(• Happy Reading •)
•
•
•Pagi yang cerah ini siswa-siswi kelas 3 SMA Swastamita Candrasila sengaja dikumpulkan di aula sekolah karena akan ada pengumuman tentang study tour yang diadakan setelah pembagian raport bayangan.
Aku memperhatikan sekeliling, celingak-celinguk mencari seseorang.
"Kau mencari siapa?" tanya Layla temanku.
"Crush," jawabku, dan Nayla tentu tau siapa orang yang aku maksud.
"Dasar, pagi-pagi buta sudah mencari sang pujaan hati yang belum dimiliki," sindir Layla yang tak aku gubriskan.
"Ketemu!" jeritku tertahan karena Layla menginjak sepatuku agar tidak berisik karena kepala sekolah sudah menaiki mimbar.
"Diam, jangan membuatku malu karena ditegur kepala sekolah di depan banyak orang."
Aku mengangguk patuh, sesekali melirik ke arah seseorang yang berdiri sekitar delapan langkah dari diriku.
Inilah salah satu kehebatan cinta, bisa menemukan pemiliknya walaupun berada di ribuan manusia.
"Study tour ini bertujuan untuk menambah wawasan kalian tentang tumbuhan, dan juga hewan yang ada di alam ini, karena pada dasarnya kita hidup berdampingan dengan mereka. Namun sayangnya, banyak manusia-manusia serakah yang membuat mereka terancam punah. Oleh sebab itu, saya mengharapkan selama study tour berlangsung kalian bisa menanamkan rasa cinta terhadap alam kita agar bisa melindungi, melestarikan, dan juga menjaga."
Aku mengangguk tanda mengerti, dan sangat aku benarkan apa kata kepala sekolah tadi, manusia memang serakah, bersikap seperti makhluk sosial yang menuntut peduli, tetapi sering kali lupa diri.
"Study tour akan diadakan tanggal 22 September 2018, tepatnya hari sabtu ini. Sebelum kegiatan tersebut berlangsung wali kelas kalian akan membagikan surat izin orang tua mengenai kegiatan ini karena membawa dua ratus lebih siswa bukanlah perkara yang mudah."
"Sekian dari saya, kalian semua boleh kembali ke kelasnya masing-masing."
Setelah pengumuman itu ditutup, kami kembali ke kelas seperti yang sudah diarahkan.
"Na, kau pergi?" tanya Layla.
"Tergantung Ibuku, tetapi aku sangat ingin pergi, jarang sekali sekolah kita mengadakan study tour seperti ini, apalagi pasti akan sangat seru berpetualang di hutan bersama satu angkatan."
"Ditambah lagi dengan crushmu yang sudah pasti ikut, aku pikir ini akan menjadi study tour yang menyenangkan jika kalian jadian di hutan nanti."
Aku terkekeh mendengar ucapan Layla. "Jadian? Dia tau aku hidup pun rasanya tidak."
"Ternyata berat ya mencintai seseorang dalam diam."
"Itu sudah menjadi konsekuensi dari mencintai, Na."
𓆝 𓆟 𓆞 𓆝 𓆟
"Ibu, aku boleh pergi?"
"Tidak."
"Ibu, ayolah. Izinkan aku pergi."
"Nadindra, jangan ajak ibu berdebat."
Sepulang sekolah aku langsung memberi surat izin orang tua kepada ibu, aku pikir ibu pun tidak habis membacanya dan tidak mengizinkan aku pergi. Ibu memang begini, dia lumayan mengekangku, padahal aku sudah dewasa bukan lagi gadis kecil yang baru berjalan langsung terjatuh.
"Ibu, aku mohon. Kali ini saja izinkan aku pergi, Ibu selalu melarangku saat aku ingin pergi, dan aku bisa memaklumi, tapi Ibu yang ini aku mohon mengertilah sedikit, aku tidak pergi sendiri, ini study tour satu angkatan tentu akan banyak guru yang mengawasi kami nantinya."
"Nadindra, di luar sana belum tentu aman, Nak."
"Apa yang ibu takutkan? Di sana aku hanya belajar mengenai alam kita, bukannya ibu menyuruhku untuk selalu belajar dan belajar? Kenapa kali ini ibu melarangnya?"
Ibu diam, mungkin kembali menimbangkan keputusannya. Aku juga ikut diam, takutnya jika mengeluarkan sepatah kata saja ibu kembali mengatakan tidak untuk study tour.
Ibu menghela napasnya. "Baiklah, kau boleh mengikutinya, tapi berjanjilah pada Ibu untuk berhati-hati di sana, dan jangan jauh-jauh dari yang lainnya."
Aku hampir meloncat saat ibu memberikan izin, dengan senyum yang merekah aku menunjukan jari kelingkingku pada ibu. "Iya, aku janji, Bu."
"Berkemaslah, lusa nanti kau sudah pergi bukan?"
Aku mengangguk. "Aku sayang Ibu."
Sebelum pergi ke kamar aku sempat memeluk dan mencium pipi kanannya.
"Ibu juga menyayangimu, jika membutuhkan sesuatu Ibu ada di dapur kau panggil saja."
Di dalam kamar, aku sedang menelpon Layla mengatakan jika aku sudah mendapatkan izin dari Ibu.
"Aku pikir Ibumu tidak akan memberikan izin, ini pasti akan menjadi study tour yang menyenangkan." Suara Layla terdengar jelas bahagianya.
"Awalnya pun Ibu tidak memberikan izin, tapi dengan sedikit paksaan ya akhirnya Ibu setuju."
"Owh iya, apakah kau sudah berkemas?" tanya Layla.
"Belum, aku sangat senang dan tidak sabar memberi taumu."
Aku mendengar suara Layla terkekeh. "Sudah dulu ya, Na. Kita harus berkemas agar tidak ada barang yang tinggal. Bawa barang seperlunya saja jangan berlebihan dan membuatmu keberatan selama di perjalanan."
"Oke." Setelah mengucapkan satu kata itu aku mematikan telpon dan mengemasi barang-barang yang aku butuhkan untuk study tour nanti.
Sesudah memasuki beberapa barang di dalam tas, aku duduk di ranjang dan kembali memainkan ponsel.
Menyelami beranda instagram dan melihat story orang-orang yang aku follow. Namun, tak kunjung menemukan story yang paling aku nanti.
"Tidak ada story ya hari ini?"
Aku mematikan ponsel dan melanjutkan memasukkan barangku di dalam tas. Seperti kata Layla tadi, tidak banyak barang yang aku bawa karena study tour hanya setengah hari.
Layla, teman-teman kelasku, dan juga dia sungguh aku tidak bisa membayangkan betapa menyenangkan study tour nanti.
Aku mengusap wajahku kasar lebih baik aku tidur dari pada tersenyum tidak jelas seperti ini.─── ⋆⋅☆⋅⋆ ───
Hai, gimana sama ceritanya? Siapa hayo, yang lagi terjebak zona mencintai dalam diam kayak Nadindra?
Jangan lupa tinggalin vote dan komen🌟
KAMU SEDANG MEMBACA
A Way Home for Nadindra
ФэнтезиNote : Bukan novel terjemahan! Ini jernih hasil pemikiran sendiri, plagiat jangan mendekat! **** Nadindra adalah murid kelas 3 SMA Swastamita Candrasila. Siapa sangka study tour yang ia ikuti malah menjadi malapetaka. Niat hanya ingin mengambil foto...