nakas pakaian Hamisah. 
Tina mulai memilah satu persatu lipatan pakaian dan matanya tertumpu pada kotak makanan yang disimpan Hamisah.

Ia akan meraihnya tapi..

"Mau curi apa? "

Jangan lupa COMENT!

Pembalasan (Suanggi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang