{• Happy Reading •}•
•
•"Kau ke mana saja seharian ini?" tanya Athalia saat menemuiku berjalan ke ruang makan.
"Sedikit ada urusan yang tidak penting." Mengenai latihanku bersama Profesor Fariza sengaja aku rahasiakan.
"Aku pikir kau punya teman baru."
Aku merangkulnya yang tengah cemberut itu. "Tidak ada yang ingin berteman dengan perempuan lemah tidak memiliki sihir sepertiku," bujukku.
"Siapa yang mengatakan kau tidak memiliki sihir?"
"Mereka yang belum tau," ucapku.
"Aku ingatkan jika kau lupa. Timku kalah karena sihir airmu." Aku terkekeh mendengar ucapannya. Semenjak kejadian itu Athalia selalu memujiku. Katanya, sihir airku hebat. Padahal waktu itu hanya kebetulan yang beruntung.
Sesampai kami di ruang makan, aku langsung mencari tempat untuk duduk dan Athalia yang memasang makanan.
"Nadindra." Aku langsung mencari arah suara yang memanggil namaku.
Di tengah keramaian ini, aku berhasil menemukan orang yang memanggilku, Naomy dan Floresnsia melambaikan tangannya. Aku langsung menghampiri mereka dan langsung duduk di sebelah Florensia.
"Di mana Athalia?" tanya Naomy.
"Dia sedang memesan makanan, apa kalian sudah memesan?" tanyaku.
"Belum, kami baru sampai dan langsung mencari tempat duduk," jawab Floresnsia.
"Biar aku saja yang memesan dan langsung menghampiri Athalia supaya dia tidak kebingungan mencari kita. Kau mau pesan apa?" tanya Naomy pada Floren.
"Seperti biasa."
Naomy mengangguk, lalu pergi ke meja pesanan.
"Hadiah symmeclass kau menukarnya dengan apa?" tanyaku pada Florensia.
"Nanti akan kuberi tau jika semuanya sudah ada di sini." Aku mengangguk.
Suasana ruang makan ini sama seperti kantin sekolahku. Selalu ramai dengan suara tawa. Aku jadi merindukan teman-teman kelasku, terutama Layla.
Apa mereka masih mencariku? Terhitung sudah dua puluh lima hari aku berada di dunia ini. Apakah Layla menangis dan tidak selera makan ketika mengetahui aku menghilang? Jujur, aku terlalu percaya diri, tetapi ini yang selalu aku pikirkan setiap ingin tidur.
Hampir sepuluh menit aku menunggu Naomy dan Athalia, akhirnya mereka datang tidak membawa apa-apa. Tunggu? Mereka tidak jadi memesan?
"Di mana makanannya?" tanya Florensia yang menyuarakan isi kepalaku.
"Itu." Aku dan Florensia langsung melihat arah tunjuk Athalia.
Ternyata makanan yang mereka pesan dibawakan oleh Ayden, Sakya, Elio dan Ezra. Akhir-akhir ini kami memang cukup dekat, apalagi itu selalu menjadi pusat perhatian murid akademi.
Kuakui visual yang tengah duduk bersamaku sambil makan ini sangat di atas rata-rata. Aku merasa seperti terbanting jika bersama dengan mereka.
"Nadin, aku sedikit penasaran denganmu saat pertama kali kita bertemu."
"Penasaran bagaimana?"
"Saat pertama kali kau datang ke benua ini. Kau dan Elio mengatakannya, jika kalian berasal dari benua Asia, tetapi kata Athalia saat kau memperkenalkan diri di depan kelas kau mengatakan bahwa kau berasal dari benua Torunerz." Aku berhenti menyuapi daging ke dalam mulut, tidak hanya aku mereka semua pun sampai berhenti mengunyah mendengar perkataan Florensia.
![](https://img.wattpad.com/cover/329203740-288-k806610.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Way Home for Nadindra
FantasyNote : Bukan novel terjemahan! Ini jernih hasil pemikiran sendiri, plagiat jangan mendekat! **** Nadindra adalah murid kelas 3 SMA Swastamita Candrasila. Siapa sangka study tour yang ia ikuti malah menjadi malapetaka. Niat hanya ingin mengambil foto...